Rabu, 01 Agustus 2018

laporan vit b1


BAB 1 PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Dalam bidang farmasi khususnya kimia atau analisis farmasi sering dilakukan analisis sediaan farmasi, baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Analisis kualitatif seperti identifikasi organoleptis, sedangkan analisa kuantitatif digunakan untuk menentukan kadar suatu senyawa..
Analisis kualitatif bertujuan untuk menyelidiki dan mengetahui kandungan senyawa-senyawa apa saja yang terdapat dalam sampel uji, sedangkan untuk analisis kuantitatif bertujuan untuk mengetahui kadar suatu senyawa dalam sampel, dapat berupa satuan mol, ataupun persentase dalam gram.
Analisis senyawa vitamin seperti tiamin ini dianggap penting khususnya bagi mahasiswa farmasi karena sebagaimana diketahui senyawa vitamin memiliki manfaat yang sangat baik bagi tubuh yakni merupakan senyawa organik kompleks yang dibutuhkan oleh tubuh dalam jumlah yang relatif kecil tetapi sangat penting untuk pertumbuhan dan kesehatan. Oleh karena itu, penting untuk menganalisis senyawa ini. Hal inilah yang melatar belakangi percobaan ini.
Ada dua golongan vitamin, yaitu vitamin yang larut dalam lemak dan vitamin yang larut dalam air.Vitamin yang larut dalam lemak adalah vitamin A, D, E, dan K. sedangkan vitamin yang larut dalam air adalah B (thiamin, riboflavin, niacin, piridoksin, asam pantothenat, biotin, sianokobalamin, choline, inositol) dan vitamin C. Kedua golongan vitamin ini mempunyai sifat umum yang berbeda-beda.Ada beberapa senyawa yang berhubungan dengan vitamin, yaitu antivitamin, yang kerjanya dapat merusak struktur vitamin, dan antagonis vitamin, yang kerjanya dapat dapat berkompetisi dengan vitamin.
Analisis senyawa vitamin dianggap penting khususnya bagi farmasis karena sebagaimana diketahui senyawa vitamin terdiri menjadi beberapa golongan dimana vitamin tiu sendiri memiliki manfaat yang sangat baik bagi tubuh walaupun hanya dibutuhkan dalam jumlah yang relatif kecil. Oleh karena itu, penting untuk menganalisis senyawa ini.
1.2  Maksud Praktikum
Adapun maksud pada praktikum ini yaitu untuk memahami dan mengetahui kadar vitamin B1 (Tiamin HCl) secara gravimetri dan volumetri.
1.3  Tujuan Praktikum
Tujuan pada praktikum ini yaitu untuk mengetahui kadar vitamin B1 (Tiamin HCl) secara gravimetri dan volumetri.

























BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Teori Umum
Vitamin adalah molekul organik dalam makanan yang dibutuhkan untuk metabolisme normal tetpi tidak dapat disintesis dalam jumlah cukup oleh tubuh manusia. Defisiensi diet atau fisiologis dari salah satu vitamin menyebabkan sekumpulan gejala penyakit khas yang dapat diperbaiki dengan pemberian vitamin itusendiri. Karena vitamin dibutuhkan pada diet manusia hanya dalam jumlah milligram atau mikrogram per hari, maka vitamin disebut mikronutrien. Istilah ini digunakan untuk membedakannya dari makronutrien seperti karbohidrat. Protein dan lemak yang dibutuhkan pada diet manusia dalam jumlah besar, yaitu ratusan atau sedikitnya lusinan gram per hari. Makronutrien dibutuhkan dalam jumlah besar untuk menyediakan energi menghasilkan prekursor organik berbagai komponen tubuh dan untuk memberikan asam amino bagi sintesa protein tubuh, sebaliknya , vitamin diperlukan hanya dalam jumlah sedikit karena vitamin bekerja sebagai katalisator yang memungkinkan transformasi kimia makronutrien yang secara bersama-sama kita sebut metabolisme. Seperti halnya enzim, bentuk aktif vitamin hanya terdapat pada konsentrasi yang rendah di dalam jaringan (Lehninger,2008).
Vitamin merupakan senyawa organik yang diperlukan tubuh dalam jumlah kecil untuk mempertahankan kesehatan dan seringkali bekerja  sebagai kofaktor untuk enzim metabolisme. Vitamin yang terdapat dalam lebih dari satu bentuk kimia atau terdapat pada satu prekursor kadang-kadang dinamakan vitamer. Sumber vitamin yang paling baik adalah makanan sehingga orang sehat yang makanannya bermutu baik. Sudah mendapatkan jumlah vitamin yang cukup. Akan tetapi individu dengan diet rendah kalori (kurang dari 1200 kalori/hari) seringkali asupan vitaminnya kurang dan memerlukan tambahan. Selain terdapat dalam makanan, vitamin juga dapat diberikan dalam bentuk murni sebagai sediaan tunggal atau kombinasi. Sediaan untuk tujuan prifilaktik harus dibedakan dari sediaan untuk tujuan pengobatan defisiensi. Vitamin dibagi menjadi 2 golongan , yaitu vitamin yang larut lemak dan vitamin yang larut air. Yang termasuk vitamin yang larut lemak adalah vitamin A,D,E dan K sedangkan vitamin yang larut dalam air adalah vitamin B kompleks dan vitamin C. Vitamin yang larut air disimpan dalam tubuh hanya dalam jumlah yang terbatas dan sisanya dibuang (Martoharsono & Soeharsono. 2005).
Vitamin adalah komponen tambahan makanan yang berperan sangat penting dalam gizi manusia. Banyak vitamin tidak stabil pada kondisi pemrosesan tertentu dan  penyimpanan, dan karena itu aras kandungan vitamin dalam makanan yang diproses dapat sangat menurun. Vitamin sintetik dipakai secara luas untuk menggantikan vitamin yang hilang dan untuk mengembalikan aras kandungan vitamin dalam makanan. Beberapa vitamin berfungsi sebagai koenzim yang tanpa vitamin itu enzim tersebut tidak efektif sebagai biokatalis (Deman, 2007).
Vitamin mempunyai fungsi yang sangat bervariasi. Banyak vitamin secara biologis tidak aktif, tetapi membutuhkan pengubahan kimia dalam tubuh, misalnya proses fosforilase (vitamin B1, B2, B3 dan B6). Vitamin B2 dan B3  penggabungan pada nukleotida purin atau piridin. Banyak vitamin yang berfungsi sebagai ko- enzim bagi enzim-enzim tertentu. Misalnya vitamin dari kelompok bekerja sebagai ko-enzim, yang aktif pada proses metabolism dan pembentukan energi. Vitamin A bekerja sebagai bahan pangkal untuk   pigmen retina rodopsin , yang essensial bagi proses penglihatan dalam keadaan gelap dan kurang cahaya. Vitamin C berfungsi pada sistem reduksi-oksidasi yang memegang peranan penting pada banyak proses redoks sedangkan vitamin D dalam bentuk aktif penting bagi regulasi kadar Ca dan P dalam jaringan tubuh. Beberapa vitamin baru aktif setelah mengalami aktivasi in vivo. Aktivasi vitamin larut air dapat berupa fosforilasi (tiamin,riboflavin, niasin, pridoksin) dan dapat juga membutuhkan pengikatan dengan nukleotida purin atau pirimidin (riboflavin, niasin). Vitamin yang larut dalam air dapt pula berperan sebagai kofaktor untuk enzim tertentu, sedangkan vitamin A dan D mempunyai sifat lebih menyerupai hormon dan mengadakan interaksi dengan reseptor spesifik intraseluler pada jaringan target (Poedjiadi, 2005).
Beberapa fungsi vitamin-vitamin yang penting diantaranya (Sirajuddin, 2012):
1.  Vitamin A berfungsi untuk mempertahankan struktur dan fungsi jaringan epitel, membantu pertumbuhan dan proses penglihatan.
2.  Vitamin D berfungsi meningkatkan absorpsi kalsium dan fosfor dalam saluran pencernaan, mempunyai peranan penting pada proses klasifikasi, dan berhubungan dengan aktivitas enzim fosfatase alkali dalam serum.
3.  Vitamin B1 berfungsi sebagai koenzim (tiamin difosfat dan tiamin pirofosfat) pada reaksi-reaksi metabolisme karbohidrat.
4.  Vitamin B6 berfungsi sebagai koenzim pada metabolisme asam amino, di antaranya pada proses dekarboksilasi dan transaminasi.
5.  Vitamin C berfungsi untuk mempertahankan keadaan zat-zat intersel jaringan cartilage, dentin, dan tulang.
2.2 Uraian Bahan
1.  HNO3 (Ditjen POM, 1979)  
Nama lain
BM / RM
Pemerian
Kelarutan
Kegunaan
Penyimpanan
Rumus struktur
:
:
:
:
:
:
:
Asam nitrat
162,2 / FeCl3
Cairan berasap, jernih, tdak berwarna
Larut dalam air, larutan beropalesensi.
Sebagai pereaksi
Dalam wadah tertutup rapat
Description: Hasil gambar untuk struktur asam nitrat
2.  Aquadest (Ditjen POM, 1979)
Nama Resmi             
Nama Lain
RM/BM
Pemerian

Penyimpanan


Rumus struktur
:
:
:
:

:


:
Aqua destillata
Air suling
H2O/18,02.
Cairan jernih; tidak berwarna; tidak berbau;      tidak mempunyai rasa
Dalam wadah tertutup baik
Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgU0ba96duo4f0JHZSc6Zyxffbpyfi885M4iyy5ZgNtfNC2rf9MnVlBBhYV-irv5WSacg6vfUQ4ZlOtlFGuLjvHpchU1_J_NSP3jScqADJwGfmQFtXQRPYq1JO3HgRe2Ngidw4inBnD2Yw/s1600/Screenshot_2.jpg
3. Asam Sulfat (Ditjen POM, 1979)
Nama lain
RM/BM
Kandungan


Pemerian

                                     
Kelarutan
Penyimpanan
Kegunaan
Rumus struktur
:
:
:


:


:
:
:
:
ACIDIUM SULFURICUM
Asam sulfat
H2SO4 / 98,07
Tidak kurang dari 95.0% dan tidak lebih dari 98.0% H2SO4
Cairan   kental    seperti   minyak,  korosif, tidak     berwarna,   jika   ditambahkan  air menimbulkan panas.
Larut dalam air dan etanol.
Dalam wadah tertutup rapat
Sebagai pereaksi
Description: Hasil gambar untuk struktur asam sulfat
4. Thiamin Hydrochloridum (Ditjen POM, 1979)
Nama Resmi
Sinonim
Pemerian

Kelarutan



Penyimpanan



Rumus struktur
:
:
:

:



:



:
THIAMINI HYDROCHLORIDUM
Thiamin Hidrokloridum, Vit.B1
Hablur   kecil,  bau  khas  lemah, mirip ragi, rasa pahit.
Mudah   larut  dalam   air,  sukar  larut dalam  etanol (95%)P,  praktis  tidak  larut dalam  eter P, dan dalam benzena P, dan larut dalam gliserol P.
Dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya.
Description: tiamin hcl.png
5. Fe(NH4SO4)2 (Ditjen POM, 1979)
Nama resmi
Nama lain
RM/BM
Pemerian

Kelarutan
Penyimpanan 
Kegunaan
Rumus struktur
:
:
:
:

:
:
:
:
BESI (II) AMONIUM SULFAT
Besi (II) ammonium sulfat
Fe (NH4SO4)2/219,99
Hablur atau serbuk hablur; biru kehijauan  pucat.
Larut dalam air bebas karbondioksida P. Dalam wadah tertutup rapat.
Sebagai indikator.
Description: Mohr's_salt.png
6.  AgNO3 (Ditjen POM, 1979)
Nama resmi         
Nama lain            
RM/BM                 
Pemerian


Kelarutan

Penyimpanan        
Kegunaan              
Rumus struktur
:
:
:
:


:

:
:
:
ARGENTI NITRATS
Perak nitrat
AgNO3/169,87 g/mol
Hablur transparan atau serbuk hablur berwarna putih; tidak berbau; menjadi gelap jika kena cahaya.
Sangat mudah larut dalam air; larut dalam etanol (95%) P.
Dalam wadah tertutup baik.
Sebagai pereaksi/pembentuk endapan.
Description: 200px-Silver-nitrate-2D.svg.png


2.3 Prosedur Kerja (Anonim,2016)
A. Identifikasi Tiamin HCl
1.    Kawat ose yang dicelupkan dalam larutan sampel lalu di pijarkan pada api bunsen muncul aroma bau kacang, reaksi spesifik.
2.    Sedikit larutan sampel diencerkan dengan aquadest lalu dipanaskan, ditambahkan larutan cuprifil (2 tetes NaOH dan 2 tetes HCl tambah 1 tetes CuSO4) maka larutan akan berubah menjadi hijau kebiruan.
3.    Laeutan tiamin HCl ditambahkan NaOH akan menghasilkan larutan berwarna kuning, selanjutnya ditambahkan KMNO4 sebagai reduktor kuat untuk mereduksikan larutan sampel yang ditandai dengan perubahan warna larutan menjadi hijau.
4.    Larutan sampel ditambahkan larutan raksa (II) klorida P membentuk endapan putih.
5.    Larutan sampel ditambahkan larutan iodium P membentuk endapan coklat merah.
6.    Larutan sampel ditambahkan larutan kalium tetraiodohidrargirat. (II) P dan dengan larutan trinitrofenol P membentuk endapan.
B. Metode Argentometri
1.    Pipet sebanyak beberapa mL sediaan sirup Vit.B1 setara dengan 100mg tiamin hidroklorida masukkan ke dalam erlenmeyer tambahkan 20ml aquadest.
2.    Larutan di asamkan dengan asam nitrat encer lalu ditambahkan 10ml larutan baku AgNO3 0,1 N.
3.    Endapan yang terjadi di saring sampai larutan tidak mengandung klorida.
4.    Filtrat yang mengandung kelebihan larutan baku AgNO3 selanjutnya di titrasi dengan larutan baku amonium tiosianat 0,1N menggunakan indikator besi (III) amonium sulfat.
5.    Titik akhir titrasi di tandai pada saat perubahan warna larutan menjadi merah.
6.    Tiap mL perak nitrat 0,1 N setara dengan 16,85mg tiamin HCl.
7.    Hitung kadar tiamin HCl.
C. Metode Gravimetri
1.    Sejumlah tertentu larutan sampel di ukur secara seksama setara dengan lebih kurang 50mg Tiamin HCl, diencerkan dengan air secukupnya hingga 50ml dalam gelas kimia.
2.    Tambahkan 2ml asam klorida pekat dan dipanaskan hingga mendidih.
3.    Selagi larutan masih panas, ditambahkan dengan cepat tetes demi tetes 4ml larutan asam silikowolframat P yang baru di saring lalu di didihkan selama 4 menit.
4.    Larutan di saring melalui penyaring kaca masir, kemudian dicuci dengan 50ml campuran yang terdiri atas 1 bagian volume asam klorida pekat dan 19 bagian aquadest yang mengandung larutan asam silikowolframat 0,2% b/v, selanjutnya dicucci 2 kali tiap kali dengan 5 ml aseton.
5.    Sisa dikeringkan pada suhu 1050C selama 1 jam, lalu di dinginkan selama 10 menit dan dibiarkan dalam eksikator di atas larutan asam sulfat 38% dan timbang berat endapan.
6.    Tiap gram endapan (sisa) setara dengan 192,9 mg tiamin HCl.















BAB 3 METODE KERJA
3.1 Alat Praktikum
Alat yang digunakan pada saat praktikum yaitu erlenmeyer, kertas saring, buret/statif, gelas ukur, gelas beker, pipet volume, pipet tetes, penyaring kaca masir, bunsen dan eksikator.
3.2 Bahan Praktikum                                   
Bahan yang digunakan pada saat praktikum yaitu sediaan sirup vitamin B1 (tiamin HCl), larutan HNO3 encer, larutan baku AgNO3 0,1 N, larutan baku amonium  tiosianat 0,1 N, indikator besi(III) amonium sulfat, aquadest, amonia P, HCl pekat, larutan asam silikowolframat 0,1% b/v, larutan asam silikowolframa P dan asan sulfat 38%.
3.3 Cara Kerja
A. Identifikasi Tiamin HCl
1.    Kawat ose yang dicelupkan dalam larutan sampel lalu di pijarkan pada api bunsen muncul aroma bau kacang, reaksi spesifik.
2.    Sedikit larutan sampel diencerkan dengan aquadest lalu dipanaskan, ditambahkan larutan cuprifil (2 tetes NaOH dan 2 tetes HCl tambah 1 tetes CuSO4) maka larutan akan berubah menjadi hijau kebiruan.
3.    Laeutan tiamin HCl ditambahkan NaOH akan menghasilkan larutan berwarna kuning, selanjutnya ditambahkan KMNO4 sebagai reduktor kuat untuk mereduksikan larutan sampel yang ditandai dengan perubahan warna larutan menjadi hijau.
4.    Larutan sampel ditambahkan larutan raksa (II) klorida P membentuk endapan putih.
5.    Larutan sampel ditambahkan larutan iodium P membentuk endapan coklat merah.
6.    Larutan sampel ditambahkan larutan kalium tetraiodohidrargirat. (II) P dan dengan larutan trinitrofenol P membentuk endapan.


B. Metode Argentometri
1.    Pipet sebanyak beberapa mL sediaan sirup Vit.B1 setara dengan 100mg tiamin hidroklorida masukkan ke dalam erlenmeyer tambahkan 20ml aquadest.
2.    Larutan di asamkan dengan asam nitrat encer lalu ditambahkan 10ml larutan baku AgNO3 0,1 N.
3.    Endapan yang terjadi di saring sampai larutan tidak mengandung klorida.
4.    Filtrat yang mengandung kelebihan larutan baku AgNO3 selanjutnya di titrasi dengan larutan baku amonium tiosianat 0,1N menggunakan indikator besi (III) amonium sulfat.
5.    Titik akhir titrasi di tandai pada saat perubahan warna larutan menjadi merah.
6.    Tiap mL perak nitrat 0,1 N setara dengan 16,85mg tiamin HCl.
7.    Hitung kadar tiamin HCl.
C. Metode Gravimetri
1.    Sejumlah tertentu larutan sampel di ukur secara seksama setara dengan lebih kurang 50mg Tiamin HCl, diencerkan dengan air secukupnya hingga 50ml dalam gelas kimia.
2.    Tambahkan 2ml asam klorida pekat dan dipanaskan hingga mendidih.
3.    Selagi larutan masih panas, ditambahkan dengan cepat tetes demi tetes 4ml larutan asam silikowolframat P yang baru di saring lalu di didihkan selama 4 menit.
4.    Larutan di saring melalui penyaring kaca masir, kemudian dicuci dengan 50ml campuran yang terdiri atas 1 bagian volume asam klorida pekat dan 19 bagian aquadest yang mengandung larutan asam silikowolframat 0,2% b/v, selanjutnya dicucci 2 kali tiap kali dengan 5 ml aseton.
5.    Sisa dikeringkan pada suhu 1050C selama 1 jam, lalu di dinginkan selama 10 menit dan dibiarkan dalam eksikator di atas larutan asam sulfat 38% dan timbang berat endapan.
6.    Tiap gram endapan (sisa) setara dengan 192,9 mg tiamin HCl.

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Klp
Nama Sampel
Reaksi Identifikasi
BE
BYP
Volume titran
% Kadar
1
Hufalysin
Sampel + AgNO3
2 mg
24 ml
27 ml
108 %
2
Elkana
Sampel + AgNO3
4 mg
2,4 ml
6,2 ml
10,45 %
3
Vicalcin
Sampel + AgNO3
4 mg
2,4 ml
25 ml
42,15 %
4
Vicalcin
Sampel + AgNO3
4 mg
2,4 ml
22 ml
37.09 %

4.2 Pembahasan
Vitamin adalah komponen tambahan makanan yang berperan sangat penting dalam gizi manusia. Banyak vitamin tidak stabil pada kondisi pemrosesan tertentu dan  penyimpanan, dan karena itu aras kandungan vitamin dalam makanan yang diproses dapat sangat menurun. Vitamin sintetik dipakai secara luas untuk menggantikan vitamin yang hilang dan untuk mengembalikan aras kandungan vitamin dalam makanan. Beberapa vitamin berfungsi sebagai koenzim yang tanpa vitamin itu enzim tersebut tidak efektif sebagai biokatalis.
Gravimetri adalah pemisahan suatu zat dari endapannya. Volumetri adalah penetapan kadar suatu senyawa dengan menambahkan pereaksi kimia.  Argentometri adalah titrasi yang menggunakan larutan baku perak nitrat sebagai titran dimana akan terbentuk garam perak yang sukar larut dalam air. Untuk metode Mohr digunakan indikator Kalium kromat.
Adanya klorida dalam tiamin hidroklorida dapat ditetapkan secara argentometri dengan menggunakan metode Volhard. Pada penetapan dengan metode Volhard suasananya harus asam sebab jika suasananya basa maka akan terjadi reaksi antara perak nitrat dengan basa membentuk Ag(OH) yang pada tahap selanjutnya akan membentuk endapan putih Ag2O, akibatnya perak nitrat tidak hanya bereaksi dengan sampel tetapi juga bereaksi dengan basa.
Ada dua golongan vitamin, yaitu vitamin yang larut dalam lemak dan vitamin yang larut dalam air.Vitamin yang larut dalam lemak adalah vitamin A, D, E, dan K. sedangkan vitamin yang larut dalam air adalah B (thiamin, riboflavin, niacin, piridoksin, asam pantothenat, biotin, sianokobalamin, choline, inositol) dan vitamin C. Kedua golongan vitamin ini mempunyai sifat umum yang berbeda-beda.Ada beberapa senyawa yang berhubungan dengan vitamin, yaitu antivitamin, yang kerjanya dapat merusak struktur vitamin, dan antagonis vitamin, yang kerjanya dapat dapat berkompetisi dengan vitamin.
Adapun tujuan pada praktikum ini yaitu untuk mengetahui kadar vitamin B1 (Tiamin HCl) secara gravimetri dan volumetri.
Pada praktikum ini kita melakukan 3 prosedur kerja. Pasa praktikum identifikasi tiamin HCl yaitu pertama-tama kawat ose yang dicelupkan dalam larutan sampel lalu di pijarkan pada api bunsen muncul aroma bau kacang, reaksi spesifik. Sedikit larutan sampel diencerkan dengan aquadest lalu dipanaskan, ditambahkan larutan cuprifil (2 tetes NaOH dan 2 tetes HCl tambah 1 tetes CuSO4) maka larutan akan berubah menjadi hijau kebiruan. Laeutan tiamin HCl ditambahkan NaOH akan menghasilkan larutan berwarna kuning, selanjutnya ditambahkan KMNO4 sebagai reduktor kuat untuk mereduksikan larutan sampel yang ditandai dengan perubahan warna larutan menjadi hijau. Larutan sampel ditambahkan larutan raksa (II) klorida P membentuk endapan putih. Larutan sampel ditambahkan larutan iodium P membentuk endapan coklat merah. Larutan sampel ditambahkan larutan kalium tetraiodohidrargirat. (II) P dan dengan larutan trinitrofenol P membentuk endapan.
Pada praktikum metode argentometri yaitu pertama-tama pipet sebanyak 24 mL sediaan sirup Vit.B1 setara dengan 100mg tiamin hidroklorida masukkan ke dalam erlenmeyer tambahkan 20ml aquadest. Larutan di asamkan dengan asam nitrat encer lalu ditambahkan 10ml larutan baku AgNO3 0,1 N. Endapan yang terjadi di saring sampai larutan tidak mengandung klorida. Filtrat yang mengandung kelebihan larutan baku AgNO3 selanjutnya di titrasi dengan larutan baku amonium tiosianat 0,1N menggunakan indikator besi (III) amonium sulfat. Titik akhir titrasi di tandai pada saat perubahan warna larutan menjadi merah. Tiap mL perak nitrat 0,1 N setara dengan 16,85mg tiamin HCl. Hitung kadar tiamin HCl. Pada praktikum ini diperoleh kadar tiamin HCl 108 % dan hasilnya sesuai karena vitamin persentasinya tidak boleh dibawah 90% dan tidak boleh melebihi 110%.
Pada praktikum metode gravimetri yaitu pertama-tama sejumlah tertentu larutan sampel di ukur secara seksama setara dengan lebih kurang 50mg Tiamin HCl, diencerkan dengan air secukupnya hingga 50ml dalam gelas kimia. Tambahkan 2ml asam klorida pekat dan dipanaskan hingga mendidih. Selagi larutan masih panas, ditambahkan dengan cepat tetes demi tetes 4ml larutan asam silikowolframat P yang baru di saring lalu di didihkan selama 4 menit. Larutan di saring melalui penyaring kaca masir, kemudian dicuci dengan 50ml campuran yang terdiri atas 1 bagian volume asam klorida pekat dan 19 bagian aquadest yang mengandung larutan asam silikowolframat 0,2% b/v, selanjutnya dicucci 2 kali tiap kali dengan 5 ml aseton. Sisa dikeringkan pada suhu 1050C selama 1 jam, lalu di dinginkan selama 10 menit dan dibiarkan dalam eksikator di atas larutan asam sulfat 38% dan timbang berat endapan. Tiap gram endapan (sisa) setara dengan 192,9 mg tiamin HCl.
Pada sampel hufalysin untuk kelompok 1 diperoleh persen kadar 108%, pada sampel elkana untuk kelompok 2 diperoleh 10,45%, pada vicalcin untuk kelompok 3 diperoleh 42,15% dan vicalcin untuk kelompok 4 diperoleh 37,09%. berdasarkan literatur persen kadarnya  kelompok 2, 3 dan 4 tidak masuk dalam range dan kelompok 1 masuk dalam range yaitu persentasinya tidak boleh dibawah 90% dan tidak boleh melebihi 110%.






BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Pada praktikum ini dapat disimpulkan bahwa kadar tiamin HCl pada sampel vicalcin dalam sediaan sirup adalah 37,09% dan berdasarkan literatur persen kadarnya  tidak masuk dalam range yaitu persentasinya tidak boleh dibawah 90% dan tidak boleh melebihi 110%.
5.2 Saran
Adapun saran yaitu praktikan harus lebih teliti dalam melakukan praktikum ini.





















DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2016, Penuntun Praktikum Analisis Farmasi, Fakultas Farmasi UMI, Makassar.
Ditjen POM, 1979, Farmakope Indonesia Edisi III, Depkes RI, Jakarta.
Deman, J.M., 2007, Kimia Makanan, Bandung, Institut Teknologi Bandung
Lehninger, 2008, Biologi untuk SMA Kelas XI, Jakarta: Erlangga
Martoharsono & Soeharsono. 2005, 2011, Ilmu Gizi untuk Keperawatan dan Gizi Kesehatan, Yogyakarta, Nuha Medika.
Poedjaji., 2005, Ilmu Gizi untuk Mahasiswa dan Pelajar,Jakarta, Dian Rakyat
Sirajuddin, Saifuddin., 2012, Penuntun Praktikum Biokimia, Makassar, Universitas Hasanuddin.
.















LAMPIRAN SKEMA KERJA
A. Identifikasi Tiamin HCl
Kawat ose yang dicelupkan dalam larutan sampel lalu di pijarkan
pada api bunsen muncul aroma bau kacang, reaksi spesifik.

Sedikit larutan sampel diencerkan dengan aquadest lalu dipanaskan,
ditambahkan larutan cuprifil (2 tetes NaOH dan 2 tetes HCl tambah
1 tetes CuSO4) maka larutan akan berubah menjadi hijau kebiruan.

Laeutan tiamin HCl ditambahkan NaOH akan menghasilkan larutan
berwarna kuning, selanjutnya ditambahkan KMNO4 sebagai reduktor kuat
 untuk mereduksikan larutan sampel yang ditandai dengan perubahan
warna larutan menjadi hijau.

Larutan sampel ditambahkan larutan raksa (II) klorida P membentuk
endapan putih.

Larutan sampel ditambahkan larutan iodium P membentuk endapan
coklat merah.

Larutan sampel ditambahkan larutan kalium tetraiodohidrargirat. (II) P
dan dengan larutan trinitrofenol P membentuk endapan.









B. Metode Argentometri
Pipet sebanyak beberapa mL sediaan sirup Vit.B1 setara dengan
100mg tiamin hidroklorida masukkan ke dalam erlenmeyer tambahkan
 20ml aquadest.

Larutan di asamkan dengan asam nitrat encer lalu ditambahkan 10ml
larutan baku AgNO3 0,1 N.

Endapan yang terjadi di saring sampai larutan tidak mengandung klorida.

Filtrat yang mengandung kelebihan larutan baku AgNO3 selanjutnya di
titrasi dengan larutan baku amonium tiosianat 0,1N menggunakan indikator
besi (III) amonium sulfat.

Titik akhir titrasi di tandai pada saat perubahan warna larutan
menjadi merah.

Tiap mL perak nitrat 0,1 N setara dengan 16,85mg tiamin HCl.

Hitung kadar tiamin HCl.











C. Metode Gravimetri
Sejumlah tertentu larutan sampel di ukur secara seksama setara dengan
 lebih kurang 50mg Tiamin HCl, diencerkan dengan air secukupnya hingga
 50ml dalam gelas kimia.

Tambahkan 2ml asam klorida pekat dan dipanaskan hingga mendidih.
 

Selagi larutan masih panas, ditambahkan dengan cepat tetes demi tetes
 4ml larutan asam silikowolframat P yang baru di saring lalu di didihkan
selama 4 menit.

Larutan di saring melalui penyaring kaca masir, kemudian dicuci
dengan 50ml campuran yang terdiri atas 1 bagian volume asam klorida
 pekat dan 19 bagian aquadest yang mengandung larutan asam
silikowolframat 0,2% b/v, selanjutnya dicucci 2 kali tiap kali dengan
 5 ml aseton.

Sisa dikeringkan pada suhu 1050C selama 1 jam, lalu di dinginkan selama
 10 menit dan dibiarkan dalam eksikator di atas larutan asam sulfat 38%
 dan timbang berat endapan.

Tiap gram endapan (sisa) setara dengan 192,9 mg tiamin HCl.







LAMPIRAN GAMBAR

Endapan pada sampel setelah di titrasi
Description: 1477569956265.jpg

Pengukuran pH
Description: 1477569954125.jpg







LAMPIRAN PERHITUNGAN
1. Kelompok 1
V titran       = 27ml
% Vit B1    =  x 100%
                   =  x 100%
                   = 108 %
2. Kelompok 2
V titran       = 6,2 ml
% Vit B1    =  x 100%
                   =  x 100%
                   = 10,45 %
3. Kelompok 3
V titran       = 25ml
W Tiamin  = (V X N) AgNO3 X B. Setara tiamin
                   = (25ml x 0,1N) x 16,86 mg
                   = 42,15 mg
% Tiamin   =  x 100%
                   = 42, 15 %
4. Kelompok 4
V titran       = 22 ml
% Vit B1    =  x 100%
                   =  x 100%
                   = 37,09 %


Tidak ada komentar:

Posting Komentar