BAB 1 PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Titrasi pengendapan
atau argentometri adalah titrasi yang melibatkan pembentukan endapan dari garam
yang tidak mudah larut antara titran dan analit. Hal pertama yang diperlukan
dari titrasi jenis ini adalah pencapaian keseimbangan pembentukan yang
cepat setiap kali titran ditambahkan pada analit, tidak adanya interferensi
yang mengganggu titrasi, dan titik akhir titrasi yang mudah diamati.
Salah satu
jenis titrasi pengendapan yang sudah lama dikenal adalah melibatkan reaksi
pengendapan antara ion halida ( Cl-, I-, Br- )
dengan ion perak Ag+. Titrasi ini biasanya disebut sebagai
argentometri, yaitu titrasi penentuan analit yang berupa ion halida dengan
menggunakan larutan standar perak nitrat AgNO3.
Dasar titrasi argentometri adalah
pembentukan endapan yang tidak mudah larut antara titrant dan analit. Sebagai
contoh yang banyak dipakai adalah titrasi penentuan NaCl dimana ion Ag+
dari titran akan bereaksi dengan ion Cl- dari analit membentuk garam
yang tidak mudah larut.
Metode atau cara pengerjaan
argentometri di bagi empat yaitu dengan cara mohr, cara volhard, cara vajans,
dan dengan cara metode liebig. Pada cara mohr biasanya dipakai dalam penetuan
klorida dan bromide. Cara mohr di titrasi dalam suasana netral. Cara mohr jika
di titrasi dengan dengan ion perak dan larutan indikator K2CrO4
yang berlebih dan menghasilkan endapan yang kemerah merahan.
Pada metode volhard pentitrasian
dilakukan secara langsung dalam suasana asam, dimana menggunakan ion halogen
terlebih dahulu dengan ion perak yang berlebih. Hal ini dapat dilakukan dengan
menggunakan indikator Fe+3 dan CNS yang berlebih yang menghasilkan
larutan yang berwarna merah.
Pada metode vajans ion halogenida
dengan AgNO3 membentuk endapan perak yang
berlebih sehingga membentuk endapan perak pada titik ekuivalen. Cara vajans di
titrasi dalam suasana netral atau sedikit basa. Pada cara ini menggunakan
indikator fluorescein.
Pada metode liebig titik akhir titrasi ditentukan
berdasarkan terbentuknya kekeruhan. Ketika larutan perak nitrat ditambahkan
kepada larutan alkali sianida akan terbentuk endapan putih, tetapi pada
penggojokan larut kembali karena terbentuk kompleks sianida yang stabil. Titik
akhir ditunjukkan oleh terjadinya kekeruhan yang tetap. Kendala dalam menentukan
titik akhir dengan tepat disebabkan karena sangat lambatnya endapan melarut
pada saat mendekati titik akhir titrasi.
B. MAKSUD PRAKTIKUM
Maksud pada praktikum
argentometri yaitu mempelajari dan mengetahui cara menetukan kadar suatu sampel
dengan menggunakan metode argentometri.
C. TUJUAN PRAKTIKUM
Tujuan pada praktikum
argentometri yaitu untuk menetapkan dan menentukan kadar NaCl dengan
menggunakan metode argentometri.
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
A. TEORI UMUM
Istilah
argentometri diturunkan dari bahasa latin argentum, yang berarti perak.
Jadi argentometri merupakan salah satu cara untuk menentukan kadar zat dalam
suatu larutan yang dilakukan dengan titrasi berdasar pembentukan endapan dengan
ion Ag+. Pada titrasi argentometri, zat pemeriksaan yang telah
dibubuhi indikator dicampur dengan larutan standar garam perak nitrat AgNO3.
Dengan mengukur volume larutan standar yang digunakan sehingga seluruh ion Ag+
dapat tepat diendapkan, kadar garam dalam larutan pemeriksaan dapat
ditentukan. (Underwood, 2010).
Titrasi
pengendapan adalah salah satu golongan titrasi dimana hasil reaksi titrasinya
merupakan endapan atau garam yang sukar larut. Prinsip dasarnya ialah reaksi
pengendapan yang cepat mencapai kesetimbangan pada setiap penambahan titran,
tidak ada pengotor yang mengganggu serta diperlukan indikator untuk melihat
titik akhir titrasi. Hanya reaksi pengendapan yang dapat digunakan pada
titrasi. (Khopkar, 2011).
Argentometri adalah
penetapan kadar suatu zat dalam larutan berdasarkan
pengendapan dengan memakai larutan AgNO3
sebagai standard.Pada reaksi argentometri terbentuk
endapan AgCl (perak klorida).Endapan adalah padatan yang tidak larut dan
terpisah dari larutan.Analisa argentometri ini biasanya digunakan
untuk penentuan kadar senyawa yang mengandung unsur halogen (SPU golongan VII A,
yaitu Cl, Br, I) karena reaksi antara ion Ag+
dan ion dari senyawa tersebut dapat menghasilkan suatu endapan. Satu grek dalam metode ini
adalah kemampuan suatu zat untuk mengikat atau melepas 1 ion perak (Ag+)
(Ershanggono, 1996). Dalam argentometri, yang dimaksud dengan
larutan normal adalah larutan yang ekivalen dengan 1 mol ion Ag+ tiap 1 mol AgNO3 (Underwood,2010).
Endapan terbentuk karena beberapa
faktor. Antara lain adalah kelarutan
dari hasil reaksi yang kecil, adanya efek ion senama, dan larutan sudah
melewati titik jenuhnya saat pencampuran (Khopkar,
2011).
Pada argentometri terdapat tiga
metode yang dapat digunakan, antara lain metode Mohr, metode Volhard, dan
metode Fajans. Metode Mohr adalah salah satu cara dalam argentometri yang
merupakan metode paling baik untuk menentukan kadar klorida dari suatu larutan.
Indikator yang digunakan adalah K2CrO4,
dan titran yang digunakan AgNO3. Indikator
menunjukan tercapainya titik akhir
titrasi, dengan perubahan warna larutan yang telah dicampur dengan indikator K2CrO4 terbentuk endapan yang berwarna merah-bata (Fritz,2013).
Titik akhir
potensiometri didasarkan pada potensial elektrode perak yang dicelupkan ke
dalam larutan analit. Titik akhir argentometri melibatkan penentuan arus yang
diteruskan antara sepasang mikroelektrode perak dalam larutan analit. Sedangkan
titik akhir yang dihasilkan indikator kimia, biasanya terdiri dari perubahan
warna/muncul tidaknya kekeruhan dalam larutan yang dititrasi. Syarat indikator
untuk titrasi pengendapan analog dengan indikator titrasi netralisasi, yaitu :
1. Perubahan warna harus terjadi terbatas dalam range pada p-functiondari
reagen/analit.
2. Perubahan Warna harus terjadi dalam bagian dari kurva titrasi untuk analit.(Skoog
et al.2012).
Pada titrasi
argentometri, zat pemeriksaan yang telah dibubuhi indikator dicampur dengan
larutan standar garam perak nitrat (AgNO3). Dengan mengukur volume larutan
standar yang digunakan sehingga seluruh ion Ag+
dapat tepat diendapkan, kadar garam dalam larutan pemeriksaan dapat
ditentukan (Isnawati, 2010).
Reaksi
pengendapan ialah apakah reaksi ini dapat terjadi pada suatu keadaan
tertentu.Jika Q adalah nilai hasil kali ion-ion yang terdapat dalam larutan,
maka kesimpulan yang lebihumum mengenai pengendapan dasar larutan adalah :y
Pengendapan terjadi jika Q > Kspy Pengendapan tak terjadi jika Q < Kspy
Larutan tepat jenuh jika Q = Ksp (Petrucci, 1989).Jika suatu garam memiliki
tetapan hasil kali larutan yang besar, maka dikatakan garam tersebut mudah
larut. Sebaliknya jika harga tetapan hasil kali larutan dari suatu garam
tertentu sangat kecil, dapat dikatakan bahwa garam tersebut sukar untuk larut.
Harga tetapan hasil kali kelarutan dari suatu garam dapat berubah dengan
perubahan temperatur.Umumnya kenaikan temperatur akan memperbesar kelarutan
suatu garam, sehingga harga tetapan hasil kali kelarutan garam tersebut juga
akan semakin besar (Petrucci, 2011).
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kelarutan suatu zat adalah:
1. pH
2. Temperatur
3. Jenis pelarut
4. Bentuk dan ukuran partikel
5. Konstanta dielektrik pelarut
6. Adanya zat-zat lain, misalnya surfaktan pembentuk komplek ion sejenis,
dll. (Pantang,2010)
Banyak sekali reaksi yang digunakan dalam analisis
anorganik kualitatif melibatkan pembentukan endapan. Endapan adalah zat yang
memisahkan diri sebagai suatu fase padat keluar dari larutan. Endapan mungkin
berupa Kristal atau koloid,dan dapat dikeluarkan dari larutandengan penyaringan
atau pemusingan. Endapan terbentuk jika larutn menjadi terlalu jenuh dengan zat
yang bersangkutan. Kelarutan suatu endapan,menurut defenisi adalah sama dengan
konsenterasi molar dari larutan jenuhnya. Kelarutan tergantung pada berbagai
kondisi,seperti suhu,tekanan,konsentrasi bahan-bahan lain dalam larutan itu,dan
pada komposisi pelarutnya.(G.Svehla,2010).
Argentometri merupakan titrasi
pengendapan sample yang dianalisis dengan menggunakan ion perak. Biasanya,
ion-ion yang ditentukan dalam titrasi ini adalah ion halida (Cl-, Br-,
I-) (Khopkar,2011).
Hasil kali konsentrasi ion-ion yang terkandung suatu
larutan jenuh dari garam yang sukar larut pada suhu tertentu adalah konstan.
Misalnya suatu garam yang sukar larut AmBn dalam larutan akan terdisosiasi
menjadi m kation dan n anion (Khopkar,2011).
Hasil kali kelarutan = (CA+)M × (CB-)N
titrasi argentometri adalah titrasi dengan menggunakan perak nitrat sebagai
titran dimana akan terbentuk garam perak yang sukar larut. Jika larutan perak
nitrat ditambahkan pada larutan kalium sianida maka mula-mula akan terbentuk
endapan putih yang pada pengadukan akan larut membentuk larutan kompleks yang
stabil (Harrizul.2013).
Titik akhir ditandai dengan terbentuknya endapan putih
yang permanent. salah satu kesulitan dalam menentukan titik akhir ini terletak
pada fakta dimana perak sianida yang diendapkan oleh adanya kelebihan ion perak
yang agak lebih awal dari titik ekuivalen, sangat lambat larut kembali dan
titrasi ini makan waktu yang lama (Underwood.2010).
Larutan jenuh dapat dicapai dengan penambahan zat ke dalam pelarut secara
terus menerus hingga zat tidak melarut lagi dengan cara menaikkan lagi
konsentrasi ion-ion tertentu hingga terbentuk endapan (Khopkar.2011).
Faktor yang mempengaruhi kelarutan yaitu suhu, sifat pelarut, ion sejenis,
aktivitas ion, pH, hidrolisis, hidroksida logam, dan pembentukan senyawa
kompleks (Skogg.2012).
Pada kebanyakan garam anorganik, kelarutan meningkat jika suhu naik.Sebaiknya
proses pengendapan, penyaringan dan pencucian endapan dilakukan dalam keadaan
larutan panas kecuali untuk endapan yang dalam larutan panas memiliki kelarutan
kecil cukup disaring setelah terlebih dahulu didinginkan di lemari es. Kebanyakan
garam anorganik larut dalam air dan tidak
arut dalam pelarut organik.
Air memiliki momen dipol yang
besar dan tertarik oleh kation dan anion membentuk ion hidrat (Underwood.2010).
Teknik penambahan ion sejenis dilakukan
oleh analis untuk tujuan (Harizul.2013) :
1) Menyempurnakan pengendapan
2) Pencucian endapan
dengan larutan yang mengandung ion sejenis dengan endapan
Untuk larutan yang mengandung Ag, jika
ditambahkan NaCI maka mula-mula terbentuk suspensi yang kemudian terkoagulasi
(membeku). Laju terjadinya
koagulasi menyatakan mendekamya titik ekivalen. Penambahan NaCI ditersukan sampai titik akhir tercapai.
Perubahan ini dilihat dengan tidak terbentuknya
endapan AgCI pada cairan supernatan. Akan tetapi sedikit NaCI harus ditambahkan
untuk menyempurnakan titik akhir. Penentuan Ag sebagai AgCI dapat dilakukan dengan pengukuran
turbidimetri yaitu dengan pembauran sinar
(Underwood,2010).
Jika AgNO3 ditambahkan ke NaCI yang mengandung zat
berpendar fluor, titik akhir ditentukan dengan berubahnya warna dari
kuning menjadi merah jingga. Jika didiamkan,
tampak endapan berwarna, sedangkan larutan tidak berwarna disebabkan adanya adsorpsi indikator pada endapan AgCI. Warna
zat yang terbentuk dapat berubah
akibat adsorpsi pada penukaan (Khopkar, 2011).
Semua indikator adsorpsi bersifat ionik. Selain
indikator adsorpsi tersebut
terdapat pula indikator-indikator adsorpsi yang digunakan dalam titrasi pengendapan, yaitu turunan krisodin. Indikator
tersebut merupakan indikator asam basa dan indikator reduksi oksidasi dan memberikan perubahan warna yang
reversibel dengan brom. Indikator ini
berwarna merah pada suasana asam clan kuning
pada suasana basa. Indikator ini juga digunakan untuk titrasi ion I"
dengan ion Ag+. Kongo merah adalah indikator asam basa lainnya
(Khopkar, 2011).
Selain kelemahan, indikator adsorpsi mempunyai
beberapa keunggulan. Indikator
ini memberikan kesalahan yang kecil pada penentuan titik akhir titrasi. Perubahan warna yang disebabkan adsorpsi
indikator biasanya tajam. Adsorpsi pada permukaan berjalan baik jika endapan
mempunyai luas permukaan yang besar.
Warna adsorpsi tidak begitu jelas jika endapan terkoagulasi. Kita tidak dapat
menggunakan indikator tersebut karena koagulasi. Koloid pelindung dapat
mengurangi masalah tersebut. Indikator-indikator tersebut bekerja pada batasan daerah-daerah pH tertentu juga pada konsentrasi
tertentu saja, yaitu pada keadaan yang
sesuai dengan peristiwa adsorpsi dan desorpsi saja (Svehla,2010).
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kelarutan (Svehla,2010) :
a.Kelarutan bertambah dengan naiknya temperatur.
Kadangkala endapan yang baik
terbentuk pada larutan panas, tetapi jangan dilakukan penyaringan terhadap larutan panas karena pengendapan
dipengaruhi oleh faktor temperatur. Garam-garam anorganik lebih larut dalam
air. Berkurangnya kelarutan di dalam pelarut
organik dapat digunakan sebagai dasar pemisahan dua zat. Kelarutan endapan dalam air berkurang jika lanitan tersebut mengandung satu dari
ion-ion penyusun endapan, sebab pembatasan Ks.p
(konstanta hasil kali kelarutan).
Baik kation atau anion yang
ditambahkan, mengurangi konsentrasi ion penyusun endapan sehingga endapan garam
bertambah. Pada analisis kuantitatif, ion sejenis ini digunakan untuk mencuci larutan selama
penyaringan.
b.Beberapa endapan bertambah
kelarutannya bila dalam lanitan terdapat garam-garam
yang berbeda dengan endapan. Hal ini disebut sebagai efek garam netral atau efek aktivitas. Semakin kecil koefesien
aktivitas dari dua buah ion, semakin
besar hasil kali konsentrasi molar ion-ion yang dihasilkan. Kelarutan garam
dari asam lemah tergantung pada pH larutan. Jika garam dari asam lemah
dilarutkan dalam air, akan menghasilkan perubahan (H). Kation dari spesies garam mengalami hidrolisis
sehingga menambah kelarutannya
c.Kelarutan
garam yang sedikit larut merupakan fungsi konsentrasi zat lain yang membentuk kompleks dengan kation garam tersebut. Beberapa endapan
membentuk kompleks yang larut dengan ion
pengendap itu sendiri. Mula-mula kelarutan
berkurang (disebabkan ion sejenis) sampai melalui minuman. Kemudian bertambah akibat adanya reaksi kompleksasi
Ada beberapa metode dalam titrasi argentometri yang dibedakan berdasarkan
indikator yang digunakan pada penentuan titik akhir titrasi, antara lain
(Harizul,2013) :
a.Metode Mohr
Metode Mohr biasanya digunakan
untuk menitrasi ion halida seperti NaCl, dengan AgNO3 sebagai titran
dan K2CrO4 sebagai indikator. Titik akhir titrasi
ditandai dengan adanya perubahan warna suspensi dari kuning menjadi kuning
coklat. Perubahan warna tersebut terjadi karena timbulnya Ag2CrO4,
saat hampir mencapai titik ekivalen, semua ion Cl- hamper berikatan
menjadi AgCl. Larutan standar yang digunakan dalam metode ini, yaitu AgNO3,
memiliki normalitas 0,1 N atau 0,05 N.
Indikator menyebabkan
terjadinya reaksi pada titik akhir dengan titran, sehingga terbentuk endapan
yang berwarna merah-bata, yang menunjukkan titik akhir karena warnanya berbeda
dari warna endapan analat dengan Ag+ .
b.Metode Volhard
Metode Volhard menggunakan NH4SCN
atau KSCN sebagai titrant, dan larutan Fe3+ sebagai indikator.
Sampai dengan titik ekivalen harus terjadi reaksi antara titrant dan Ag,
membentuk endapan putih.
Konsentrasi indikator dalam
titrasi Volhard juga tidak boleh sembarang, karena titrant bereaksi dengan
titrat maupun dengan indikator, sehingga kedua reaksi itu saling mempengaruhi.
Penerapan terpenting cara
Volhard ialah untuk penentuan secara tidak langsung ion-ion halogenida: perak
nitrat standar berlebih yang diketahui jumlahnya ditambahkan sebagai contoh,
dan kelebihannya ditentukan dengan titrasi kembali dengan tiosianat baku.
Keadaan larutan yang harus asam sebagai syarat titrasi Volhard merupakan
keuntungan dibandingkan dengan cara-cara lain penentuan ion halogenida karena
ion-ion karbonat, oksalat, dan arsenat tidak mengganggu sebab garamnya larut
dalam keadaan asam.
c.Metode Fajans
Dalam titrasi Fajans digunakan
indikator adsorpsi. Indikator adsorpsi ialah zat yang dapat diserap pada
permukaan endapan (diadsorpsi) dan menyebabkan timbulnya warna. Penyerapan ini
dapat diatur agar terjadi pada titik ekivalen, antara lain dengan memilih macam
indikator yang dipakai dan pH.
Argentometri
merupakan titrasi pengendapan sampel yang dianalisis dengan menggunakan ion
perak. Biasanya, ion-ion yang ditentukan dalam titrasi ini adalah ion halida
(Cl-, Br-, I-) (Khopkar,2011).
Kelarutan
suatu senyawa dalam suatu pelarut didefinisikan sebagai jumlah terbanyak (yang
dinyatakan baik dalam gram atau dalam mol) yang akan larut dalam kesetimbangan
dalam volume pelarut tertentu. Meskipun pelarut-pelarut selain air digunakan
dalam banyak aplikasi, larutan dalam air adalah yang paling penting dan bagus
disini. Garam menunjukkan interval kelarutan yang besar dalam air (Oxtoby et
al., 2011).
Titrannya
adalah AgNO3 hingga suspensi violet menjadi merah. pH tergantung pada macam
anion (Khopkhar, SM.1990)
B. URAIAN
BAHAN
a. Air suling(Dirjen,1979:96)
Nama resmi :Aqua Destillata
Nama lain :Air suling
Pemerian :Cairan jernih,
tidak berwarna, tidak
berbau
tidak
mempunyai rasa.
BM :18,02
Penyimpanan :Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan :Sebagai
indikator
b. AgNO3(Dirjen,1979:97)
Nama resmi :Argenti Nitras
Nama lain :Perak nitrat
Pemerian
:Hablur transparan atau serbuk
hablur
berwarna
putih, tidak berbau.
BM :169,87
Penyimpana
:Dalam wadah tertutup baik, terlindungi dari
cahaya
Kegunaan :Antiseptik
ekstern, kaostikum
c. K2CrO4(Dirjen,1979:690)
Nama resmi : Kalii Cromas
Nama lain : Kalium kromat
Pemerian : Hablur, tidak berwarna berwarna putih
BM :
104,0
Penyimpana : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Sebagai larutan indikator
C.PROSEDUR
KERJA(Anonim,2015,Hal;27)
a) Percobaan argentometri :
Di timbang 250mg zat uji, kemudian di larutkan dalam
erlenmeyer dengan 10ml air suling, tambahkan indikator K2CrO4
5% 3 tetes dan titrasi dengan larutan baku AgNO3 0,1N sampai
terbentuk endapan kemerah-merahan.
Setiap ml
AgNO3 0,1N setara dengan 20,15 mg efedrin HCl.
b) Pembakuan AgNO3 0,1N
Di timbang 4 gram NaCl murni dalam gelas arloji, di
keringkan dalam oven pada suhu 105o-1000C selama 2 jam,
kemudian dinginkan dalam desikator. Timbang seksama 2,92 gram NaCl dengan
memakai botol timbang. Pindahkan ke dalam labu ukur 500ml melalui corong, botol
timbang di bilas dengan air suling hingga bersih dan hasil bilas di masukkan ke
dalam labu ukur, di kocok hingga homogenkan.Sampai larutan 500ml ,sambil di
kocok hingga homogenkan. Pipet sebanyak 25ml kemudian masukkan ke dalam
erlenmeyer, tambahkan 0,5-1ml larutan K2CrO4 5%. Larutan
baku AgNO3 yang telah di tentukan normalitasnya di masukkan ke dalam
buret. Titrasi dengan NaCl yang berada dalam erlenmeyer dengan larutan AgNO3
sambil di kocok.Titrasi berakhir setelah terjadi perubahan warna dari
kuning menjadi coklat merah.Ulangi titrasi sampai tiga kali, kemudian hasilnya
di rata ratakan.
Tiap ml AgNO3
0,1N setara dengan 5,85 gram NaCl.
BAB 3 METODE
KERJA
A. ALAT PRAKTIKUM
Alat yang dipakai pada praktikum
argentometri yaitu erlenmeyer, buret, gelas ukur, pipet tetes.
B. BAHAN PRAKTIKUM
Bahan yang dipakai pada praktikum
argentometri yaitu larutan zat uji, air suling, K2CrO4,
larutan AgNO3.
C. CARA KERJA
Cara kerja argentometri yaitu :
1. Timbang
250mg zat uji.
2. Larutkan
kedalam erlenmeyer dengan 10ml air suling.
3. Tambahkan 3
tetes indikator K2CrO4 5%.
4. Titrasi
dengan larutan baku AgNO3 0,1N.
5. Terbentuk
endapan kemerah merahan.
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
A. HASIL
1)
Tabel
Pengamatan
Kelompok
|
Berat sampel (mg)
|
Volume titran
(ml)
|
% kadar
|
1
|
250
|
38,5
|
82,252 %
|
2
|
250
|
40
|
85,4568 %
|
3
|
250
|
43,9
|
93,7884 %
|
4
|
250
|
34
|
72,63828 %
|
RATA-RATA
|
85,53398 %
|
2)
Reaksi
Reaksi
antara Efedrin-HCl dan AgNO3
HCl + AgNO3 AgCl
+ HNO3 putih
Reaksi antara AgCl dengan Indikator K2CrO4
AgCl + K2CrO4 Ag2CrO4 + 2
KCl merah bata
3)Perhitungan
% Kadar sampel I =
=
=
% Kadar sampel II =
=
=
% Kadar sampel III =
=
=
% Kadar sampel IV =
=
=
% Kadar rata-rata=82,252% +
85,4568% + 93,7884% + 72,63828
4
= 334,13545
4
= 83,5338 %
A.
PEMBAHASAN
Argentometri
adalah menetapkan kadar suatu sampel dengan menggunakan larutan AgNO3.Dasar
teori argentometri adalah pembentukan endapan yang tidak mudah larut antara
titran dan analit. Sebagai contoh yang banyak dipakai adalah titrasi penentuan
NaCl dimana Ag+ dari titran akan bereaksi dengan Cl- dari
analit membentuk garam yang tidak mudah larut.
Metode yang digunakan pada
standarisasi AgNO3 dengan NaCl adalah metode mohr dengan indikator K2CrO4.
Penambahan indikator ini akan menjadikan warna larutan menjadi kuning. Titrasi
dilakukan hingga mencapai titik ekuivalen. Titik ekuivalen ditandai dengan
berubahnya warna larutan menjadi merah bata dan munculnya endapan putih secara
permanen.
Pada perhitungan
argentometri di peroleh 106,02 % pada alkalimetri dan 4,876% pada perhitungan
bikarbonat. Pada percobaan argentometri hal pertama yang harus dilakukan adalah
menimbang larutan zat uji sebanyak 250mg. Setelah itu larutkan ke dalam
erlenmeyer dengan 10ml air suling. Tambahkan indikator K2CrO4
sebanyak 5 tetes.Kemudian titrasi larutan dengan menggunakan AgNO3
0,1N. Dan larutan menjadi endapan kemerah merahan.
Adapaun alasan mengapa pada
praktikum argentometri menggunakan larutan AgNO3 sebagai titrasi
yaitu karena AgNO3 merupakan larutan standar yang di pakai dalam
titrasi argentometri.
Adapun manfaat yang dapat di
peroleh dari praktikum argentometri yaitu digunakan untuk menetapkan kadar
garam dapur, pottasium, dan bromida.
Faktor kesalahan yang dapat
terjadi pada praktikum argentometri yaitu apabila kita kjurang teliti dalam
penimbangan sampel, pada saat mentitrasi larutan kita kurang teliti dan apabila
larutan yang di pakai kurang bersih akan mempengaruhi larutan.
Alasan penambahan K2CrO4
5% pada titrasi argentometri dimana ketika larutan di campurkan dengan K2CrO4
5% warna larutan akan menjadi merah.Pada saat di titrasi larutan akan tetap
berwarna merah dan akan terbentuk endapan yang menunjukkan bahwa titik akhir
titrasi telah tercapai.Jadi penggunaan K2CrO4 5% untuk
menetukan titik akhir pada saat titrasi. Ketika indikator K2CrO4
5% yang digunakan baru akan terjadi apabila titik akhir terkumpul pada penambahan
AgNO3 berlebih.
Adapun
hubungan titrasi dengan argentometri dengan titrasi yaitu zat yang biasa
digunakan sebagai baku primer adalah NaCl, NaBr, KBr, atau KCl dengan kemurnian
yang tinggi. Sebagai baku sekunder digunakan larutan AgNO3.Hubungan
yang terdapat pada titrasi ini adalah: jumlah ekivalen Ag+ sama
dengan jumlah ekivalen Cl–.Titrasi pengendapan yang paling banyak
dilakukan adalah titrasi dengan menggunakan larutan Ag+ sebagai
pereaksi (argentometri). Oleh karena itu pembahasan prinsip dasar titrasi
pengendapan ini terbatas pada analisis argentometri. Tentunya, pembahasan ini
dapat pula diterapkan pada reaksi pengendapan lain.Hubungan titrasi dengan
reaksi oksidasi yaitu reaksi-reaksi kimia yang melibatkan oksidasi reduksi
dipergunakan secara luas oleh analisis titrimetrik. Ion-ion dari berbagai unsur
dapat hadir dalam kondisi oksidasi yang berbeda-beda, menghasilkan kemungkinan
banyak reaksi redoks. Banyak dari reaksi-reaksi ini memenuhi syarat untuk
dipergunakan dalam analisi titrimetrik dan penerapan-penerapannya cukup
banyak.Iodometri adalah analisa titrimetrik yang secara tidak langsung untuk
zat yang bersifat oksidator seperti besi III, tembaga II, dimana zat ini akan
mengoksidasi iodida yang ditambahkan membentuk iodin. Iodin yang terbentuk akan
ditentukn dengan menggunakan larutan baku tiosulfat .
Adapun
alasan terbenuknya endapan merah pada argentometri yaitu karena memakai larutan
standar seperti AgNO3 yang mengandung garam-garam halogen dan
cianida. Dan pada argentometri juga di gunakan pelkarut pada titrasi yang cocok
sehingga menghasilkan endapan merah.
Sampel
yang biasa digunakan pada percobaan argentometri selain NaCl yaitu CrO42 dan
K2Cr2O4.
Larutan
baku adalah larutan standar. Larutan standar adalah larutan yang konsentrasinya
sudah diketahui. Biasanya berfungsi sebagai titran sehingga ditempatkan buret,
yang juga berfungsi sebagai alat ukur volume larutan baku.
Larutan
dibagi menjadi larutan baku primer dan larutan baku skunder. Larutan baku
primer adalah larutan yang mengandung zat padat murni yang konsentrasi
larutannya diketahui secarfa tepat melalui metode gravimetri dapat digunakan
untuk menetapkan konsentrasi larutan lain yang belum diketahui. Larutan baku
sekunder adalah larutan atau suatu zat yang konsentrasinya tidak dapat
diketahui dengan tepat karena berasal dari zat yang tidak murni.
Syarat-syarat
pada larutan baku primer yaitu:
a.Mudah di dapat, dimurnikan,
disimpan dalam keadaan murni.
b.Mempunyai kemurnian yang
sangat tinggi atau dapat di murnikan dengan penghabluran kembali.
c.Tidak berubah selama
penimbangan(zat yang higroskopik bukan merupakan baku primer).
Syarat-syarat pada larutan sekunder yaitu:
a.Derajat kemurnian lebih
rendah dari pada larutan baku primer.
b.Mempunyai berat ekuivalen
yang tinggi untuk memperkecil kesalahan penimbangan.
c.Larutannya relatif stabil
dalam penyimpanan.
Hal-hal yang melandasi titrasi pengendapan yaitu oleh
larutan standar titran yang mampu secara spesifik mengendapkan analit. Titrasi
ini terbatas pada reaksi antara ion Ag+ dengan anion-anion X- yaitu : halida,
tiosianat dan sianida. Pada titrasi ini AgNO3 digunakan sebagai larutan
standar.
Titrasi langsung yaitu titrasi yang biasa digunakan untuk
ion-ion yang tidak mengendap pada pHtitrasi, reaksi pembentukan kompleksnya berjalan
cepat. Contoh penentuannya ialah untuk ion-ion Mg, Ca, dan Fe.
Titrasi
tidak langsung adalah cara penambahan titran dalam jumlah berlebihan, kemudian
kelebihan titran dititrasi dengan titran lain. Volume titrasi yang diperoleh
menunjukkan jumlah ekuivalen dari kelebihan titran.
Titrasi
substitusi adalah titrasi yang ini digunakan untuk ion-ion logam yang tidak
bereaksi sempurna dengan indikator logam yang membentuk kompleks EDTA yang
lebih stabil daripada kompleks ion-ion logam lainnya, contoh penentuannya ialah
untuk ion-ion Ca dan Mg.4.
Titrasi
redoks adalah metode penentuan kuantitatif yang reaksi utamanya adalah
reaksi redoks, reaksi ini hanya dapat berlangsung kalau terjadi interaksi dari
senyawa/unsure/ion yang bersifat oksidator dengan unsure.
Pada
praktikum argentometri kita dapat mengetahui reaksi yang terjadi apabila kita
menggunakan cara argentometri.Sebelum melakukan praktikum argentometri terlebih
dahulu kita membuat larutan baku pada AgNo3 dimana larutan dimasukkan ke dalam
wadah dan di beri etiket. Dimana pada hasil akhir dari praktikum argentometri
kita dapat melihat hasilnya dengan terjadinya pengendapan pada larutan yang
sudah di titrasi dengan larutan AgNO3 dan pada larutan terdapat
endapan kemerah-merahan setelah di titrasi dengan larutan tersebut.
Hubungan
oksidasi dengan percobaan pada praktikum argentometri yaitu pada perak nitrat
membentuk ion monovalen dalam larutan yang tidak berwarna, pemberian perak
nitrat pada reaksi oksedasi menyebabkan terbentuknya endapan kemerah merahan
Pada larutan kalium kromat garam-garam pada kalium mengandung kation sehingga
membentuk larutan yang berwarna.
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
A.
KESIMPULAN
Pada
praktikum argentometri memiliki standarisai larutan AgNO3 dilakukan
dengan metode mohr; larutan standar primer yang digunakan adalah NaCl 0,1 N dan
larutan K2CrO4 sebagai indikator. Persentasi yang
didapatkan adalah 106,02% pada alkalimetri dan 4,876% pada perhitungan
bikarbonat. Titik akhir titrasi ditunjukkan dengan adanya endapan merah
bata.
B.
SARAN
Seorang praktikan harus teliti dalam
melakukan titrasi dan pemberian indikator agar hasil yang di dapatkan sesuai
dengan yang di harapkan.
DAFTAR
PUSTAKA
DIRJEN POM,1979. Farmakope
Indonesia Edisi III. DEPKES RI ; Jakarta
Frits, G.J. 2013. Introduction Plant Physiology,
Second Edition. New Jersey: Prentice Hall, Inc, Englewood Clifts.
Rifai,Harrizul.2013.Asas
Pemeriksaan Kimia.Padang.UI Press
Oxtoby,D.W.2011.Kimia
Modern.Erlangga ;Jakarta
Proverawati,
Ismawati.2010.Berat Badan Lahir Rendah(BBLR). Yogyakarta:Nuha Medika
Khopkar S.M,2011. Konsep
Dasar Kimia Analitik. Universitas Indonesia Jakarta
Pantang,M.A.2010.Kimia analisis.UI-Press.Jakarta
Petrucci,R.H.2011.Kimia Dasar Prinsip dan Terapan
Modern.Erlangga:Jakarta
Skoog,
Douglas A., et al. 2012. Fundamentals of
Analytical Chemistry, Eight Edition. Kanada: Brooks/Cole, Thomson Learning.
Shehla.G,2010. Vogel
Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semi Mikro Edisi Ke Lima.
Kalma Media Pustaka;Jakarta
Syukri,S.2013.Kimia
Dasar l.ITB.Press;Bandung
Underwood. 2010. Analisis Kimia Kuantitatif edisi
kelima. Erlangga. Jakarta.
LAMPIRAN
Lampiran Skema Kerja
Di timbang zat uji 250mg
Di larutkan ke dalam 10ml air suling di dalam
erlenmeyer
+ indikator K2CrO4 tiga tetes
Titrasi dengan AgNO3 0,1N
Endapan kemerah-merahan
Lampiran Gambar
Sebelum di titrasi larutan berwarna kuning
Sesudah di titrasi terdaat endapan
kemerah merahan
Permisi itu tahun yang ada didapus semuanya benar?
BalasHapus