BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Obat adalah bahan atau campuran bahan, yang termasuk
di dalam produk biologi yang digunakan untuk mempengaruhi
atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka
penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan manusia ataupun hewan.
Pada praktikum ini menggunakan tikus sebagai
probandus. Dimana pertama - tama tikusnya diambil darah awal terlebih dahulu,
setelah itu darah diambil dengan interfal waktu 15 menit.
Interaksi obat juga dibagi menjadi 4 macam yaitu
interaksi obat dengan obat, interaksi obat dengan bahan herbal, interaksi obat
dengan bahan kimia dan interaksi obat dengan makanan atau minuman.
Pada praktikum ini kita menggunakan tikus untuk
mengetahui interaksi obat dengan minuman atau jus. Adapun jus yang digunakan
yaitu jus jambu, untuk mengetahui interaksi yang dapat terjadi akibat interaksi
obat dengan minuman.
Mengetahui interaksi obat sangat penting untuk mengetahui bagaimana interaksi obat yang benar supaya
interaksi obat tersebut tidak merugikan bagi kita. Interaksi obat dikatakan sebagai faktor yang dapat mempengaruhi respon
tubuh terhadap pengobatan yang diberikan. Umumnya obat berinteraksi dengan
makanan, zat kimia yang masuk ke dari lingkungan atau obat lain.
B.
Maksud Percobaan
Maksud pada praktikum
interaksi obat yaitu untuk mengetahui dan memahami interaksi obat paracetamol
dengan jus jambu (buavita) pada tikus (Rattus
norvegicus).
C.
Tujuan Percobaan
Tujuan pada praktikum
ini yaitu untuk menentukan absorbansi obat paracetamol, yang diminum dengan jus
jambu (buavita) pada tikus (Rattus
norvegicus).
D.
Prinsip Percobaan
Prinsip pada
praktikum interaksi obat yaitu penentuan parameter farmakokinetik pada obat
paracetamol secara oral pada hewan coba tikus (Rattus norvegicus), kemudian diambil darahnya dan dihitung
absorbansinya pada alat spektrofotometer.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
A.
Teori
Interaksi
obat merupakan satu dari delapan kategori masalah terkait obat (drug-related
problem) yang diidentifikasi sebagai kejadian atau keadaan terapi obat yang
dapat mempengaruhi outcome klinis pasien. Sebuah interaksi obat terjadi
ketika farmakokinetika atau farmakodinamika obat dalam tubuh diubah oleh
kehadiran satu atau lebih zat yang berinteraksi (Lullmann, 2000).
Interaksi
farmakokinetik terjadi ketika suatu obat mempengaruhi absorbsi, distribusi,
metabolisme dan ekskresi obat lainnya sehingga meningkatkan atau mengurangi
jumlah obat yang tersedia untuk menghasilkan efek farmakologisnya (Craig,
2007).
1. Absorbsi
Obat-obat yang digunakan secara oral biasanya diserap
dari saluran cerna ke dalam sistem sirkulasi. Ada banyak kemungkinan terjadi
interaksi selama obat melewati saluran cerna. Absorpsi obat dapat terjadi
melalui transport pasif maupun aktif, di mana sebagian besar obat diabsorpsi
secara pasif. Proses ini melibatkan difusi obat dari daerah dengan kadar tinggi
ke daerah dengan kadar obat yang lebih rendah. Pada transport aktif terjadi
perpindahan obat melawan gradien konsentrasi (contohnya ion-ion dan molekul
yang larut air) dan proses ini membutuhkan energi. Absorpsi obat secara
transport aktif lebih cepat dari pada secara tansport pasif. Obat dalam bentuk
tak-terion larut lemak dan mudah berdifusi melewati membran sel, sedangkan obat
dalam bentuk terion tidak larut lemak dan tidak dapat berdifusi. Di bawah
kondisi fisiologi normal absorpsinya agak tertunda tetapi tingkat absorpsinya
biasanya sempurna(Katzung, 2007).
2. Distribusi
Interaksi dalam ikatan protein
plasma. Banyak obat terikat pada protein plasma, obat yang bersifat asam
terutama pada albumin, sedangkan obat yang bersifat basa pada asam α1-glikoprotein.
Oleh karena jumlah protein plasma terbatas, maka terjadi kompetisi antara
obat-obat yang bersifat asam maupun antara obat-obat yang bersifat basa untuk
berikatan dengan protein yang sama. Tergantung dari kadar obat dan afinitasnya
terhadap protein plasma, maka suatu obat dapat digeser dari ikatannya dengan
protein plasma oleh obat lain, dan peningkatan kadar obat bebas menimbulkan
peningkatan efek farmakologiknya. Akan tetapi keadaan ini hanya berlangsung
sementara karena peningkatan kadar obat bebas juga meningkatnya eliminasinya
sehingga akhirnnya tercapai keadaan mantap yang baru dimana kadar obat total
menurun tetapi kadarobat bebas kembali seperti sebelumnya (mekanisme
kompensasi) (Craig, 2007).
3. Metabolisme
Hambatan metabolisme obat. Hambatan metabolisme
terutama menyangkut obat – obat yang merupakan substrat enzim metabolisme
sitokrom P450 (CYP) dalam mikrosom hati. Dalam bab 1 di bagian farmakokinetik
telah disebutkan adanya 6 isoenzim CYP yang penting untuk metabolisme obat.
Tiap isoenzim tersebut mempunyai substrat dan penghambatnya masing – masing.
Pemberian bersama salah satu substrat dengan salahsatu penghambat dari
enzimyang sama akan meningkatkan kafar plasma substrat sehingga meningkatkan
efek atau toksisitasnya. Oleh karena CYP 3A4/5 memetabolisme sekitar 50 % obat
untuk manusia, maka penghambat isoenzim ini menjadi penting karena akan
berinteraksi dengan banyak obat, terutama penghambat yang poten, yakni
ketokonazol, itrakonazol, eritromisin dan klaritromisin (Ganiswara, 2007).
4. Eliminasi
Gangguan ekskresi ginjal akibat kerusakan
ginjal oleh obat. Obat –obat yang dapat menyebabkan kerusakan ginjal adalah
aminoglikosida, obat – obat lain yang eliminasinya terutama melalui ginjal maka
akan terjadi akumulasi obat – obat lain tersebut sehingga menimbukan efek
toksik (Ganiswara, 2007).
Interaksi farmaseutik inkompatibilitas ini terjadi di
luar tubuh (sebelum obat diberikan) antara obat yang tidak dapat dicampur
(inkompatibel).Pencampuran obat demikian menyebabkan terjadinya interaksi
langsung secara fisik atau kimiawi, yang hasilnya mungkin terlihat sebagai
pembentukan endapan, perubahan wana dan lain-lain, atau mungkin juga tidak
terlihat.Interaksi ini biasanya berakibat inaktivasi obat (Ganiswara,2007).
B.
Uraian Bahan dan Obat
1. Paracetamol (Depkes RI 1979, hal
37)
Nama Resmi
Nama Lain
Berat
Molekul
Pemerian
Rumus
Molekul
Kelarutan
Penyimpanan
Khasiat
Indikasi
Kontra
indikasi
Farmakologi
Efek
samping
Mekanisme
aksi
|
:
: :
:
:
: : : : : : : : |
ACETAMINOPHENUM
Asetaminofen,
paracetamol
151,16
Hablur
atau serbuk hablur putih, tidak berbau: rasa pahit
C8H9NO2
Larut
dalam 27 bagian air, dalam 7 bagian etanol (95%)P, dalam 13 bagian bagian
aseton P, dalam 40 bagian gliserol
Dalam
wadah tertutup baik
Analgetikum,
antipiretikum
Nyeri
ringan sampai dengan sedang dan demam
Hipersensivitas
Memiliki
aktifitas sebagai analgetik dan antipiretik
Efek
samping dalam dosis jarang; kecuali kulit, kelainan darah, pangkreatitis akut
Bekerja
langsung pada sistem pengaturan panas dihipotalamus dengan menghambat sintesa
prostaglandin disistem saraf pusat
|
C.
Uraian Hewan Coba
1. Tikus putih (Rattus norvegicus) (Malole,
1989)
Kingdom
Filum
Kelas
Ordo
Sub ordo
Familia
Genus
Spesies
|
:
:
: : : : : : |
Animalia
Chordata
Mamalia
Rodentia
Odontoceti
Muridae
Rattus
Rattus Norvegicus
|
BAB
III
METODOLOGI
PERCOBAAN
A.
Alat dan Bahan
a. Alat yang digunakan
Alat yang dugunakan pada saat praktikum yaitu
kanula, spoit 3mL, kapas, dan gunting.
b. Bahan yang digunakan
Bahan yang digunakan pada saat praktikum
yaitu betadine, sampel darah tikus, dan paracetamol.
B.
Prosedur Kerja
a.
Penyiapan hewan coba
1) Dipegang
ujung ekor dengan tangan kanan dan dibiarkan kaki depan terpaut pada kawat kasa
kandang.
2) Dipegang
kulit kepala sejajar dengan telinga tikus dengan menggunakan jari telunjuk dan
ibu jari tangan kiri.
3) Ditukarkan
pegangan ekor dari tangan ke jari kelingking kiri supaya tikus itu dapat
dipegang dengan sempurna.
4) Mencit siap
untuk diberikan perlakuan.
b. Perlakuan hewan coba
Masukkan
obat paracetamol pada tikus dengan rute oral.
c. Cara kerja
1)
Siapkan alat dan bahan.
2) Diambil
darah awal tikus.
3) Diberikan
obat paracetamol secara oral.
4) Di
ambil darah pada menit ke 15, 30, 45 dan 60.
5) Di
sentrifuge.
6) Ukur
absorbansi UV-Vis.
7)
Hitung parameternya.
BAB
IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil
t
( menit)
|
Cp
|
30
|
0,312
|
60
|
0,615
|
90
|
0,968
|
110
|
0,678
|
150
|
0,375
|
180
|
0,167
|
B.
Pembahasan
Interaksi
obat adalah perubahan efek suatu obat akibat pemakaian obat lain (interaksi
obat-obat) atau oleh makanan, obat tradisional dan senyawa kimia lain.
Interaksi obat yang signifikan dapat terjadi jika dua atau lebih obat digunakan
bersama-sama.
Pada interaksi obat
dikenal berbagai macam jenis yaitu farmakokinetika, farmaseutik dan
farmakodinamik. Dimana farmaseutik terjadi diluar tubuh. Farmakokinetik terjadi
di dalam tubuh. Sedangkan farmakodinamik terjadi antara obat dengan obat.
Adapun macam – macam
interaksi obat yang dapat terjadi adalah interaksi obat dengan makanan atau
minuman, interaksi obat dengan bahan herbal, interaksi obat dengan bahan kimia
dan interaksi obat dengan obat.
Adapun pada praktikum
interaksi obat kita menggunakan obat paracetamol dan jus buah jambu (buavita)
untuk melihat apa yang terjadi pada saat parasetamol dan jus jambu (buavita)
diberkan secara bersamaaan ke tikus (Rattus
norvegicus).
Adapun hasil yang diperoleh pada
praktikum ini yaitu nilai % AUC nya yaitu 0,287% , sehingga dapat dikatakan
bahwa nilainya valid karena kurang dari 20%.
BAB
V
KESIMPULAN
DAN SARAN
A.
Kesimpulan
Kesimpulan pada
praktikum ini yaitu diperoleh % AUC 0,287%, sehingga dapat dikatakan nilainya
valid.
B.
Saran
Adapun saran pada praktikum
ini yaitu agar perlengkapan pada saat praktikum tersedia pada saat melakukan
praktikum.
DAFTAR
PUSTAKA
Craig, R.Craig and Robert E.Stitzel. 2007. Modern Pharmacology With Clinical Application-6th Ed. Lippncott
Williams & Wilkin. Virginia.
Ditjen POM, 1979. Farmakope
Indonesia Edisi III. Depkes RI . Jakarta.
Ganiswarna, Sulistia, 2007.Farmakologi
dan Terapi Edisi V. Departemen Farmakologi dan Terapeutik Fakultas
Kedokteran UI : Jakarta.
Katzung, G.Bertram. 2007. Basic
& Clinical Pharmacology – 10th Ed. The McGraw-Hill Companies. Inc,
New York.
Lüllmann, Heinz, [et al.]. 2000. Color
Atlas of Pharmacology 2nd Ed. Thieme. New York.
Malole. 1989. Penanganan Hewan – Hewan Percobaan di laboratorium.
Institusi Pertanian Bogor : Bogor
LAMPIRAN
Skema
Kerja
a.
Penyiapan hewan coba
Dipegang ujung ekor dengan tangan kanan dan dibiarkan
kaki depan
terpaut pada kawat kasa kandang.
Dipegang kulit kepala sejajar dengan telinga tikus
dengan
menggunakan
jari telunjuk dan ibu jari tangan kiri.
Ditukarkan pegangan ekor dari tangan ke jari
kelingking
kiri supaya tikus itu dapat dipegang dengan sempurna.
Mencit siap untuk diberikan perlakuan.
b. Cara kerja
Siapkan alat dan bahan.
Diambil darah awal tikus.
Diberikan obat paracetamol
secara oral.
Di ambil darah pada menit ke
15, 30, 45 dan 60.
Di sentrifuge.
Ukur absorbansi UV-Vis.
Hitung parameternya.
Perhitungan
parameter farmakokinetik
t
( menit)
|
Cp
|
Log
Cp
|
30
|
0,312
|
- 0,505
|
60
|
0,615
|
- 0,211
|
90
|
0,968
|
-0,014
|
110
|
0,678
|
-0,168
|
150
|
0,375
|
-0,425
|
180
|
0,167
|
-0,777
|
Orde 0
a =
1,479
b =
-0,007
|
Orde 1
a =
0,801
b =
-0,008
|
||
r =
-0,985225108
|
Berdasarkan hasil
diatas termasuk orde 0
Ke =
-b
=
-(-0,007)
=
0,007 menit-1
T ½ =
=
= = 105,571 menit
Log
Cp Baru
(Y
= a + bx)
|
Cp
Diff
|
1,269
|
0,957
|
1,059
|
0,444
|
0,849
|
0,119
|
a =
1,344
b =
-0,013
r =
-0,991
Ka = -b
= -(-0,013)
= 0,013 menit-1
T
max =
=
=
= 181,166 menit
Vd
=
=
= = 650.000 mL
Cp
max = [A x eke x
t max] – [B x eKa x tmax]
= [1,479 e-0,007x181,166]
- [1,344 e-0,013x181,166]
= [1,479 e1,271]
- [1,344 e2,355]
Ø AUC
1. [AUC] = x (tn –
(tn-1))
Cp maks =
13,905 + 23,745 + 16,46 + 15,795 + 7,98
=
77,885
2. [AUC]
=
=
= 22,428
3. [AUC] =
=
=
=87,912
4. % AUC =
=
= 0,287
Tidak ada komentar:
Posting Komentar