BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Setiap hari tubuh kita akan menghasilkan kotoran dan zat-zat sisa dari berbagai proses tubuh. Agar tubuh kita tetap
sehat dan terbebas dari penyakit, maka kotoran dan zat-zat sisa dalam tubuh
kita harus dibuang melalui alat-alat ekskresi. Sistem ekresi adalah proses
pengeluaran zat-zat sisa hasil metabolisme yang sudah tidak
digunakan lagi oleh tubuh. Sedangkan kebalikan dari sistem ini adalah sistem
sekresi yaitu proses pengeluaran zat-zat yang berguna bagi tubuh. Alat-alat
ekskresi manusia berupa ginjal, kulit, hati, paru-paru dan colon.
Pada praktikum
ini kita menggunakan probandus manusia, untuk diambil urinnya. Tetapi sebelum
itu probandus terlebih dahulu diberikan obat paracetamol.
Pada praktikum
ini kita akan membandingkan urin dengan interval yang berbeda, dengan
menggunakan satu probandus manusia yang sebelumnya telah mengkomsusi obat
paracetamol terlebih dahulu.
Buang air
kecil merupakan suatu hal yang normal namun kenormalan tersebut dapat menjadi
tidak normal apabila urin yang kita keluarkan tidak seperti biasanya. Mengalami
perubahan warna misalnya atau merasakan nyeri saat melakukan proses buang air
kecil.
B.
Maksud Percobaan
Maksud pada praktikum
ini yaitu untuk mengetahui kandungan dari urin setelah mengkomsumsi paracetamol.
C.
Tujuan Percobaan
Tujuan pada praktikum
ini yaitu untuk menentukan kandungan dari urin setelah mengkomsumsi paracetamol.
D.
Prinsip Percobaan
Prinsip pada
praktikum interaksi obat yaitu penentuan parameter farmakokinetik pada obat
paracetamol secara oral pada manusia, kemudian
diambil urinnya.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
A.
Teori
Urine atau urin
merupakan cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal kemudian dikeluarkan dari
dalam tubuh melalui proses urinasi. Eksreksi urine diperlukan untuk membuang
molekul-molekul sisa dalam darah yang disaring oleh ginjal dan untuk menjaga
homeostasis cairan tubuh. Urine disaring
di dalam ginjal, dibawa melalui ureter menuju kandung kemih, akhirnya dibuang
keluar tubuh melalui uretra (Ningsih, 2012).
Proses pembentukan urin di dalam
ginjal melalui tiga tahapan yaitu filtrasi (penyaringan), reabsorpsi
(penyerapan kembali), dan augmentasi (penambahan) (Budiyanto, 2013) :
a. Filtrasi
Pada filtrasi terjadi proses sebagai berikut. Filtrasi
darah terjadi di glomerulus, yaitu kapiler darah yang bergelung-gelung di dalam
kapsul Bowman. Pada glomerulus terdapat sel-sel endotelium sehingga memudahkan
proses penyaringan. Selain itu, di glomerulus juga terjadi pengikatan sel-sel
darah, keping darah, dan sebagian besar protein plasma agar tidak ikut
dikeluarkan. Hasil proses infiltrasi ini berupa urine primer (filtrate
glomerulus) yang komposisinya mirip dengan darah, tetapi tidak mengandung protein.
Di dalam urine primer dapat ditemukan asam amino, glukosa, natrium, kalium,
ion-ion, dan garam-garam lainnya (Budiyanto, 2013).
b. reabsorpsi
Proses reabsorpsi terjadi di dalam pembuluh (tubulus)
proksimal. Proses ini terjadi setelah urine primer hasil proses infiltrasi
mengalir dalam pembuluh (tubulus) proksimal. Bahan-bahan yang diserap dalam
proses reabsorpsi ini adalah bahan-bahan yang masih berguna, antara lain
glukosa, asam amino, dan sejumlah besar ion-ion anorganik. Selain itu, air yang
terdapat dalam urine primer juga mengalami reabsorpsi melalui
proses osmosis, sedangkan reabsorpsi bahan-bahan lainnya berlangsung secara
transpor aktif. Proses penyerapan air juga terjadi di dalam tubulus distal.
Kemudian, bahan-bahan yang telah diserap kembali oleh tubulus proksimal
dikembalikan ke dalam darah melalui pembuluh kapiler yang ada di sekeliling
tubulus. Proses reabsorpsi ini juga terjadi di lengkung Henle, khususnya ion
natrium. Hasil proses reabsorpsi adalah urine sekunder yang memiliki komposisi
zat-zat penyusun yang sangat berbeda dengan urine primer. Dalam urine sekunder
tidak ditemukan zat-zat yang masih dibutuhkan tubuh dan kadar urine meningkat
dibandingkan di dalam urine primer (Budiyanto, 2013).
c. Augmentasi
Pada augmentasi, terjadi proses
sebagai berikut. Urine sekunder selanjutnya masuk ke tubulus kontortus distal
dan saluran pengumpul. Di dalam saluran ini terjadi proses penambahan zat-zat
sisa yang tidak bermanfaat bagi tubuh. Kemudian, urine yang sesungguhnya masuk
ke kandung kemih (vesika urinaria) melalui ureter. Selanjutnya, urine tersebut
akan dikeluarkan dari tubuh melalui uretra. Urine mengandung urea, asam urine,
amonia, dan sisa-sisa pembongkaran protein. Selain itu, mengandung zat-zat yang
berlebihan dalam darah, seperti vitamin C, obat-obatan, dan hormon serta
garam-garam (Budiyanto, 2013).
Urin
yang normal tidak mengandung protein dan glukosa. Jika urin mengandung protein,
berarti telah terjadi kerusakan ginjal pada bagian glomerulus. Jika urin
mengandung gula, berarti tubulus ginjal tidak menyerap kembali gula dengan
sempurna. Hal ini dapat diakibatkan oleh kerusakan tubulus ginjal. Dapat pula
karena kadar gula dalam darah terlalu tinggi atau melebihi batas normal
sehingga tubulus ginjal tidak dapat menyerap kembali semua gula yang ada pada
filtrat glomerulus. Kadar gula yang tinggi diakibatkan oleh proses pengubahan
gula menjadi glikogen terlambat, kerena produksi hormon insulin terhambat.
Orang yang demikian menderita penyakit kencing manis (diabetes melitus). Zat
warna makanan juga dikeluarkan melalui ginjal dan sering memberi warna pada
urin. Bahan pengawet atau pewarna membuat ginjal bekerja keras sehingga dapat
merusak ginjal. Adanya insektisida pada makanan karena pencemaran atau terlalu
banyak mengkonsumsi obat – obatan juga dapat merusak ginjal (Scanlon, 2000).
B.
Uraian Bahan dan Obat
1. Paracetamol (Depkes RI 1979, hal
37)
Nama Resmi
Nama Lain
Berat
Molekul
Pemerian
Rumus
Molekul
Kelarutan
Penyimpanan
Khasiat
Indikasi
Kontra
indikasi
Farmakologi
Efek
samping
Mekanisme
aksi
|
:
: :
:
:
: : : : : : : : |
ACETAMINOPHENUM
Asetaminofen,
paracetamol
151,16
Hablur
atau serbuk hablur putih, tidak berbau: rasa pahit
C8H9NO2
Larut
dalam 27 bagian air, dalam 7 bagian etanol (95%)P, dalam 13 bagian bagian
aseton P, dalam 40 bagian gliserol
Dalam
wadah tertutup baik
Analgetikum,
antipiretikum
Nyeri
ringan sampai dengan sedang dan demam
Hipersensivitas
Memiliki
aktifitas sebagai analgetik dan antipiretik
Efek
samping dalam dosis jarang; kecuali kulit, kelainan darah, pangkreatitis akut
Bekerja
langsung pada system pengaturan panas dihipotalamus dengan menghambat sintesa
prostaglandin disistem saraf pusat
|
BAB
III
METODOLOGI
PERCOBAAN
A.
Alat dan Bahan
a. Alat yang digunakan
Alat yang digunakan pada saat praktikum yaitu
pot,
b. Bahan yang digunakan
Bahan yang digunakan pada saat praktikum
yaitu urin dan paracetamol.
B.
Prosedur Kerja
a. Cara kerja
1.
Pertama-tama probandus meminum
obat paracetamol terlebih dahulu.
2. Setelah
probandus puasa selama beberapa jam,
3. Setelah
pagi hari probandus buang air kecil dengan interfal 15 menit.
4. Urine
dimasukkan ke dalam pot.
5. Hitung
nilai absorbansinya.
BAB
IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil
t
(jam)
|
Du
|
1
|
35
|
2
|
80
|
3
|
175
|
4
|
220
|
5
|
160
|
6
|
70
|
B.
Pembahasan
Urine
adalah cairan yang dikeluarkan
oleh tubuh sebagai
sisa
metabolisme tubuh yang sudah tidak berguna bagi tubuh.
Adapun kandungan yang terdapat pada urine normal yaitu air 96%, bahan padat 4% yang berasal dari limbah hasil metabolisme protein, kreatinin, bahan purin urat. garam, pigmen, dan ammonia.
Adapun bahan-bahan
yang terdapat dalam urine pada keadaan memiliki penyakit
tertentu
yaitu albumin yang terdapat pada urine jika tubuh mengidap
penyakit ginjal atau penyakit jantung. Darah yang terdapat pada urine jika ada luka pada saluran atau sistem urinaria. Glukosa yang terdapat pada urine jika tubuh mengidap
penyakit diabetes ( kencing manis ). Aseton dan asam diasetat yang terdapat pada urine jika tubuh
mengidap diabetes mellitus dan menderita kelaparan. Pigmen empedu yang terdapat pada urine jika tubuh mengidap
penyakit jaundice.
Pada praktikum ini probandus
terlebih dahulu meminum obat paracetamol dan setelah itu puasa selama beberapa
jam. Kemudian urin di ambil pada saat pagi dan setelah itu urin diambil dengan
interfal waktu 15 menit.
Adapun nilai yang diperoleh berdasarkan hasil
farmakokinetiknya yaitu nilai Ke adalah 0,561 jam-1, nilai t1/2 adalah
1,235 jam dan nilai klirens yang diperoleh yaitu 0,173 L/jam.
BAB
V
KESIMPULAN
DAN SARAN
A.
Kesimpulan
Kesimpulan pada
praktikum ini yaitu nilai Ke adalah 0,561 jam-1, nilai t1/2 adalah
1,235 jam dan nilai klirens yang diperoleh yaitu 0,173 L/jam.
B.
Saran
Adapun saran pada
praktikum ini yaitu agar perlengkapan pada saat praktikum tersedia pada saat
melakukan praktikum.
DAFTAR
PUSTAKA
Budiyanto. 2013. Proses Pembentukan Urin Pada Ginjal. Tersedia di: http://budisma.web.id/materi/sma/biologi-kelas-xi/proses-pembentukan-urine-pada-ginjal/
[Akses tanggal 22 februari 2016.
Ditjen POM, 1979. Farmakope
Indonesia Edisi III. Depkes RI . Jakarta.
Malole. 1989. Penanganan Hewan – Hewan Percobaan di laboratorium.
Institusi Pertanian Bogor : Bogor
Ningsih, Suti. 2012. Proses Pembentukan Urin. Tersedia
di: http://sutiningsih2/2012/12
Scanlon, Valerie C. dan Tina Sanders. 2000. Buku Ajar Anatomi dan
Fisiologi. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
LAMPIRAN
Skema
Kerja
Skema kerja urin
Pertama-tama probandus
meminum obat paracetamol
terlebih dahulu.
Setelah probandus puasa selama beberapa jam,
Setelah pagi hari probandus
buang air kecil dengan
interfal 15 menit.
Urine dimasukkan ke dalam pot.
Hitung nilai absorbansinya
Perhitungan
parameter farmakokinetik
t
(jam)
|
Du
|
Du
kumulatif
|
Duɤ-Du
kumulatif
|
Log
|
1
|
35
|
35
|
705
|
2,848
|
2
|
80
|
115
|
625
|
2,795
|
3
|
175
|
290
|
450
|
2,653
|
4
|
220
|
510
|
230
|
2,361
|
5
|
160
|
670
|
70
|
1,845
|
6
|
70
|
740
|
0
|
ɤ
|
a = 3,232
b =
-0,244
r = -0,935777656
Ke = -b x 2,3
= -(-0,244) x 2,3
= 0,561 jam-1
t
½ =
=
= 1,235 jam
Cl =
=
= 0,173 L/jam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar