Rabu, 01 Agustus 2018

laporan papaverin hcl (anfar)


BAB 1 PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Pada praktikum ini kita melakukan praktikum identifikasi dan penetapan kadar sediaan tablet papaverin HCl secara ekstraksi pelarut dan volumetri dilakukan dengan analisis kualitatif. Dimana pada praktikum ini ketika mengisolasi suatu bahan obat.
Pada praktikum ini kita akan mengetahui kadar papaverin pada setiap sampel yang digunakan pada praktikum ini. Pada praktikum ini juga digunakan dua metode yaitu denganmetode ekstrasi dengan metode volumetri.
Pada praktikum ini kita menggunakan metode volumetri yaitu suatu metode yang digunakan untuk mengidentifikasi kadar zat dari suatu sampel yang akan kita teliti.
Kita juga menggunakan berbagai macam sediaan papaverin agar kita dapat membandingkan kadarnya dengan menggunakan dua metode di atas sehingga kita mengetahui kadar papaverin di dalam sampel sediaan obat yang di praktikumkan.
1.2  Maksud Praktikum
Adapun maksud dari percobaan ini untuk mengetahui dan mempelajari bagaimana cara identifikasi dan penetapan kadar sediaan Tablet Papaverin HCL secara Ekstraksi pelarut dan secara Volumetri.
1.3  Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari percobaan ini yaitu :
1.      Mengidentifikasi Papaverin HCL yang terdapat pada sediaan tablet.
2.    Menghitung kadar tablet Papaverin HCl secara ekstraksi pelarut.
3.    Menghitung kadar tablet Papaverin HCL secara titrasi alkalimetri.
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Teori Umum
Ekstraksi cair merupakan metode pemisahan atau pengambilan zat terlarut dalam larutan (biasanya dalam air) dengan menggunakan pelarut lain (biasanya organik). Ekstraksi cair dapat juga disebut ekstraksi pelarut. (Tim Dosen UIT,2010).
Prinsip metode ini didasarkan pada zat terlarut dengan perbandingan tertentu antar dua pelarut yang tidak saling bercampur seperti eter, kloroform, karbontetra klorida, dan karbon disulfida. Diantara berbagai jenis pemisahan, ekstraksi pelarut merupakan metode yang paling baik dan popular, karena metode ini dapat dilakukan baik tingkat mikro maupun makro. Pemisahannya tidak memerlukan khusus atau canggih, melainkan hanya berupa corong pemisah. Seringkali untuk melakukan pemisahan hanya dilakukan beberapa menit. (Yazid,. E,. 2005.)
Metode ini mula-mula digunakan pada kimia analitik, tidak hanya untuk pemisahan tetapi juga untuk analisis kuantitatif. Selanjutnya metode ini berkembang dan dapat digunakan untuk kegunaan preparative dan pemurniaan pada skala kerja termasuk didalam bidang kimia organik, anorganik, dan biokimia. Dalam industri metode ini banyak dipakai untuk menghilangkan zat-zat yang tidak diinginkan dalam hasil, misalnya pada pemuniaan minyak tanah atau minyak goreng dan pemurniaan natrium hidroksida yang dihasilkan dari proses elektrolisis. (Yazid,. E,. 2005.)
Ekstraksi adalah suatu proses pemisahan subtansi atau zat dari campurannya dengan menggunakan pelarut yang sesuai. Ekstraksi dapat digolongkan berdasarkan bentuk campuran yang diestraksi dan proses pelaksanaanya. (Yazid,. E,. 2005.)
Volumetri adalah cara analisis jumlah berdasarkan pengukuran volume larutan pereaksi berkepekatan tertentu yang direaksikan dengan larutan contoh yang sedang ditetapkan kadarnya. Reaksi dijalankan dengan titrasi, yaitu suatu larutan ditambahkan dari buret sedikit demi sedikit, sampai jumlah zat-zat yang direaksikan tepat menjadi akivalen satu sama lain. Pada saat titran yang ditambahkan tampak telah ekivalen, maka penambahan titran harus dihentikan; saat ini dinamakan titik akhir titrasi. Larutan yang ditambahkan dari buret disebut titran, sedangkan larutan yang ditambah titran itu disebut titrat. Dengan jalan ini, volume atau berat titran dapat diukur dengan secara teliti dan bila konsentrasi juga diketahui, maka jumlah mol titran dapat dihitung. Karena jumlah titrat ekivalen atau sama dengan jumlah titran, maka jumlah mol titrat dapat diketahui pula berdasar persamaan reaksi dan koefisiennya. Perhatikanlah sekali lagi arti ungkapan ”pereaksi telah ekivalen”, yang berarti: telah tepat banyaknya untuk menghabiskan zat yang direaksikan. Titran dan titrat tepat saling menghabiskan; tidak ada kelebihan yang satu maupun yang lain. Ini tidak selalu berarti, bahwa pereaksi dan zat yang direaksikan telah sama banyak, baik volume maupun jumlah gram atau mol-nya. Hal ini jelas, sebab jumlah yang bereaksi ditentukan oleh persamaan reaksi (Harjadi, 2007).
Titrasi adalah proses penentuan banyaknya suatu larutan dengan konsentrasi yang diketahui dan diperlukan untuk bereaksi secara lengkap dengan sejumlah contoh tertentu yang akan di analisis. Prosedur analitis yang melibatkan titrasi dengan larutan-larutan yang konsentrasinya diketahui disebut analisis volumetri. Dalam analisis larutan asam dan basa, titrasi melibatkan pengukuran yang seksama, volume-volume suatu asam dan suatu basa yang tepat saling menetralkan (Keenan, 2008).
Papaverin adalah suatu alkaloid benzyl isoquinoline. struktur yang
didirikan oleh Goldschmiedt dan Co-Pekerja di 1883-1888 (1,2) dan telah dikonfirmasi oleh jumlahl sintesis papaverine yang dicapai oleh beberapa penulis. Papaverin hampir tidak larut dalam air, sedikit larut dalam etranol dingin, larut dalam kloroform, etanol panas, aseton dan benzene panas. Papaveri dapat dibuat melalui isolasi opium (yang mengandung sekitar 1 % papaverin) atau dengan sintesis alakaloid (Klaus, 2005)
Papaverin HCl dapat dibuat dalam sediaan injeksi vial subkutan maupun slow intravena karena papaverin HCl merupakan zat aktif yang berkhasiat untuk mengobati cerebral dan peripheral iskemia yang berhubungan dengan kejang arteri, dan iskemia miokardia karena aritmia (Ditjen,1995).
Struktur papaverin Hidroklorida (C20H21NO4.HCl) yaitu (Ditjen,1995) :

Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhii9UBYp_1IFnznCzgC_pAwocXZA_3UMjqU22ugf88r45suY-2opHa9nXcPLtLdIyDAHcQYrlU16Wbhz35U_LO9Qyfav9tV5Br6gv35CuTfzNZu6uLd9SgH2RffpZYjExpsAnL-uW6Vw/s320/image.jpg
Larutan injeksi Papaverin HCl yang dibuat dalam vial intravena membutuhkan zat-zat tambahan seperti (Lachman Edisi III,1994):
1.    Aqua pro injection sebagai pelarut dan merupakan cairan jernih bebas pirogen (senyawa organik yang menyebabkan demam dan berasal dari pencemaran mikroba).
2.    Digunakan Benzetonium klorida sebagai pengawet (anti mikroba) karena sediaan injeksi vial digunakan untuk dosis ganda, dimana pemakaiannya dapat diambil sebagian dan sisanya harus tetap steril dari adanya pencemaran mikroba.





















2.2 Uraian Bahan
1.    Aquadest (Ditjen POM, 1979)
Nama Resmi
Nama Lain
Rumus Molekul
Berat Molekul
Rumus Struktur
Pemenria

Kelarutan
Penyimpanan
Kegunaan
:
:
:
:
:
:

:
:
:
AQUA DESTILLATA
Aquadest, air suling
H2O
18,02
H-O-H
Cairan tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak berasa
Larut dengan semua jenis larutan
Dalam wadah tertutup kedap
Zat pelarut
2.    Asam Sulfat (Ditjen POM, 1979)
Nama resmi
Nama lain
RM/BM
Kandungan

Pemerian


Kelarutan
Penyimpanan
Kegunaan
:
:
:
:

:


:
:
:
ACIDIUM SULFURICUM
Asam sulfat
H2SO4 / 98,07
Tidak kurang dari 95.0% dan tidak lebih dari 98.0% H2SO4
Cairan   kental    seperti   minyak,  korosif, tidak     berwarna,   jika   ditambahkan  air menimbulkan panas.
Larut dalam air dan etanol.
Dalam wadah tertutup rapat
Sebagai pereaksi




3.    FeCl3 (Dirjen POM, 1979)
Nama resmi
Nama lain
RM/BM
Pemerian

                                     
Kelarutan

Penyimpanan

:
:
:
:


:

:
FERRI CHLORIDUM
Besi (III) klorida
FeCl3 /162,2
Hablur atau serbuk hablur, hitam kehijauan,  bebas berwarna jingga dari garam hidrat yang telah terpengaruh oleh kelembaban.
Larut dalam air, larutan beropalesensi   berwarna  jingga.
Wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya.
4.    HNO3 ( Dirjen POM, 1979)
Nama lain
BM / RM
Pemerian
Kelarutan
Kegunaan
Penyimpanan
:
:
:
:
:
:
ASAM NITRAT
162,2 / FeCl3
Cairan berasap, jernih, tdak berwarna
Larut dalam air, larutan beropalesensi.
Sebagai pereaksi
Dalam wadah tertutup rapat
5.    Kloroform  (Ditjen POM, 1995)
Nama Resmi
Nama Lain
RM/BM
Pemerian

Kelarutan




Penyimpanan
:
:
:
:

:




:
CHLOROFORMUM
Kloroform
CHCl3 119,38
Cairan, mudah menguap;tidak berwarna, bau khas; rasa manis dan membakar.
Larut dalam lebih kurang 200 bagian air;
mudah larut dalam etanol mutlak P, dalam eter P, dalam sebagian besar pelarut organic, dalam minyak atsiri dan dalam minyak lemak.
Dalam wadah tertutup baik   bersumbat kaca, terlindung dari cahaya.
6.    NaOH (Dirjen POM 1979)
Nama
Nama lain
Rumus molekul
BM
Pemerian




Kelarutan

Struktur
:
:::




:

:
NATRII HYDROXYUM
Natrium hidroksida
NaOH
40,00
Bentuk batang, butiran, massa hablur atau kaping, kering, keras, rapuh, putih, mudah meleleh basah sangat alkalis dan korosif. Segera menyerap karbondioksida.
Sangat mudah larut dalam air dan dalam    etanol (95%) P.
Na – O – H
7.    Fenolftalein (Dirjen POM 1995)
Nama resmi
Sinonim
RM/BM
Pemerian             


Kelarutan 

Khasiat
Kegunaan
Penyimpanan          
:
:
:
:


:

:
:
:
PHENOLPHTHALEINUM
Fenolftalein
C20H14O4 / 318,33
Serbuk hablur, putih atau putih kekuningan lemah; tidak berbau; stabil diudara.
Praktis tidak larut dalam air; larut dalam etanol; agak sukar larut dalam etanol.
Indikator
Indikator
Dalam wadah tertutup baik.
8.    Natrium klorida (Dirjen POM 1979)
Nama Resmi
Nama Lain
Rumus molekul       
Berat Molekul          
Pemerian


Kelarutan



Penyimpanan
:
:
:
:
:


:



:
NATRII CHLORIDUM
Natrium klorida
NaCl
58,44
Hablur heksahedral, tidak berwarna, atau serbuk hablur putih, tidak berbau, rasa asin.
Larut dalam 2,8 bagian air, dalam 2,7 bagian air mendidih, dan lebih kurang 10 bagian gliserol P, sukar larut dalam etanol (95%)P
Dalam wadah tertutup baik.
9.    Papaverin HCL (Dirjen POM 1979)
Nama Resmi
Rumus molekul
BM
Penampilan
Kelarutan



 Khasiat
Mekanisme kerja

Kontra Indikasi





Efek Samping

Dosis

Penyimpanan
:
:
:
:
:



:
:

:





:

:

:

PAPAVERIN HIDROCHLORYDUM
C20H21NO4,HCL
375,86
Hablur atau serbuk hablur
Air       : Agak sukar larut
Etanol            : Sukar larut
Kloroform: Larut
Eter: Praktis tidak larut
Spasmolitikum.
Merelaksan non spesifik yang bekerja secara langsung pada otot polos.
Kolik kandung empedu & ginjal & kondisi dimana memerlukan relaksasi otot polos, embolisme perifer & mesentrium, spasmolitik, kejang perut, kejang saluran kemih, saluran empedu, dismenore, migrain (emboli perifer dan mesenterik).
Pandangan kabur, mual, mengantuk, berkeringat.
Sekali = 40 mg – 100 mg
Sehari = 120 mg – 300 mg
Dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya.

















2.3 Prosedur Kerja (Anonim, 2016)
a.    Identifikasi Papaverin HCl
Pertama-tama siapkan alat dan bahan. Larutan asam yang diperoleh pada penetapan kadar akan membentuk endapan dengan larutan raksa (III) klorida P, dengan larutan iodium p, dengan larutan kalium heksasianoferat (III) P dan dengan larutan trinitrofenol P. Serbuk tablet papaverin HCl dengan larutan pereaksi mayer akan membentuk endapan putih, larutan berwarna merah. Serbuk tablet Papaverin HCl dengan H2SO4 pekat menghasilkan warna larutan merah anggur lama kelamaan menjadi ungu. Serbuk tablet Papaverin HCl dengan larutan HNO3 pekat menghasilkan warna larutan orange kekuningan. Serbuk tablet Papaverin HCl dengan larutan K3Fe(CN)6 + Larutan FeCl3 maka warna larutan menjadi hijau.
b. Penetapan kadar papaverin HCl secara ekstraksi pelarut
Pertama-tama siapkan alat dan bahan. Siapkan fase air dengan mencampur 100ml air, 10ml NaOH 1N dan 30mg serbuk NaCl. Kocok campuran ini dalam corong pisah dengan 50ml kloroform selama beberapa menit, diamkan sampai setimbang, lalu pisahkan kedua fase. Kemudian timbang 5 tablet papaverin HCl dan tentukan berat rata-rata tiap tablet, lalu tablet di gerus sampai halus.
Timbang seksama serbuk tablet papaverin HCl yang mengandung kira-kira 200mg papaverin HCl masukkan dalam corong pisah. Tambahkan 25ml fase air yang baru di buat tadi ke dalam corong pisah untuk melarutkan papaverin. Tambahkan 10ml fase kloroform lalu kocok selama beberapa menit, diamkan dan biarkan sampai setimbang (jika larutan tidak memisah, maka ditambahkan serbuk garam secukupnya. Dan jika larutan berbusa atau mengandung partikel yang tidak larut, maka lakukan penyaringan).
Pisahkan kedua fase larutan dan kumpulkan fase kloroform secara kuantitatif dalam gelas kimia yang beratnya sudah di tera. Lakukan cara 5 dan 6 sebanyak 3 kali terhadap cara 4 selanjutnya, fase kloroform di uapkan di atas waterbath sampai berat konstan. Timbang berat papaverin dalam fase kloroform dan hitunglah kadar papaverin HCl dalam sediaan tablet (gunakan persamaan 1). Bandingkan hasilnya dengan persyaratan sediaan menurut farmakope indonesia.
c. Penetapan kadar papaverin HCl secara titrasi alkalimetri
Pertama-tama siapkan alat dan bahan. Sampel papaverin yang di tetapkan kadarnya adalah fase kloroform hasil ekstraksi pada percobaan bagian a. Sampel berupa ekstrak kering papaverin dilarutkan dengan 20ml aquades bebas CO2, kemudian dipindahkan ke dalam erlenmeyer. Tambahkan 10ml etanol netral (sebanyak 15ml etanol 95% ditambahkan ditambahkan 1 tetes merah fenol kemudian ditambahkan bertetes-tetes NaOH 0,1N hingga larutan berwarna merah.
Tambahkan indikator PP 1% sebanyak 2 tetes, lalu titrasi dengan larutan baku NaOH 0,1N sampai terjadi perubahan warna larutan menjadi merah muda yang menetap. Tentukan kadar papaverin HCl menggunakan persamaan 2. Bandingkan hasil dengan percobaan pada bagian a.



BAB 3 METODE KERJA
3.1 Alat Praktikum
Alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu buret/statif, ball pipet, corong pisah, corong, erlenmeyer, gelas ukur, gelas beker, kertas saring, pipet volume, pipet tetes, rak tabung, spatula, dan tabung reaksi.
3.2 Bahan Praktikum
Bahan yang digunakan pada praktikum ini yaitu aquades bebas CO2, asam sulfat p 1,14% v/v, amonia p, HNO3 pekat, H2SO4 pekat, kloroform pa, larutan pereaksi meyer,  larutan K3Fe(CN)6, larutan FeCl3, larutan etanol netral, , larutan baku NaOH 0,1N, NaCl dan  tablet papaverin HClindikator pp 1%.
3.3 Cara Kerja
a. Penetapan kadar papaverin HCl secara ekstraksi pelarut
1)    Disiapkan fase air dengan mencampur 100ml air, 10ml NaOH 1N dan 30mg serbuk NaCl. Kocok campuran ini dalam corong pisah dengan 50ml kloroform selama beberapa menit, diamkan sampai setimbang, lalu pisahkan kedua fase.
2)    Ditimbang 5 tablet papaverin HCl dan tentukan berat rata-rata tiap tablet, lalu tablet di gerus sampai halus.
3)    Ditimbang seksama serbuk tablet papaverin HCl yang mengandung kira-kira 200mg papaverin HCl masukkan dalam corong pisah.
4)    Ditambahkan 25ml fase air yang baru di buat tadi ke dalam corong pisah untuk melarutkan papaverin.
5)    Ditambahkan 10ml fase kloroform lalu kocok selama beberapa menit, diamkan dan biarkan sampai setimbang (jika larutan tidak memisah, maka ditambahkan serbuk garam secukupnya. Dab jika larutan berbusa atau mengandung partikel yang tidak larut, maka lakukan penyaringan).
6)    Dipisahkan kedua fase larutan dan kumpulkan fase kloroform secara kuantitatif dalam gelas kimia yang beratnya sudah di tera.
7)    Dilakukan cara 5 dan 6 sebanyak 3 kali terhadap cara 4 selanjutnya, fase kloroform di uapkan di atas waterbath sampai berat konstan.
8)    Ditimbang berat papaverin dalam fase kloroform dan hitunglah kadar papaverin HCl dalam sediaan tablet (gunakan persamaan 1). Bandingkan hasilnya dengan persyaratan sediaan menurut farmakope indonesia.
b. Penetapan kadar papaverin HCl secara titrasi alkalimetri
1)    Sampel papaverin yang di tetapkan kadarnya adalah fase kloroform hasil ekstraksi pada percobaan bagian a.
2)    Sampel berupa ekstrak kering papaverin dilarutkan dengan 20ml aquades bebas CO2, kemudian dipindahkan ke dalam erlenmeyer. Tambahkan 10ml etanol netral (sebanyak 15ml etanol 95% ditambahkan ditambahkan 1 tetes merah fenol kemudian ditambahkan bertetes-tetes NaOH 0,1N hingga larutan berwarna merah.
3)    Ditambahkan indikator PP 1% sebanyak 2 tetes, lalu titrasi dengan larutan baku NaOH 0,1N sampai terjadi perubahan warna larutan menjadi merah muda yang menetap.
4)    Ditentukan kadar papaverin HCl menggunakan persamaan 2.
5)    Dibandingkan hasil dengan percobaan pada bagian a.


BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
a.    Secara ekstraksi
Kelompok
Berat ekstrak
Berat sampel
% Kadar
1
0,087
4,9
1,775
2
0,108
4,9
2.204
3
377,2
1,84
20,5
4
11,2
41,82
26,78

b.    Secara alkalimetri
Kelompok
Vol. NaOH
% Kadar
1
0,1 Ml
7,4806
2
0,1 mL
40,17
3
0,1 mL
18,84
4
3 mL
24,34












4.2 Pembahasan
Ekstraksi pelarut juga digunakan untuk memekatkan analit yang ada didalam sampel dalam jumlah kecil sehingga tidak memungkinkan atau menyulitkan untuk deteksi dan kuantifikasinya. Salah satu fasenya seringkali berupa air dan faes yanglain pelarut organik seperti kloroform.
Papaverin adalah suatu alkaloid benzyl isoquinoline. Papaverin hampir tidak larut dalam air, sedikit larut dalam etranol dingin, larut dalam kloroform, etanol panas, aseton dan benzene panas. Papaveri dapat dibuat melalui isolasi opium (yang mengandung sekitar 1 % papaverin) atau dengan sintesis alakaloid.
Adapun tujuan dari percobaan ini yaitu untuk mengidentifikasi papaverin HCL yang terdapat pada sediaan tablet, menghitung kadar tablet Papaverin HCl secara ekstraksi pelarut dan menghitung kadar tablet Papaverin HCL secara titrasi alkalimetri.
Alasan penggunaan corong pisah adalah untuk memisahkan larutan yanng tidak saling bercampur.
Alasan penggunaan kloroform karena papaverin HCl larut dalam kloroform sehingga digunakan kloroform sebagai pelarut atau senyawa penarik papaverin HCl.
Alasan penggunaan NaOH pada ekstraksi papaverin adalah untuk memberikan suasan basa pada larutan sehingga dapat berikatan dengan HCl dan membentuk NaCl.
Alasan penambahan serbuk NaCl yaitu untuk melarutkan partikel-partikel yaang tidak larut dengan cara berikatan dengan partikel-partikel tersebut.
Alasan dilakukan ekstraksi sebnayak 3 kali yaitu agar senyawa yang diekstraksi  benar-benar senyawa yang diinginkan tanpa ada senyawa lain yang ikut terekstraksi.
Alasan NaOH digunakan sebagai larutan baku karena senyawa sampel bersifat asam sehingga jika dititrasi larutan baku yang digunakan harus bersifat basa.
Alasan penggunaan air bebas CO2   karena NaOH merupakan basa kuat yang mudah menyerap CO2 atau bersifat higroskopis sehingga diperlukan untuk melarutkan basa.
Indikator merah fenol adalah indiikator yang memiliki rentang pH antara 6,8-8,0 yang akan mengalaami  perubahan warna kuning apabila larutan bersifat asan dan berwarna merah apabila larutan bersifat basa.
Larutan baku digunakan untuk menetukan konsentrasi larutan yang tidak dikenal atau yang tidak diketahui konsentrasinya. Sedangkan  fungsi indikator dalam proses titrasi adalah untuk menentukan titik ekivalen ketika dua larutan telah mencapai netralisasi.
Larutan baku NaOH merupakan larutan baku sekunder yang derajat kemurniannya lebih rendah ketimbang larutan baku primer sehingga larutan NaOH perlu dibakukan menggunakan baku primer yang derajat kemurniannya lebih tinggi untuk meminimalisir kesalah selama titrasi.
Adapun hasil yang didapatkan untuk metode ekstraksi  yaitu pada  1,775 % dan hasil yang didapatkan untuk metode alkalimetri  yaitu 7,4806 %, . Hasil yang didapatkan pada kedua metode tersebut berbeda di sebabkan oleh kesalahan-kesalahan selama praktikum.
Hasil kadar yang didapatkan dari kedua metode ini hasilnya  tidak sesuai dengan yang tertera di Farmakope Indonesia yang menyatakan bahwa tablet papaverin HCl mengandung papaverin HCl tidak kurang dari 93,0% dan tidak lebih dari 107,0%. Hal ini Mungkin disebabkan oleh beberapa faktor kesalah seperti kurang teliti dalam pemipetan larutan, dalam penimbangan bahan dan penambahan fase air yang berlebih serta air bebas CO2  yang telah telah terkoontaminasi oleh CO2.


















                                                                                                     
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Pada praktikum ini dapat disimpulkan bahwa pada penetapan kadar secara ekstraksi pelart didapatka hasil yaitu pada kadarnya 1,775 %,dan pada penentuan kadar secara alkalimetri hasil yang didapatkan yaitu   7,4806. Hasil kadar yang didapatkan dari kedua metode ini tidak sesuai dengan yang tertera di Farmakope Indonesia yang menyatakan bahwa tablet papaverin HCl mengandung papaverin HCl tidak kurang dari 93,0% dan tidak lebih dari 107,0%.
5.2 Saran
Adapun sara yaitu alat laboratorium haru diperbaiki agar memudahkan pada saat praktikum.
















DAFTAR PUSTAKA
Dirjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Departemen kesehatan RI: Jakarta
Dirjen POM. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Departemen kesehatan RI: Jakarta
Harjadi, W. 1987. Ilmu Kimia Analitik Dasar. PT. Gramedia: Jakarta
Keenan, Charles W. 2008. Ilmu Kimia untuk Universitas. Edisi VI.  422. Erlangga: Jakarta
Klaus, W., Richard, A., & Dick, S., 2005, Fitz Patrick’s Color Atlas and Sinopsis of Clininal Dermatology, Medical Publishing Division, New York
Lachman, Leon. 1994.Teori dan Praktek Farmasi Industri Edisi III. UI-Press;Jakarta
Rohman, Abdul dan Gandjar, Ibnu Gholib. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
Tim Dosen UIT,. 2010. Penuntun Praktikum Analisis Instrumen Farmasi. Universitas Indonesia Timur. Makassar.
Yazid,. E,. 2005. Kimia Fisika untuk Paramedis. Andi. Yogyakarta.








LAMPIRAN
Skema Kerja
a. Penetapan kadar papaverin HCl secara ekstraksi pelarut
Siapkan fase air dengan mencampur 100ml air, 10ml
NaOH 1N dan 30mg serbuk NaCl. Kocok campuran ini
dalam corong pisah dengan 50ml kloroform selama
 beberapa menit, diamkan sampai setimbang, lalu pisahkan
kedua fase.

Timbang 5 tablet papaverin HCl dan tentukan berat rata-rata
tiap tablet, lalu tablet di gerus sampai halus.

Timbang seksama serbuk tablet papaverin HCl yang mengandung
kira-kira 200mg papaverin HCl masukkan dalam corong pisah.

Tambahkan 25ml fase air yang baru di buat tadi ke dalam corong
pisah untuk melarutkan papaverin.

Tambahkan 10ml fase kloroform lalu kocok selama beberapa menit, diamkan dan biarkan sampai setimbang (jika larutan tidak memisah,
maka ditambahkan serbuk garam secukupnya. Dan jika larutan
berbusa atau mengandung partikel yang tidak larut, maka lakukan penyaringan).

Pisahkan kedua fase larutan dan kumpulkan fase kloroform
secara kuantitatif dalam gelas kimia yang beratnya sudah di tera.

Lakukan cara 5 dan 6 sebanyak 3 kali terhadap cara 4 selanjutnya,
fase kloroform di uapkan di atas waterbath sampai berat konstan.

Timbang berat papaverin dalam fase kloroform dan hitunglah
kadar papaverin HCl dalam sediaan tablet (gunakan persamaan 1).

Bandingkan hasilnya dengan persyaratan sediaan menurut
farmakope indonesia.

b. Penetapan kadar papaverin HCl secara titrasi alkalimetri
Sampel papaverin yang di tetapkan kadarnya adalah fase
kloroform hasil ekstraksi pada percobaan bagian a.

Sampel berupa ekstrak kering papaverin dilarutkan dengan 20ml
 aquades bebas CO2, kemudian dipindahkan ke dalam erlenmeyer.

Tambahkan 10ml etanol netral (sebanyak 15ml etanol 95%
ditambahkan ditambahkan 1 tetes merah fenol kemudian
ditambahkan bertetes-tetes NaOH 0,1N hingga larutan
 berwarna merah.

Tambahkan indikator PP 1% sebanyak 2 tetes, lalu titrasi
dengan larutan baku NaOH 0,1N sampai terjadi perubahan
warna larutan menjadi merah muda yang menetap.

Tentukan kadar papaverin HCl menggunakan persamaan 2.

Bandingkan hasil dengan percobaan pada bagian a.

LAMPIRAN
Perhitungan
-     KELOMPOK 1
Dik :
Berat ekstrak        = 0,087 gr
Berat sampel        = 4.9 gr
Volume NaOH     = 0,1080 mL
Ditanyakan kadar papaverin  =
a.    Kadar papaverin (ekstraksi )
= 
b.    Kadar papaverin (alkalimetri) =
=
-     KELOMPOK 2
Dik :
Berat ekstrak        = 0,108 mg
Berat sampel        = 4,9 mg
Ditanyakan kadar papaverin  =
a.     Kadar papaverin (ekstraksi )
= 
b.     Kadar papaverin (alkalimetri) =
=




-     KELOMPOK 3
Dik :
Berat ekstrak        = 377,2 mg
Berat sampel        = 1,84 mg
Volume NaOH     = 0,1 mL
Ditanyakan kadar papaverin  =
a.    Kadar papaverin (ekstraksi )
= 
b.    Kadar papaverin (alkalimetri) =
=
-     KELOMPOK 4
Dik :
Berat ekstrak        = 11,2 mg
Berat sampel        = 41,82 mg
Volume NaOH     = 3 mL mL
Ditanyakan kadar papaverin  =
c.    Kadar papaverin (ekstraksi )
= 
d.    Kadar papaverin (alkalimetri) =
=

Tidak ada komentar:

Posting Komentar