Rabu, 01 Agustus 2018

LAPORAN ARGENTOMETRI (KAF)


BAB 1 PENDAHULUAN
A.   LATAR BELAKANG
Titrasi pengendapan atau argentometri adalah titrasi yang melibatkan pembentukan endapan dari garam yang tidak mudah larut antara titran dan analit. Hal pertama yang diperlukan dari titrasi  jenis ini adalah pencapaian keseimbangan pembentukan yang cepat setiap kali titran ditambahkan pada analit, tidak adanya interferensi yang mengganggu titrasi, dan titik akhir titrasi yang mudah diamati.
Salah satu jenis titrasi pengendapan yang sudah lama dikenal adalah melibatkan reaksi pengendapan antara ion halida ( Cl-, I-, Br- ) dengan ion perak Ag+. Titrasi ini biasanya disebut sebagai argentometri, yaitu titrasi penentuan analit yang berupa ion halida dengan menggunakan larutan standar perak nitrat AgNO3.
Dasar titrasi argentometri adalah pembentukan endapan yang tidak mudah larut antara titrant dan analit. Sebagai contoh yang banyak dipakai adalah titrasi penentuan NaCl dimana ion Ag+ dari titran akan bereaksi dengan ion Cl- dari analit membentuk garam yang tidak mudah larut.
Metode atau cara pengerjaan argentometri di bagi empat yaitu dengan cara mohr, cara volhard, cara vajans, dan dengan cara metode liebig. Pada cara mohr biasanya dipakai dalam penetuan klorida dan bromide. Cara mohr di titrasi dalam suasana netral. Cara mohr jika di titrasi dengan dengan ion perak dan larutan indikator K2CrO4 yang berlebih dan menghasilkan endapan yang kemerah merahan.
Pada metode volhard pentitrasian dilakukan secara langsung dalam suasana asam, dimana menggunakan ion halogen terlebih dahulu dengan ion perak yang berlebih. Hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan indikator Fe+3 dan CNS yang berlebih yang menghasilkan larutan yang berwarna merah.
Pada metode vajans ion halogenida dengan AgNO3 membentuk endapan perak yang berlebih sehingga membentuk endapan perak pada titik ekuivalen. Cara vajans di titrasi dalam suasana netral atau sedikit basa. Pada cara ini menggunakan indikator fluorescein.
Pada metode liebig titik akhir titrasi ditentukan berdasarkan terbentuknya kekeruhan. Ketika larutan perak nitrat ditambahkan kepada larutan alkali sianida akan terbentuk endapan putih, tetapi pada penggojokan larut kembali karena terbentuk kompleks sianida yang stabil. Titik akhir ditunjukkan oleh terjadinya kekeruhan yang tetap. Kendala dalam menentukan titik akhir dengan tepat disebabkan karena sangat lambatnya endapan melarut pada saat mendekati titik akhir titrasi.
B.   MAKSUD PRAKTIKUM
Maksud pada praktikum argentometri yaitu mempelajari dan mengetahui cara menetukan kadar suatu sampel dengan menggunakan metode argentometri.
C.   TUJUAN PRAKTIKUM
Tujuan pada praktikum argentometri yaitu untuk menetapkan dan menentukan kadar NaCl dengan menggunakan metode argentometri.










   BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
A.   TEORI UMUM
Istilah argentometri diturunkan dari bahasa latin argentum, yang berarti perak. Jadi argentometri merupakan salah satu cara untuk menentukan kadar zat dalam suatu larutan yang dilakukan dengan titrasi berdasar pembentukan endapan dengan ion Ag+. Pada titrasi argentometri, zat pemeriksaan yang telah dibubuhi indikator dicampur dengan larutan standar garam perak nitrat AgNO3. Dengan mengukur volume larutan standar yang digunakan sehingga seluruh ion Ag+ dapat tepat diendapkan, kadar garam dalam larutan pemeriksaan dapat ditentukan. (Underwood, 2010).
Titrasi pengendapan adalah salah satu golongan titrasi dimana hasil reaksi titrasinya merupakan endapan atau garam yang sukar larut. Prinsip dasarnya ialah reaksi pengendapan yang cepat mencapai kesetimbangan pada setiap penambahan titran, tidak ada pengotor yang mengganggu serta diperlukan indikator untuk melihat titik akhir titrasi. Hanya reaksi pengendapan yang dapat digunakan pada titrasi. (Khopkar, 2011).
Argentometri adalah penetapan kadar suatu zat dalam larutan berdasarkan pengendapan  dengan memakai larutan AgNO3 sebagai standard.Pada reaksi argentometri terbentuk endapan AgCl (perak klorida).Endapan adalah padatan yang tidak larut dan terpisah dari larutan.Analisa argentometri ini biasanya digunakan untuk penentuan kadar senyawa yang mengandung unsur halogen (SPU golongan VII A, yaitu Cl, Br, I) karena reaksi antara ion Ag+ dan ion dari senyawa tersebut dapat menghasilkan suatu endapan. Satu grek dalam metode ini adalah kemampuan suatu zat untuk mengikat atau melepas 1 ion perak (Ag+) (Ershanggono, 1996). Dalam argentometri, yang dimaksud dengan larutan normal adalah larutan yang ekivalen dengan 1 mol ion Ag+ tiap 1 mol AgNO3 (Underwood,2010).
Endapan terbentuk karena beberapa faktor. Antara lain  adalah kelarutan dari hasil reaksi yang kecil, adanya efek ion senama, dan larutan sudah melewati titik jenuhnya saat pencampuran (Khopkar, 2011).
Pada argentometri terdapat tiga metode yang dapat digunakan, antara lain metode Mohr, metode Volhard, dan metode Fajans. Metode Mohr adalah salah satu cara dalam argentometri yang merupakan metode paling baik untuk menentukan kadar klorida dari suatu larutan. Indikator yang digunakan adalah K2CrO4, dan titran yang digunakan AgNO3. Indikator menunjukan tercapainya titik akhir titrasi, dengan perubahan warna larutan yang telah dicampur dengan indikator K2CrO4 terbentuk endapan yang berwarna merah-bata (Fritz,2013).
Titik akhir potensiometri didasarkan pada potensial elektrode perak yang dicelupkan ke dalam larutan analit. Titik akhir argentometri melibatkan penentuan arus yang diteruskan antara sepasang mikroelektrode perak dalam larutan analit. Sedangkan titik akhir yang dihasilkan indikator kimia, biasanya terdiri dari perubahan warna/muncul tidaknya kekeruhan dalam larutan yang dititrasi. Syarat indikator untuk titrasi pengendapan analog dengan indikator titrasi netralisasi, yaitu : 
1.    Perubahan warna harus terjadi terbatas dalam range pada p-functiondari reagen/analit.
2.    Perubahan Warna harus terjadi dalam bagian dari kurva titrasi untuk analit.(Skoog et al.2012).
Pada titrasi argentometri, zat pemeriksaan yang telah dibubuhi indikator dicampur dengan larutan standar garam perak nitrat (AgNO3). Dengan mengukur volume larutan standar yang digunakan sehingga seluruh ion Ag+  dapat tepat diendapkan, kadar garam dalam larutan pemeriksaan dapat ditentukan (Isnawati, 2010).
Reaksi pengendapan ialah apakah reaksi ini dapat terjadi pada suatu keadaan tertentu.Jika Q adalah nilai hasil kali ion-ion yang terdapat dalam larutan, maka kesimpulan yang lebihumum mengenai pengendapan dasar larutan adalah :y Pengendapan terjadi jika Q > Kspy Pengendapan tak terjadi jika Q < Kspy Larutan tepat jenuh jika Q = Ksp (Petrucci, 1989).Jika suatu garam memiliki tetapan hasil kali larutan yang besar, maka dikatakan garam tersebut mudah larut. Sebaliknya jika harga tetapan hasil kali larutan dari suatu garam tertentu sangat kecil, dapat dikatakan bahwa garam tersebut sukar untuk larut. Harga tetapan hasil kali kelarutan dari suatu garam dapat berubah dengan perubahan temperatur.Umumnya kenaikan temperatur akan memperbesar kelarutan suatu garam, sehingga harga tetapan hasil kali kelarutan garam tersebut juga akan semakin besar (Petrucci, 2011).
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kelarutan suatu zat adalah:
1. pH
2. Temperatur
3. Jenis pelarut
4. Bentuk dan ukuran partikel
5. Konstanta dielektrik pelarut
6. Adanya zat-zat lain, misalnya surfaktan pembentuk komplek ion sejenis, dll. (Pantang,2010)
Banyak sekali reaksi yang digunakan dalam analisis anorganik kualitatif melibatkan pembentukan endapan. Endapan adalah zat yang memisahkan diri sebagai suatu fase padat keluar dari larutan. Endapan mungkin berupa Kristal atau koloid,dan dapat dikeluarkan dari larutandengan penyaringan atau pemusingan. Endapan terbentuk jika larutn menjadi terlalu jenuh dengan zat yang bersangkutan. Kelarutan suatu endapan,menurut defenisi adalah sama dengan konsenterasi molar dari larutan jenuhnya. Kelarutan tergantung pada berbagai kondisi,seperti suhu,tekanan,konsentrasi bahan-bahan lain dalam larutan itu,dan pada komposisi pelarutnya.(G.Svehla,2010).
 Argentometri merupakan titrasi pengendapan sample yang dianalisis dengan menggunakan ion perak. Biasanya, ion-ion yang ditentukan dalam titrasi ini adalah ion halida (Cl-, Br-, I-) (Khopkar,2011).
Hasil kali konsentrasi ion-ion yang terkandung suatu larutan jenuh dari garam yang sukar larut pada suhu tertentu adalah konstan. Misalnya suatu garam yang sukar larut AmBn dalam larutan akan terdisosiasi menjadi m kation dan n anion (Khopkar,2011).
Hasil kali kelarutan = (CA+)M × (CB-)N titrasi argentometri adalah titrasi dengan menggunakan perak nitrat sebagai titran dimana akan terbentuk garam perak yang sukar larut. Jika larutan perak nitrat ditambahkan pada larutan kalium sianida maka mula-mula akan terbentuk endapan putih yang pada pengadukan akan larut membentuk larutan kompleks yang stabil (Harrizul.2013).
Titik akhir ditandai dengan terbentuknya endapan putih yang permanent. salah satu kesulitan dalam menentukan titik akhir ini terletak pada fakta dimana perak sianida yang diendapkan oleh adanya kelebihan ion perak yang agak lebih awal dari titik ekuivalen, sangat lambat larut kembali dan titrasi ini makan waktu yang lama (Underwood.2010).
Larutan jenuh dapat dicapai dengan penambahan zat ke dalam pelarut secara terus menerus hingga zat tidak melarut lagi dengan cara menaikkan lagi konsentrasi ion-ion tertentu hingga terbentuk endapan (Khopkar.2011).
Faktor yang mempengaruhi kelarutan yaitu suhu, sifat pelarut, ion sejenis, aktivitas ion, pH, hidrolisis, hidroksida logam, dan pembentukan senyawa kompleks (Skogg.2012).
Pada kebanyakan garam anorganik, kelarutan meningkat jika suhu naik.Sebaiknya proses pengendapan, penyaringan dan pencucian endapan dilakukan dalam keadaan larutan panas kecuali untuk endapan yang dalam larutan panas memiliki kelarutan kecil cukup disaring setelah terlebih dahulu didinginkan di lemari es. Kebanyakan garam anorganik larut dalam air dan tidak arut dalam pelarut organik. Air memiliki momen dipol yang besar dan tertarik oleh kation dan anion membentuk ion hidrat (Underwood.2010).
Teknik penambahan ion sejenis dilakukan oleh analis untuk tujuan (Harizul.2013) :
 1)  Menyempurnakan pengendapan
 2) Pencucian endapan dengan larutan yang mengandung ion sejenis       dengan endapan
Untuk larutan yang mengandung Ag, jika ditambahkan NaCI maka mula-mula terbentuk suspensi yang kemudian terkoagulasi (membeku). Laju terjadinya koagulasi menyatakan mendekamya titik ekivalen. Penambahan NaCI ditersukan sampai titik akhir tercapai. Perubahan ini dilihat dengan tidak terbentuknya endapan AgCI pada cairan supernatan. Akan tetapi sedikit NaCI harus ditambahkan untuk menyempurnakan titik akhir. Penentuan Ag sebagai AgCI dapat dilakukan dengan pengukuran turbidimetri yaitu dengan pembauran sinar (Underwood,2010).
Jika AgNO3 ditambahkan ke NaCI yang mengandung zat berpendar fluor, titik akhir ditentukan dengan berubahnya warna dari kuning menjadi merah jingga. Jika didiamkan, tampak endapan berwarna, sedangkan larutan tidak berwarna disebabkan adanya adsorpsi indikator pada endapan AgCI. Warna zat yang terbentuk dapat berubah akibat adsorpsi pada penukaan (Khopkar, 2011).
Semua indikator adsorpsi bersifat ionik. Selain indikator adsorpsi tersebut terdapat pula indikator-indikator adsorpsi yang digunakan dalam titrasi pengendapan, yaitu turunan krisodin. Indikator tersebut merupakan indikator asam basa dan indikator reduksi oksidasi dan memberikan perubahan warna yang reversibel dengan brom. Indikator ini berwarna merah pada suasana asam clan kuning pada suasana basa. Indikator ini juga digunakan untuk titrasi ion I" dengan ion Ag+. Kongo merah adalah indikator asam basa lainnya (Khopkar, 2011).
Selain kelemahan, indikator adsorpsi mempunyai beberapa keunggulan. Indikator ini memberikan kesalahan yang kecil pada penentuan titik akhir titrasi. Perubahan warna yang disebabkan adsorpsi indikator biasanya tajam. Adsorpsi pada permukaan berjalan baik jika endapan mempunyai luas permukaan yang besar. Warna adsorpsi tidak begitu jelas jika endapan terkoagulasi. Kita tidak dapat menggunakan indikator tersebut karena koagulasi. Koloid pelindung dapat mengurangi masalah tersebut. Indikator-indikator tersebut bekerja pada batasan daerah-daerah pH tertentu juga pada konsentrasi tertentu saja, yaitu pada keadaan yang sesuai dengan peristiwa adsorpsi dan desorpsi saja (Svehla,2010).
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kelarutan (Svehla,2010) :
a.Kelarutan bertambah dengan naiknya temperatur. Kadangkala endapan yang baik terbentuk pada larutan panas, tetapi jangan dilakukan penyaringan terhadap larutan panas karena pengendapan dipengaruhi oleh faktor temperatur. Garam-garam anorganik lebih larut dalam air. Berkurangnya kelarutan di dalam pelarut organik dapat digunakan sebagai dasar pemisahan dua zat. Kelarutan endapan dalam air berkurang jika lanitan tersebut mengandung satu dari ion-ion penyusun endapan, sebab pembatasan Ks.p (konstanta hasil kali kelarutan). Baik kation atau anion yang ditambahkan, mengurangi konsentrasi ion penyusun endapan sehingga endapan garam bertambah. Pada analisis kuantitatif, ion sejenis ini digunakan untuk mencuci larutan selama penyaringan.
b.Beberapa endapan bertambah kelarutannya bila dalam lanitan terdapat garam-garam yang berbeda dengan endapan. Hal ini disebut sebagai efek garam netral atau efek aktivitas. Semakin kecil koefesien aktivitas dari dua buah ion, semakin besar hasil kali konsentrasi molar ion-ion yang dihasilkan. Kelarutan garam dari asam lemah tergantung pada pH larutan. Jika garam dari asam lemah dilarutkan dalam air, akan menghasilkan perubahan (H). Kation dari spesies garam mengalami hidrolisis sehingga menambah kelarutannya
c.Kelarutan garam yang sedikit larut merupakan fungsi konsentrasi zat lain yang membentuk kompleks dengan kation garam tersebut. Beberapa endapan membentuk kompleks yang larut dengan ion pengendap itu sendiri. Mula-mula kelarutan berkurang (disebabkan ion sejenis) sampai melalui minuman. Kemudian bertambah akibat adanya reaksi kompleksasi
Ada beberapa metode dalam titrasi argentometri yang dibedakan berdasarkan indikator yang digunakan pada penentuan titik akhir titrasi, antara lain (Harizul,2013) :
a.Metode Mohr
Metode Mohr biasanya digunakan untuk menitrasi ion halida seperti NaCl, dengan AgNO3 sebagai titran dan K2CrO sebagai indikator. Titik akhir titrasi ditandai dengan adanya perubahan warna suspensi dari kuning menjadi kuning coklat. Perubahan warna tersebut terjadi karena timbulnya Ag2CrO4, saat hampir mencapai titik ekivalen, semua ion Cl- hamper berikatan menjadi AgCl. Larutan standar yang digunakan dalam metode ini, yaitu AgNO3, memiliki normalitas 0,1 N atau 0,05 N.
Indikator menyebabkan terjadinya reaksi pada titik akhir dengan titran, sehingga terbentuk endapan yang berwarna merah-bata, yang menunjukkan titik akhir karena warnanya berbeda dari warna endapan analat dengan Ag+ .
b.Metode Volhard
Metode Volhard menggunakan NH4SCN atau KSCN sebagai titrant, dan larutan Fe3+ sebagai indikator. Sampai dengan titik ekivalen harus terjadi reaksi antara titrant dan Ag, membentuk endapan putih.
Konsentrasi indikator dalam titrasi Volhard juga tidak boleh sembarang, karena titrant bereaksi dengan titrat maupun dengan indikator, sehingga kedua reaksi itu saling mempengaruhi.
Penerapan terpenting cara Volhard ialah untuk penentuan secara tidak langsung ion-ion halogenida: perak nitrat standar berlebih yang diketahui jumlahnya ditambahkan sebagai contoh, dan kelebihannya ditentukan dengan titrasi kembali dengan tiosianat baku. Keadaan larutan yang harus asam sebagai syarat titrasi Volhard merupakan keuntungan dibandingkan dengan cara-cara lain penentuan ion halogenida karena ion-ion karbonat, oksalat, dan arsenat tidak mengganggu sebab garamnya larut dalam keadaan asam.
c.Metode Fajans
Dalam titrasi Fajans digunakan indikator adsorpsi. Indikator adsorpsi ialah zat yang dapat diserap pada permukaan endapan (diadsorpsi) dan menyebabkan timbulnya warna. Penyerapan ini dapat diatur agar terjadi pada titik ekivalen, antara lain dengan memilih macam indikator yang dipakai dan pH.
Argentometri merupakan titrasi pengendapan sampel yang dianalisis dengan menggunakan ion perak. Biasanya, ion-ion yang ditentukan dalam titrasi ini adalah ion halida (Cl-, Br-, I-) (Khopkar,2011).
Kelarutan suatu senyawa dalam suatu pelarut didefinisikan sebagai jumlah terbanyak (yang dinyatakan baik dalam gram atau dalam mol) yang akan larut dalam kesetimbangan dalam volume pelarut tertentu. Meskipun pelarut-pelarut selain air digunakan dalam banyak aplikasi, larutan dalam air adalah yang paling penting dan bagus disini. Garam menunjukkan interval kelarutan yang besar dalam air (Oxtoby et al., 2011).
Titrannya adalah AgNO3 hingga suspensi violet menjadi merah. pH tergantung pada macam anion (Khopkhar, SM.1990)

B. URAIAN BAHAN
a. Air suling(Dirjen,1979:96)
Nama resmi                      :Aqua Destillata
Nama lain                                     :Air suling
Pemerian                          :Cairan   jernih,   tidak  berwarna,  tidak  berbau
                                             tidak mempunyai rasa.
BM                                     :18,02
Penyimpanan                  :Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan                                    :Sebagai indikator
b. AgNO3(Dirjen,1979:97)
Nama resmi                      :Argenti Nitras
Nama lain                         :Perak nitrat
Pemerian                           :Hablur    transparan    atau    serbuk     hablur        
                                              berwarna putih, tidak berbau.
BM                                       :169,87        
Penyimpana         :Dalam  wadah  tertutup   baik,  terlindungi         dari
cahaya
Kegunaan                        :Antiseptik ekstern, kaostikum
c. K2CrO4(Dirjen,1979:690)
Nama resmi                      : Kalii Cromas
Nama lain                         : Kalium kromat
Pemerian                          : Hablur, tidak berwarna berwarna putih
BM                                     : 104,0
Penyimpana                    : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan                                    : Sebagai larutan indikator





C.PROSEDUR KERJA(Anonim,2015,Hal;27)
a) Percobaan argentometri :
Di timbang 250mg zat uji, kemudian di larutkan dalam erlenmeyer dengan 10ml air suling, tambahkan indikator K2CrO4 5% 3 tetes dan titrasi dengan larutan baku AgNO3 0,1N sampai terbentuk endapan kemerah-merahan.
Setiap ml AgNO3 0,1N setara dengan 20,15 mg efedrin HCl.
b) Pembakuan AgNO3 0,1N
Di timbang 4 gram NaCl murni dalam gelas arloji, di keringkan dalam oven pada suhu 105o-1000C selama 2 jam, kemudian dinginkan dalam desikator. Timbang seksama 2,92 gram NaCl dengan memakai botol timbang. Pindahkan ke dalam labu ukur 500ml melalui corong, botol timbang di bilas dengan air suling hingga bersih dan hasil bilas di masukkan ke dalam labu ukur, di kocok hingga homogenkan.Sampai larutan 500ml ,sambil di kocok hingga homogenkan. Pipet sebanyak 25ml kemudian masukkan ke dalam erlenmeyer, tambahkan 0,5-1ml larutan K2CrO4 5%. Larutan baku AgNO3 yang telah di tentukan normalitasnya di masukkan ke dalam buret. Titrasi dengan NaCl yang berada dalam erlenmeyer dengan larutan AgNO3 sambil di kocok.Titrasi berakhir setelah terjadi perubahan warna dari kuning menjadi coklat merah.Ulangi titrasi sampai tiga kali, kemudian hasilnya di rata ratakan.
Tiap ml AgNO3 0,1N setara dengan 5,85 gram NaCl.








BAB 3 METODE KERJA
A.   ALAT PRAKTIKUM
Alat yang dipakai pada praktikum argentometri yaitu erlenmeyer, buret, gelas ukur, pipet tetes.
B.   BAHAN PRAKTIKUM
Bahan yang dipakai pada praktikum argentometri yaitu larutan zat uji, air suling, K2CrO4, larutan AgNO3.
C.   CARA KERJA
Cara kerja argentometri yaitu :
1.    Timbang 250mg zat uji.
2.    Larutkan kedalam erlenmeyer dengan 10ml air suling.
3.    Tambahkan 3 tetes indikator K2CrO4 5%.
4.    Titrasi dengan larutan baku AgNO3 0,1N.
5.    Terbentuk endapan kemerah merahan.
















BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
A. HASIL
1)    Tabel Pengamatan
Kelompok
Berat sampel (mg)
Volume titran (ml)
% kadar
1
250
38,5
82,252 %
2
250
40
85,4568 %
3
250
43,9
93,7884 %
4
250
34
72,63828 %
RATA-RATA
85,53398 %
2)    Reaksi
Reaksi antara Efedrin-HCl dan AgNO3
     HCl  +  AgNO3              AgCl + HNO3          putih
Reaksi antara AgCl dengan Indikator K2CrO4
AgCl  +  K2CrO4        Ag2CrO4  +  2 KCl       merah bata
3)Perhitungan
% Kadar sampel I               = 
                                               = 
                                                            = 
% Kadar sampel II  = 
                                               = 
                                                            = 
% Kadar sampel III = 
                                               = 
                                                            = 
% Kadar sampel IV = 
                                               = 
                                                            = 
      % Kadar rata-rata=82,252%  +  85,4568% + 93,7884% + 72,63828
4
                                    =   334,13545
                                                4
                                    =   83,5338 %















A.   PEMBAHASAN
            Argentometri adalah menetapkan kadar suatu sampel dengan menggunakan larutan AgNO3.Dasar teori argentometri adalah pembentukan endapan yang tidak mudah larut antara titran dan analit. Sebagai contoh yang banyak dipakai adalah titrasi penentuan NaCl dimana Ag+ dari titran akan bereaksi dengan Cl- dari analit membentuk garam yang tidak mudah larut.
Metode yang digunakan pada standarisasi AgNO3 dengan NaCl adalah metode mohr dengan indikator K2CrO4. Penambahan indikator ini akan menjadikan warna larutan menjadi kuning. Titrasi dilakukan hingga mencapai titik ekuivalen. Titik ekuivalen ditandai dengan berubahnya warna larutan menjadi merah bata dan munculnya endapan putih secara permanen.
Pada perhitungan argentometri di peroleh 106,02 % pada alkalimetri dan 4,876% pada perhitungan bikarbonat. Pada percobaan argentometri hal pertama yang harus dilakukan adalah menimbang larutan zat uji sebanyak 250mg. Setelah itu larutkan ke dalam erlenmeyer dengan 10ml air suling. Tambahkan indikator K2CrO4 sebanyak 5 tetes.Kemudian titrasi larutan dengan menggunakan AgNO3 0,1N. Dan larutan menjadi endapan kemerah merahan.
Adapaun alasan mengapa pada praktikum argentometri menggunakan larutan AgNO3 sebagai titrasi yaitu karena AgNO3 merupakan larutan standar yang di pakai dalam titrasi argentometri.
Adapun manfaat yang dapat di peroleh dari praktikum argentometri yaitu digunakan untuk menetapkan kadar garam dapur, pottasium, dan bromida.
Faktor kesalahan yang dapat terjadi pada praktikum argentometri yaitu apabila kita kjurang teliti dalam penimbangan sampel, pada saat mentitrasi larutan kita kurang teliti dan apabila larutan yang di pakai kurang bersih akan mempengaruhi larutan.
Alasan penambahan K2CrO4 5% pada titrasi argentometri dimana ketika larutan di campurkan dengan K2CrO4 5% warna larutan akan menjadi merah.Pada saat di titrasi larutan akan tetap berwarna merah dan akan terbentuk endapan yang menunjukkan bahwa titik akhir titrasi telah tercapai.Jadi penggunaan K2CrO4 5% untuk menetukan titik akhir pada saat titrasi. Ketika indikator K2CrO4 5% yang digunakan baru akan terjadi apabila titik akhir terkumpul pada penambahan AgNO3 berlebih.
Adapun hubungan titrasi dengan argentometri dengan titrasi yaitu zat yang biasa digunakan sebagai baku primer adalah NaCl, NaBr, KBr, atau KCl dengan kemurnian yang tinggi. Sebagai baku sekunder digunakan larutan AgNO3.Hubungan yang terdapat pada titrasi ini adalah: jumlah ekivalen Ag+ sama dengan jumlah ekivalen Cl.Titrasi pengendapan yang paling banyak dilakukan adalah titrasi dengan menggunakan larutan Ag+ sebagai pereaksi (argentometri). Oleh karena itu pembahasan prinsip dasar titrasi pengendapan ini terbatas pada analisis argentometri. Tentunya, pembahasan ini dapat pula diterapkan pada reaksi pengendapan lain.Hubungan titrasi dengan reaksi oksidasi yaitu reaksi-reaksi kimia yang melibatkan oksidasi reduksi dipergunakan secara luas oleh analisis titrimetrik. Ion-ion dari berbagai unsur dapat hadir dalam kondisi oksidasi yang berbeda-beda, menghasilkan kemungkinan banyak reaksi redoks. Banyak dari reaksi-reaksi ini memenuhi syarat untuk dipergunakan dalam analisi titrimetrik dan penerapan-penerapannya cukup banyak.Iodometri adalah analisa titrimetrik yang secara tidak langsung untuk zat yang bersifat oksidator seperti besi III, tembaga II, dimana zat ini akan mengoksidasi iodida yang ditambahkan membentuk iodin. Iodin yang terbentuk akan ditentukn dengan menggunakan larutan baku tiosulfat .
Adapun alasan terbenuknya endapan merah pada argentometri yaitu karena memakai larutan standar seperti AgNO3 yang mengandung garam-garam halogen dan cianida. Dan pada argentometri juga di gunakan pelkarut pada titrasi yang cocok sehingga menghasilkan endapan merah.
Sampel yang biasa digunakan pada percobaan argentometri selain NaCl yaitu CrO42 dan K2Cr2O4.
Larutan baku adalah larutan standar. Larutan standar adalah larutan yang konsentrasinya sudah diketahui. Biasanya berfungsi sebagai titran sehingga ditempatkan buret, yang juga berfungsi sebagai alat ukur volume larutan baku.
Larutan dibagi menjadi larutan baku primer dan larutan baku skunder. Larutan baku primer adalah larutan yang mengandung zat padat murni yang konsentrasi larutannya diketahui secarfa tepat melalui metode gravimetri dapat digunakan untuk menetapkan konsentrasi larutan lain yang belum diketahui. Larutan baku sekunder adalah larutan atau suatu zat yang konsentrasinya tidak dapat diketahui dengan tepat karena berasal dari zat yang tidak murni.
Syarat-syarat pada larutan baku primer yaitu:
a.Mudah di dapat, dimurnikan, disimpan dalam keadaan murni.
b.Mempunyai kemurnian yang sangat tinggi atau dapat di murnikan dengan penghabluran kembali.
c.Tidak berubah selama penimbangan(zat yang higroskopik bukan merupakan baku primer).
            Syarat-syarat pada larutan sekunder yaitu:
a.Derajat kemurnian lebih rendah dari pada larutan baku primer.
b.Mempunyai berat ekuivalen yang tinggi untuk memperkecil kesalahan penimbangan.
c.Larutannya relatif stabil dalam penyimpanan.
            Hal-hal yang melandasi titrasi pengendapan yaitu oleh larutan standar titran yang mampu secara spesifik mengendapkan analit. Titrasi ini terbatas pada reaksi antara ion Ag+ dengan anion-anion X- yaitu : halida, tiosianat dan sianida. Pada titrasi ini AgNO3 digunakan sebagai larutan standar.
            Titrasi langsung yaitu titrasi yang biasa digunakan untuk ion-ion yang tidak mengendap pada pHtitrasi, reaksi pembentukan kompleksnya berjalan cepat. Contoh penentuannya ialah untuk ion-ion Mg, Ca, dan Fe.
            Titrasi tidak langsung adalah cara penambahan titran dalam jumlah berlebihan, kemudian kelebihan titran dititrasi dengan titran lain. Volume titrasi yang diperoleh menunjukkan jumlah ekuivalen dari kelebihan titran.
            Titrasi substitusi adalah titrasi yang ini digunakan untuk ion-ion logam yang tidak bereaksi sempurna dengan indikator logam yang membentuk kompleks EDTA yang lebih stabil daripada kompleks ion-ion logam lainnya, contoh penentuannya ialah untuk ion-ion Ca dan Mg.4.
            Titrasi redoks adalah metode penentuan kuantitatif yang reaksi utamanya adalah reaksi redoks, reaksi ini hanya dapat berlangsung kalau terjadi interaksi dari senyawa/unsure/ion yang bersifat oksidator dengan unsure.
            Pada praktikum argentometri kita dapat mengetahui reaksi yang terjadi apabila kita menggunakan cara argentometri.Sebelum melakukan praktikum argentometri terlebih dahulu kita membuat larutan baku pada AgNo3 dimana larutan dimasukkan ke dalam wadah dan di beri etiket. Dimana pada hasil akhir dari praktikum argentometri kita dapat melihat hasilnya dengan terjadinya pengendapan pada larutan yang sudah di titrasi dengan larutan AgNO3 dan pada larutan terdapat endapan kemerah-merahan setelah di titrasi dengan larutan tersebut.
            Hubungan oksidasi dengan percobaan pada praktikum argentometri yaitu pada perak nitrat membentuk ion monovalen dalam larutan yang tidak berwarna, pemberian perak nitrat pada reaksi oksedasi menyebabkan terbentuknya endapan kemerah merahan Pada larutan kalium kromat garam-garam pada kalium mengandung kation sehingga membentuk larutan yang berwarna.
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
A.   KESIMPULAN
                  Pada praktikum argentometri memiliki standarisai larutan AgNO3 dilakukan dengan metode mohr; larutan standar primer yang digunakan adalah NaCl 0,1 N dan larutan K2CrO4 sebagai indikator. Persentasi yang didapatkan adalah 106,02% pada alkalimetri dan 4,876% pada perhitungan bikarbonat. Titik akhir titrasi ditunjukkan dengan adanya endapan merah bata.
B.   SARAN
            Seorang praktikan harus teliti dalam melakukan titrasi dan pemberian indikator agar hasil yang di dapatkan sesuai dengan yang di harapkan.


















DAFTAR PUSTAKA
DIRJEN POM,1979. Farmakope Indonesia Edisi III. DEPKES RI ; Jakarta
Frits, G.J. 2013. Introduction Plant Physiology, Second Edition. New Jersey: Prentice Hall, Inc, Englewood Clifts.
Rifai,Harrizul.2013.Asas Pemeriksaan Kimia.Padang.UI Press
Oxtoby,D.W.2011.Kimia Modern.Erlangga ;Jakarta
Proverawati, Ismawati.2010.Berat Badan Lahir Rendah(BBLR). Yogyakarta:Nuha Medika
Khopkar S.M,2011. Konsep Dasar Kimia Analitik. Universitas Indonesia        Jakarta
Pantang,M.A.2010.Kimia analisis.UI-Press.Jakarta
Petrucci,R.H.2011.Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern.Erlangga:Jakarta
Skoog, Douglas A., et al. 2012. Fundamentals of Analytical Chemistry, Eight Edition. Kanada: Brooks/Cole, Thomson Learning.
Shehla.G,2010. Vogel Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semi Mikro Edisi Ke Lima. Kalma Media Pustaka;Jakarta
Syukri,S.2013.Kimia Dasar l.ITB.Press;Bandung
Underwood. 2010. Analisis Kimia Kuantitatif edisi kelima. Erlangga. Jakarta.




LAMPIRAN
Lampiran Skema Kerja
Di timbang zat uji 250mg
 


Di larutkan ke dalam 10ml air suling di dalam erlenmeyer
 



+ indikator K2CrO4 tiga tetes
 


Titrasi dengan AgNO3 0,1N
 


Endapan kemerah-merahan














Lampiran Gambar
Sebelum di titrasi larutan berwarna kuning

Sesudah di titrasi terdaat endapan
kemerah merahan

1 komentar: