Rabu, 01 Agustus 2018

laporan IV


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Identifikasi farmakokinetik adalah suatu obat yang tidak haya dapat menetukan faktor –  faktor yang mempengaruhi kadar dan keberadaanya  di dalam tubuh juga dalam menentukan kegunaan terapeutik  obat – obat yang mempunyai toksik  yang tinggi. Pada umumnya, kebanyakan obat mengalami keseimbangan antara dua atau tiga kompartemen dan karena itu menunjukkan sifat kinetik yang rumit. Namun model yang sederhana tersebut cukup untuk menjelaskan konsep farmakokinetik.
Seperti yang kita ketahui bahwa farmakokinetik itu adalah bagaimana respon dari tubuh kita terhadap obat yang masuk ke dalam tubuh kita. Untuk itu dalam percobaan ini kita ingin melihat bagaimana farmakokinetik dari obat yang kita gunakan dan parameter – parameter apa saja yang dapat mempengaruhi efek farmakokinetik dari suatu obat di dalam tubuh serta bagaimana mekanisme obat tersebut hingga nantinya dapat memberikan efek.
Setiap obat yang masuk ke dalam tubuh dalam rute pemberian apapun selalu berkaitan dengan farmakokinetik. Karena setiap obat pasti akan mengalami proses baik itu mulai dari proses penyerapan maupun langsung mengalami distribusi seperti pada pemberian intravena yang langsung masuk ke dalam peredaran darah tanpa mengalami proses absorbsi. Pemberian ini kebanyakan digunakan pada pasien yang sangat susah mengkonsumsi obat lewat mulut ataupun pasien yang tidak memungkinkan mengkonsumsi obat secara oral seperti pasien yang memerlukan penanganan cepat, pingsan, dan berbagai kondisi lain.
B. Maksud Percobaan
Adapun maksud pada praktikum ini yaitu untuk mempelajari dan mengetahui beberapa parameter farmakokinetik obat sanmol didalam tubuh hewan coba yang diberikan secara intravena melalui sampel darah.
C. Tujuan Percobaan
Tujuan pada praktikum ini yaitu untuk untuk menentukan beberapa parameter farmakokinetik obat sanmol didalam tubuh hewan coba yang diberikan secara intravena melalui sampel darah.
D. Prinsip Percobaan
Adapun prinsip pada praktikum ini yaitu penentuan parameter farmakokinetik berdasarkan pemberian obat sanmol secara injeksi intravena pada hewan coba tikus (Rattus norvegicus), yang kemudian diambil darahnya dan dihitung absorbansinya pada alat spektrofotometer.






BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori
Ilmu biofarmasetik dan farmakokinetik obat dan produk  obat bermanfaat untuk memahami hubungan antara sifat – sifat fisiko kimia dari produk obat dan efek farmakologik atau efek klinik (Shargel, 2012).
Studi biofarmasetika memerlukan penyelidikan berbagai faktor yang mempengaruhi laju dan jumlah obat yang mencapai sirkulasi sistemik. Hal ini berarti, biofarmasetika melibatkan faktor – faktor yang mempengaruhi pelepasan obat  dari suatu produk obat, laju pelarutan dan akhirnya bioavailabilitas obat tersebut. Farmakokinetika mempelajari kinetika absorbsi obat, distribusi dan eliminasi (yakni ekskresi dan metabolisme) uraian distribusi dan eliminasi obat sering diistilahkan sebagai disposisi obat (Shargel, 2012).
Farmakokinetik didefinisikan sebagai perubahan-perubahan kuantitatif dan tergantung kepada waktu dari konsentrasi obat dalam plasma dan jumlah total obat di dalam tubuh yang terjadi setelah pemberian obat dengan cara yang bermacam-macam (dua cara pemberian yang paling biasa adalah infusintravena dan regimen oral dengan dosis interval yang tetap, misalnya suatu tablet setiap 4 jam. Kemaknaan identifikasi farmakokinetik suatu obat tidak hanya terletak dalam menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi kadar dan keberadaannya dalam tubuh, tetapi juga dalam menentukan kegunaan terapeuti obat-obat yang mempunyai potensi toksik yang tinggi (Mycek, 2004).
Farmakokinetika  meneliti perjalanan obat, mulai dari saat pemberiannya, bagaimana absorbsi dari usus, transport dalam darah, dan distribusinya ke tempat kerjanya dan jaringan lain. Begitu pula  bagaimana perombakannya (biotranformasi) dan akhirnya ekskresinya oleh ginjal. Singkatnya farmakokinetika mempelajari segala sesuatu tindakan yang dilakukan tubuh terhadap obat (Tan. H.T, 2002).
Efek obat terhadap tubuh pada dasarnya merupakan akibat interaksi obat dengan reseptornya ; maka secara teoritis intensitas efek obat, baik efek terapi maupun efek toksik, tergantung dari kadar obat di temapt reseptor atau tempat kerjanya. Oleh karena itu kadar obat di temapt kerja belum dapat diukur, maka sebagai penggantinga diambil serum  / plasma yang umumnya dalam keseimbangan dengan kadarnya ditempat kerja. Telah dibuktikan  bahwa  untuk kebanyakan obat terdapat hubungan linier antara efek farmakologik obat dengan kadarnya dalam plasma atau serum ; tetapi tidak demikian halnya  antara efek  dengan dosis obat. Hal ini disebabkan karena kadar obart dalam plasma ditentukan tidak hanya oleh dosis obat tetapi juga olef factor – factor farmakokinetik yang ternyata sanagt bervariasi antar individu (Ganiswarna, 2005).
Pelepasan obat dari sediaan dalam perkembangan pengetahuan biofarmasi sekarang sudah dapat dikontrol, demikian juga absorbsi obat sudah dapat dipertimbangkan dengan seksama faktor – faktor yang mempengaruhinya. Kecepatan eliminai obat dari tubh sangat ditentukan  oleh parameter farmakokinetik obat tersebut. Dalam mengatur kecepatan pelepasan obat, diharapkan kita akan dapat suatu blood level yang terkontrol (Syukri, 2002).
Absorbsi adalah transfer suatu obat dari tempat pemberian ke dalam aliran darah. Kecepatan dan efisiensi absorbsi tergantung pada cara pemberian. Untuk intra vena, absorbsi sempurna yaitu dosis total obat seluruhnya mencapai sirkulasi sistemik. Pemberian obat dengan sirkulasi lain hanya bisa menghasilkan absorbsi yang parsial dan karena itu merendahkan ketersediaan hayati. Tergantung pada sifat-sifat kimianya, obat-obat bisa diabsorbsi dari saluran cerna secara difusi pasif atau transpor aktif (Mycek, 2004).











B. Uraian Bahan dan Obat
1. SANMOL (Ditjen POM 1995: 37)
Nama Resmi              
Sinonim 
Rumus Molekul          
Pemerian  

Kelarutan 





Penyimpanan

Penggunaan        
:
:
:
:

:





:

:





ACETAMINOPHENUM
Asetaminofen, Parasetamol, Pamol
C8H9NO2
Hablur atau serbuk hablur putih ; tidak berbau ; rasa pahit
Larut dalam 70 bagian air, dalam 7 bagian etanol (95 %) P, dalam 13 bagian aseton P, dalam 40 bagian gliserol P, dan dalam 9 bagian propilenglikol P, dan dalam larutan alkali hidroksida.
Dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya.
Analgetikum ( obat yang digunakan untuk menghilangkan ras sakit atau nyeri tanpa menghilangkan kesadaran),
Antipiretikum ( obat yang digunakan untukmenurunkan suhu tubuh yang panas ).

      :  
C. Uraian Hewan Coba
1. Tikus putih (Rattus norvegicus) (Malole, 1989)
Kingdom 
Filum 
Kelas  
Ordo 
Sub ordo        
Familia 
Genus 
Spesies
:
:
:
:
:
:
:
:
Animalia
Chordata
Mamalia
Rodentia
Odontoceti
Muridae
Rattus
Rattus Norvegicus













BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
A. Alat dan Bahan
a. Alat yang digunakan
Alat yang digunakan pada saat praktikum yaitu kanula tikus, spoit 1 mL, gunting.
b. Bahan yang digunakan
Bahan yang digunakan pada saat praktikum yaitu betadine, sampel darah tikus, dan sanmol.
B. Prosedur Kerja
a. Penyiapan hewan coba
1)    Dipegang ujung ekor dengan tangan kanan dan dibiarkan kaki depan terpaut pada kawat kasa kandang.
2)    Dipegang kulit kepala sejajar dengan telinga tikus dengan menggunakan jari telunjuk dan ibu jari tangan kiri.
3)    Ditukarkan pegangan ekor dari tangan ke jari kelingking kiri supaya tikus itu dapat dipegang dengan sempurna.
4)    Mencit siap untuk diberikan perlakuan.
b. Perlakuan hewan coba
Masukkan obat sanmol pada tikus dengan rute intravena.


c. Cara kerja
1)    Siapkan alat dan bahan.
2)    Diambil darah awal tikus.
3)    Diberikan obat sanmol pada rute vena.
4)    Di ambil darah pada menit ke 10,20, 30, 40 dan 50.
5)    Di sentrifuge.
6)    Ukur absorbansi UV-Vis.
7)    Hitung parameternya.















BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Kurva baku
C (ppm)
Abs
10
0,049
20
0,101
30
0,149
40
0,185
50
0,230

t (menit)
Abs
10
0,212
20
0,165
30
0,123
40
0,099
50
0,07







B. Pembahasan
Pada pemberiaan obat secara intravena digunakan spoit 1 mL dan pada praktikum intravena menggunakan obat sanmol. Dimana obat sanmol ini digunakan untuk mengurangi atau menghilangkan rasa sakit dan dapat digunakan untuk menurunkan panas.
Dalam pemberian secara intravena yang harus diperhatikan adalah letak penyuntukan obat. Dimana pada tikus di suntikkan di bagian perut dengan kemiringin 450, agar obat yang disuntikkan dapat langsung masuk ke dalam vena.
Dalam pemberian obat secara intravena obat akan langsung masuk kedalam pembuluh darah, tanpa diabsorbsi  terlebih dahulu sehingga obat yang masuk melalui intravena obatnya terdistribusi semua kedalam tubuh dibandingkan dengan oral..
Adapun beberapa parameter  farmakokinetik dalam pemberian obat secara intravena yaitu Ke (tetapan laju eliminasi), t½ (waktu paruh), Vd (volume distribusi), AUC (Area di bawah kurva).
Pada hasil percobaan ini maka diperoleh  nilai Ke sebesar  0,027 menit-1, nilai t1/2 sebesar  25,666 menit.  nilai Vd sebesar  14421,274 mL, dan %AUC sebesar 45,9 %.
Adapun hasil yang didapatkan pada percobaan ini yaitu  data yang diperokeh  tidak valid karena seperti yang terdapat pada literatur data valid yaitu ≤20% sedangkan data yang kami dapatkan yaitu 45,9 %.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan pada praktikum ini yaitu data yang diperokeh  tidak valid karena seperti yang terdapat pada literatur data valid yaitu ≤20% sedangkan data yang kami dapatkan yaitu 45,9 %.
B. Saran
Adapun saran pada praktikum ini yaitu agar praktikan lebih memahami perhitungan.











DAFTAR PUSTAKA
Ganiswarna., 2005. Farmakologi Dan Terapi. Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran. Universitas Indonesia. Jakarta.
Malole. 1989. Penanganan Hewan – Hewan Percobaan                                           Dilaboratorium. Institusi Pertanian Bogor : Bogor

Mycek., 2004. Farmakologi Ulasan Bergambar. Widya Medika. Jakarta.
Shargel, Leon. 2012. Biofarmasetika Dan Farmakokinetika Terapan. Air Langga University. Jakarta.
Syukri.,Y. 2002. Biofarmasetika. UI Press. Yogyakarta.
Tan., H., Tjay dan Kirana Rahardja. 2002. Obat – Obat Penting. Elex Media Komputindo. Jakarta.













LAMPIRAN
Skema Kerja
a.  Penyiapan hewan coba
Dipegang ujung ekor dengan tangan kanan dan dibiarkan
 kaki depan terpaut pada kawat kasa kandang.

Dipegang kulit kepala sejajar dengan telinga tikus dengan
 menggunakan jari telunjuk dan ibu jari tangan kiri.

Ditukarkan pegangan ekor dari tangan ke jari kelingking
kiri supaya tikus itu dapat dipegang dengan sempurna.

Mencit siap untuk diberikan perlakuan.










b. Cara kerja
Siapkan alat dan bahan.

Diambil darah awal tikus.

Diberikan obat paracetamol secara oral.

Di ambil darah pada menit ke 10,20, 30, 40 dan 50.

Di sentrifuge.

Ukur absorbansi UV-Vis.

Hitung parameternya.








Perhitungan parameter farmakokinetik
·           Data kurva baku
C (ppm)
Abs
10
0,049
20
0,101
30
0,149
40
0,185
50
0,230
a          = 0,009
b          = 0,044
r           = 0,998065112
·         Data sampel ( Dosis obat = 10 mg )
t (menit)
Abs
Cp (µg/mL)
Log Cp
10
0,212
50,75
1,705
20
0,165
39
1,591
30
0,123
28,5
1,454
40
0,099
22,5
1,352
50
0,07
15,25
1,183





Data diatas diregresikan sehingga diperoleh :
Orde 0
Orde 1
a = 57,45
b = -0,875
r = -0,990472601
a = 1,841
b = -0,012
r = -0,997093378

Dari data sampel termasuk orde 1 karena nilai r mendekati ± 1
·      Ke              = -b (2,3)
                        = - (-0,012 x 2,3)
                        = 0,027 menit-1
·      b. t1/2          =
                        =
                        = 25,666 menit
·      Vd              =
                        =
                        = 14421,274 mL
·      AUC
1.                        =   (tn-tn-1)
                       =   (20-10)
                                     = 448,75 µg menit/mL

                       =  (30-20)
= 337,5 µg menit/mL
                        =  (40-30)
                                                = 255 µg menit/mL
                         =  (50-40)
        = 188,75 µg menit/mL
∑AUC                           = 1230 µg menit/mL
2.                                  =
=
= 564,814 µg menit/mL
 Nilai Cpn diambil dari nilai data paling terakhir
3.                           =
                                       =
                                       =
                                       = 2568,224 µg menit/mL
4.    % AUC                                    =  x 100%
                                       =
                                       = 45,9 %
  Data ini tidak valid karena % AUC = 45,9 %20%

Tidak ada komentar:

Posting Komentar