Rabu, 01 Agustus 2018

laporan asetosal pct


BAB 1 PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Paracetamol atau asetominofen adalah obat analgetik-antipiretik yang tersedia dalam berbagai bentuk sediaan. Paracetanol sering dikombinasikan dengan berbagai sediaan obat untuk mendapatkan yang di inginkan.
Pada praktikum ini kita melakukan praktikum identifikasi dan penetapan kadar sediaan tablet campuran asetosal dan paracetamol secara volumetri dilakukan dengan analisis kualitatif. Dimana pada praktikum ini ketika mengisolasi suatu bahan obat.
Pada praktikum ini kita akan mengetahui kadar asetosal dan paracetamol dengan menggunakan metode volumetri. Pada praktikum ini juga menggunakan beberapa proses yaitu pertama-tama kita mengidentifikasi senyawa atau bahan aktif yang ada di dalam sampel.
Pada praktikum ini kita menggunakan metode volumetri yaitu suatu metode yang digunakan untuk mengidentifikasi kadar zat dari suatu sampel yang akan kita teliti.
Kita juga menggunakan berbagai macam sediaan asetosal dan paracetamol agar kita dapat membandingkan kadarnya dengan menggunakan dua metode di atas sehingga kita mengetahui kadar papaverin di dalam sampel sediaan obat yang di praktikumkan.
1.2  Maksud Praktikum
Maksud pada praktikum ini yaitu untuk mengetahui dan mempelajari bagaimana cara identifikasi dan penetapan kadar campuran asetosal-paracetamol dalam sediaan tablet secara volumetri.
1.3  Tujuan Praktikum
Tujuan pada praktikum ini yaitu :
1.    Mengidentifikasi asetosal-paracetamol dalam sediaan inza.
2.    Menghitung kadar paracetamol secara nitrimetri.
3.    Mesnghitung kadar asetosal secara Adisi-Alkalimetri.


BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Teori Umum
Parasetamol atau asetaminofen adalah turunan a-para-aminophenol memiliki khasiat sebagai analgesik, antipiretik, dan aktivitas antiradang yang lemah. Parasetamol merupakan analgesik non-opioid sering dicoba pertama untuk pengobatan gejala berbagai tipe sakit kepala termasuk migrain dan sakit kepala tipe tensi (Sweetman, 1982). Parasetamol (C8H9NO2) mengandung tidak kurang dari 90% dan tidak lebih dari 110% dari jumlah yang tertera pada etiket Pemerian parasetamol berupa serbuk hablur putih, tidak berbau, rasa sedikit pahit. Kelarutan, larut dalam 70 bagian air, 7 bagian (85%), 13 bagian aseton P, 40 bagian gliserol dan 9 bagian propilenglikol P serta larut dalam alkali hidroksida (Dirjen POM, 1979).
Asam asetilsalisilat mempunyai nama sinonim asetosal, asam salisilat asetat dan yang paling terkenal adalah aspirin. Serbuk asam asetil salisilat dari tidak berwarna atau kristal putih atau serbuk granul kristal yang berwarna putih.. Nilai titik lebur dari asam asetil salisilat adalah 135oC. Asam asetilsalisilat larut dalam air (1:300), etanol (1:5), kloroform (1:17) dan eter (1:10-15, Asam asetilsalilsilat larut dalam larutan hidroksida dan karbonat (Dirjen POM, 1979).
Obat yang bersifat analgesik (penahan rasa sakit/nyeri) dan antipiretik (penurun panas/demam) adalah obat yang paling banyak dikonsumsi masyarakat, karena obat ini dapat berkhasiat menyembuhkan demam, sakit kepala dan rasa nyeri. Umumnya obat yang bersifat analgesik dan antipiretik ini mengandung zat aktif yang disebut asetaminofen atau yang lebih dikenal dengan parasetamol (Rachdiati, 2008).
Parasetamol atau asetaminofen adalah turunan para-aminophenol memiliki khasiat sebagai analgesik, antipiretik, dan aktivitas antiradang yang lemah. Parasetamol merupakan analgesik non-opioid sering dicoba pertama untuk pengobatan gejala berbagai tipe sakit kepala termasuk migrain dan sakit kepala tipe tensi (Sweetman, 2004).
Parasetamol merupakan metabolit henasen dengan efek antipiuretik yang ditimbulkan oleh gugus aminobenzena dengan efek anlagetik parasetamol menghilangkan atau mengurangi nyeri ringan sampai sedang. Efek antiinflamasi sangat lemah. Parasetamol diabsorbsi cepat dan sempurna melalui sluran cerna. Konsentrasi tertinggi dalam plasma dicapai dalam waktu ½  jam dan masa penuh plasma antara 1-3 jam. Dalam plasma 25 %. Parasetamol terikat plasma. Obat ini dimetabolisme oleh enzim mikrosom di hati (Sulistia, 2007).
Analisis kualitatif merupakan analisis untuk melakukan identifikasi elemen, spesies dan/atau senyawa-senyawa yang ada dalam sampel. Dengan kata lain, analisis kualitatif berkaitan dengan cara untuk mengetahui atau tidaknya suatu analit yang dituju dalam suatu sampel. Analisis kuantitatif adalah analisis untuk menentukan kadar absolute atau relative dari suatu elemen atau spesies yang ada dalam sampel (Sudjadi, 2007).
volumetri merupakan salah satu metode analisa kuantitatif, yang sangat penting penggunaannya dalam menentukan konsentrasi zat yang ada dalam larutan. Keberhasilan analisa volumetri ini sangat ditentukan oleh adanya indikator yang tepat sehingga mampu menunjukkan titik akhir titrasi yang tepat. Titik akhir titrasi asam basa dapat ditentukan dengan indikator asam basa. Indikator yang digunakan harus memberikan perubahan warna yang nampak di sekitar pH titik ekivalen titrasi yang dilakukan, sehingga titik akhirnya masih jatuh pada kisaran perubahan pH indikator tersebut (Harjanti, 2008).
Parasetamol (C8H9NO2) mengandung tidak kurang dari 90% dan tidak lebih dari 110% dari jumlah yang tertera pada etiket Pemerian parasetamol berupa serbuk hablur putih, tidak berbau, rasa sedikit pahit. Kelarutan, larut dalam 70 bagian air, 7 bagian (85%), 13 bagian aseton P, 40 bagian gliserol dan 9 bagian propilenglikol P serta larut dalam alkali hidroksida (Dirjen POM, 1979).
Volumetri merupakan suatu metode analisa kuantitatif yang dilakukan dengan cara mengukur volume larutan yang konsentrasinya telah diketahui dengan teliti, lalu mereaksikannya telah diketahui dengan larutan yang akan ditentukan konsentrsainya. Analisa volumetri merupakan salah satu metode dari analisa kuantitatif yang bertujuan untuk menentukan banyaknya suatu zat dalam volum terentu. Analisa kuantitatif merupakan suatu upaya untuk menguraikan atau memisahkan suatu kesatuan bahan menjadi komponen-komponen pembentukan sehingga data yang diperoleh ditinjau lebih lanjut (Harjanti, 2008).
Pada analisis titrimetri atau sering disebut dengan volumetrik, untuk mengetahui saat reaksi sempurna dapat dipergunakan suatu zat yang disebut indikator. Indikator umumnya adalah senyawa yang berwarna, dimana senyawa tersebut akan berubah warnanya dengan adanya perubahan pH dan Metil jingga sering digunakan sebagai indicator dalam titrasi asam basa. Metil jingga mempunyai trayek pH 3,1 – 4,4 dan pKa 3,46 , berwarna merah dalam keadaan asam dan berwarna kuning dalam keadaan basa. Metil jingga digunakan untuk mentitrasi asam mineral dan basa kuat, menentukan alkalinitas dari air tetapi tidak dapat digunakan untuk asam organik. (Suirta, 2010).
Identifikasi dari senyawa ini dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu (Ditjen POM, 1995) :
a.    Inframerah
Spektrum serapan inframerah zat yang telah dikeringkan di atas pengering yang cocok dan didispersikan  dalam kalium bromide P menunjukkan harga maksimum hanya pada panjang gelombang yang sama seperti pada parasetamol BPFI.
b.    Serapan ultraviolet (Watson, 2012).
Teknik spektroskopi pada daerah ultraviolet dan sinar tampak biasa disebut spektroskopi UV-Vis atau spektrofotometer UV-Vis. Dari spekrum absorbsi dapat diketahui panjang gelombang dengan absorbansi maksimum dari suatu unsur atau senyawa. Konsentrasi suatu unsur atau senyawa juga dengan mudah dapat dihitung dari kurva standar yang diukur pada panjang gelombang dengan absorbansi maksimum yang telah ditentukan.






2.2 Uraian Bahan
1. Aquadest (Ditjen POM, 1979: 96)
Nama resmi        
Nama lain                               
Rumus molekul                       
Berat molekul                          
Pemerian
                    
Penyimpanan 
Kegunaan
Rumus struktur
:
:
:
:
:

:
:
:
AQUA DESTILLATA
Aquadest, Air suling, air mineral
H2O
18,00
Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak mempunyai rasa
Dalam wadah tertutup baik
Sebagai pelarut
Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgU0ba96duo4f0JHZSc6Zyxffbpyfi885M4iyy5ZgNtfNC2rf9MnVlBBhYV-irv5WSacg6vfUQ4ZlOtlFGuLjvHpchU1_J_NSP3jScqADJwGfmQFtXQRPYq1JO3HgRe2Ngidw4inBnD2Yw/s1600/Screenshot_2.jpg
2. HCl (Ditjen POM, 1979: 53)
Nama resmi
Nama lain
Rumus kimia           
Berat molekul
Pemerian


Bobot jenis   
Penyimpanan
Rumus struktur
:
:
:
:
:


:
:
:
ACIDUM HYDROCHLORIDUM
Asam klorida
HCl
36,46
Cairan tidak berwarna, berasap, bau
merangsang jika diencerkan 2 bagian volume air, asap akan hilang.
Lebih kurang 1,18
Dalam wadah tertutup rapat
H – Cl
3.    Asam Sulfat (Ditjen POM, 1979: 794)
Nama resmi
Nama lain
RM/BM
Kandungan

Pemerian


Kelarutan
Penyimpanan
Kegunaan
Rumus struktur
:
:
:
:

:


:
:
:
:
ACIDIUM SULFURICUM
Asam sulfat
H2SO4 / 98,07
Tidak kurang dari 95.0% dan tidak lebih dari 98.0% H2SO4
Cairan   kental    seperti   minyak,  korosif, tidak     berwarna,   jika   ditambahkan  air menimbulkan panas.
Larut dalam air dan etanol.
Dalam wadah tertutup rapat
Sebagai pereaksi
Description: Hasil gambar untuk struktur asam sulfat
4.    Asetosal (Depkes RI 1979 :43)
Nama Resmi
Nama Lain
Rumus Molekul
Berat Molekul
Kelarutan





Penyimpanan
Rumus struktur
:
:
:
:
:





:
:


ACIDUM ACETYLSALICYLICUM
Asetosal/asam asetilsalisilat
C9H8O4
180,16
Hablur tidak berwarna atau serbuk hablur   putih, tidak berbau atau hamper tidak   berbau, rasa asam, agak sukar larut dalam air, mudah larut dalam etanol, (95%)P larut dalam kloroform P dan dalam eter P
Dalam wadah tertutup rapat
Description: asetosal.gif
5.    Paracetamol (Ditjen POM, 1979: 37)
Nama Resmi
Nama Lain
Berat Molekul
Rumus Molekul
Pemerian

Kelarutan



Penyimpanan
Khasiat
Rumus struktur
:
:
:
:
:

:



:
:
:
ACETAMINOPHENUM
Asetaminofen, paracetamol
151,16
C8H9NO2
Hablur atau serbuk hablur putih, tidak berbau: rasa pahit
Larut dalam 27 bagian air, dalam 7 bagian etanol (95%)P, dalam 13 bagian bagian aseton P, dalam 40 bagian gliserol
Dalam wadah tertutup baik
Analgetikum, antipiretikum
Description: pct rill.png
6.    FeCl3 (Ditjen POM, 1979: 659)
Nama Resmi
Nama Lain
RM/BM
Pemerian



Kelarutan

Penyimpanan
Kegunaan
Rumus struktur
:
:
:
:



:

:
:
:
FERRI CHLORIDA
Besi (III) Klorida
FeCl3/162,5
Hablur atau serbuk hablur, hitam kehijauan, bebas warna jingga dari garam hidrat yang telah berpengaruh oleh kelembapan
Larut dalam air, lautan berpotensi berwarna jingga.
Dalam wadah tertutup rapat.
Sebagai pereaksi
Description: fecl3.png
7.    Indikator merah Fenol (Ditjen POM, 1979: 704)
Nama Resmi             :  FENOL SULFONFTALEIN
Nama Lain                :  Merah Fenol
RM/BM                       :  C19H4O3/354
Rumus Struktur        : 



Kelarutan                  :  Larut dalam air, mudah larut dalam kloroform eter.
Pemerian                   :  Serbuk hablur bermacam-macam warna merah tua sampai merah.
Penyimpanan           :  Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan                 :  Sebagai Indikator
8.    NaOH (Ditjen POM, 1979: 412)
Nama Resmi             :  NATRII HYDROXYUM
Nama lain                  :  Natrium hidroksida
RM/BM                       :  NaOH/40,00
Rumus Struktur        :  Na – O – H
Pemerian                   :  Bentuk batang,butiran,massa hablur atau      kaping, kering, keras, rapuh, putih, mudah meleleh basah. Sangat alkalis dan korosif. Segera menyerap karbondioksida.
Kelarutan                  :  Sangat mudah larut dalam air dan dalam    etanol (95%) P.
Penyimpanan           :  Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan                 :  Zat tambahan
9.    Natrium Nitrit (Ditjen POM, 1979 : 714)
Nama resmi               : Natrii nitrit
Nama Lain                 : Natrium nitrit
RM/BM                       : NaNO2/69,00
Pemerian                   : Hablur atau granul, tidak berwarna atau putihj
                                                  kekuningan rapuh
Kelarutan                   : Larut dalam 1,5 bagian air, agak sukar larut
                                                  dalam  etanol 95 % P
Khasiat                      : Zat tambahan
Kegunaan                 : Sebagai larutan baku /penitran
Penyimpanan           : Dalam wadah tertutup rapat


2.3 Prosedur Kerja (Anonim 2016, 11)
A. Identifikasi paracetamol
a)    Reaksi dengan besi (lll) klorida 10% terbentuk biru ungu muda.
b)    Sejumlah sampel setara dengan 50mg zat dilarutkan dalam HCl 3N, dimasak selama 5 menit. Selanjutnya larutan dibagi dua dan diperlakukan sebagai berikut:
1)    Reaksi diazo : ke dalam satu bagian larutan ditambahkan 2 tetes pereaksi diazo l, disaring, dan filtrat dituangkan ke dalam 2ml pereaksi diazo ll, timbul warna jingga merah.
2)    Satu bagian lain dari larutan di atas di encerkan dengan 5,0ml aquades. Sesudah larutan menjadi dingin tidak boleh diendapkan. Selanjutnya ditambahkan beberapa tetes larutan 0,1 N kalium dikromat; lambat laun timbul warna ungu yang tidak boleh berubah menjadi merah (membedakan paracetamol dengan fenasetin).
c)    Parasetamol mereduksi pereaksi Tollens.
d)    Zat ditambahkan pereaksi HNO3 encer terbentuk warna jingga.
e)    Zat ditambahkan HCl pekat, ditambahkan K2Cr2O7 terbentuk warna violet.
f)     Zat ditambahkan aseton, lalu ditetesi air terbentuk kristal, dapat diamati dengan mikroskop.
B. Identifikasi asetosal
a)    Didihkan 500mg serbuk tablet dengan 10ml larutan NaOH P selama 2 sampai 3 menit, dinginkan, tambahkan asam sulfat encer P hingga berlebih, terbentuk endapan hablur dan bau cuka. Pada endapan tambahkan larutan FeCl3 P, terbentuk warna violet tua.
b)    Jika pada (1) bila ditambahkan asam warna violet akan hilang.
c)    Serbuk sampel ditambahkan 2ml etanol dan 2ml asam sulfat pekat, lakukan pemanasan, tercium bau etil asetat.
d)    Dengan pereaksi Frohde membentuk warna biru-ungu.
e)    Larutan zat ditambahkan Zwikker B, terbentuk biru muda, dan jika diamati di mikroskop berbentuk persegi panjang.
f)     Zat ditambahkan HCl encer (atau H2SO4 P) + NaOH, lalu diamati dengan mikroskop.
C. Penetapan kadar parasetamol secara nitrimetri
a)    Timbang seksama sejumlah tertentu serbuk tablet yang setara dengan kurang lebih 500g parasetamol. Refluks selama 1 jam dengan 30ml asam sulfat 10% (b/b).
b)    Larutan dipindahkan dengan bantuan beberapa ml air ke dalam labu titrasi/erlenmeyer, lalu ditambahkan 10ml HCl pekat.
c)    Suhu larutan diatur 150C, lalu tambahkan indikator dalam berupa campuran tropeolin OO dan metilen blue.
d)    Titrasi larutan dengan larutan baku NaNO3 0,1N yang ditambahkan tetes demi tetes sambil dilakukan pengocokan terus menerus.
e)    Pada titik akhir titrasi ditandai dengan perubahan warna larutan dari ungu menjadi biru sampai hijau.
f)     Setiap ml NaNO2 0,1 N setara dengan 15,116 mg C8H9NO2
Kadar P. Setamol =  x 100%
D. Penetapan kadar asetosal secara asidi-alkalimetri
a)    Timbang seksama sejumlah tertentu serbuk sediaan tablet yang setara dengan 500mg asetosal.
b)    Larutkan dalam 20ml alkohol netral, tambahkan indikator PP dan titrasi segera dengan larutan baku NaOH 0,1N sampai titik akhir.
c)    Tambahkan sejumlah volume larutan baku NaOH 0,1N yang sama banyak dengan yang digunakan pada saat titrasi.
d)    Tambahkan lagi secara seksama sebanyak 15ml larutan baku NaOH 0,1N.
e)    Panaskan larutan selama 15 menit sambil diaduk. Dinginkan cepat-cepat sampai suhu kamar, tambahkan indikator PP dan titrasi kelebihan baku NaOH 0,1N dengan baku H2SO4 0,1N sampai titik akhir titrasi. Lakukan titrasi blanko.
f)     Jumlah asetosal sama dengan jumlah baku NaOH 0,1N yang kedua dikurangi jumlah volume baku H2SO4 0,1N dikalikan dengan 18,02mg.
BAB 3 METODE KERJA
3.1 Alat Praktikum
Alat yang digunakan pada saat praktikum yaitu erlenmeyer, gelas ukur, pipet volume, pipet tetes, penangas air, timbangan analitik, spektrofotometer dan statif, biuret.
3.2 Bahan Praktikum
Bahan yang digunakan pada saat praktikum yaitu bahan obat paracetamol (Inza), asetosal, larutan H2SO4 3 N, larutan NaOH 3 N, pereaksi FeCl3, pereaksi prodhe, HNO3 pekat,aquadest, Pereaksi tollens, kalium dikromat, NaNO2 larutan baku NaOH 0,1 N, larutan NaOH 0,1 N, H2SO4 , dan indikator merah fenol P.
3.3 Cara Kerja
A. Identifikasi Parasetamol
1.    Reaksi dengan besi (III) klorida 10% terbentuk biru ungu muda. Paracetamol mereduksi pereaksi Tollens.
2.    Ditambahkan pereaksi HNO3 encer terbentuk warna jingga.
3.    Ditambahkan HCl pekat, ditambahkan K2Cr2O7 terbentuk warna violet.
4.    Ditambahkan aseton, lalu ditetesi air terbentuk kristal, dapat diamati dengan mikroskop.
B. Identifikasi Asetosal
1.    Didihkan 500 mg serbuk tablet dengan 10 mL larutan NaOH P selama 2 sampai 3 menit, dinginkan.
2.    Ditambahkan asam sulfat encer P hingga berlebih, terbentuk endapan hablur dan bau cuka.
3.    Ditambahkan larutan FeCl3 P pada endapan, terbentuk violet tua. Jika pada (1) bila ditambahkan asam warna violet akan hilang.
4.    Ditambahkan 2 mL etanol dan 2 mL asam sulfat pekat pada serbuk sampel, lakukan pemanasan, tercium bau etilasetat. Dengan pereaksi Frohde membentuk warna biru-ungu. Larutan zat ditambahkan Zwikker B, terbentuk biru muda. Zat ditambahkan HCl encer (atau H2SO4  P) + NaoH, lalu diamati dengan mikroskop.

C. Penetapan Kadar Parasetamol secara Nitrimetri
1.      Ditimbang seksama jumlah tertentu serbuk tablet yang setara dengan kurang lebih 500 mg parasetamol.
2.      Direfluks selama 1 jam dengan 30 mL asam sulfat 10% (b/b). Larutan dipindahkan dengan bantuan beberapa mL air kedalam labu titrasi atau Erlenmeyer, lalu ditambahkan 10 mL HCl pekat. diatur suhu larutan 15o C.
3.      Ditambahkan indikator dalam berupa campuran tropeolin OO dan metilen biru.
4.      Dititrasi larutan dengan larutan baku NaNO2 0,1 N yang ditambahlan tetes demi tetes sambil dilakukan pengocokan terus-menerus. Pada titik akhir titrasi ditandai dengan perubahan warna larutan dari ungu menjadi biru sampai hijau. Setiap mL NaNO2 0,1 N setara dengan 15,116 mg C8H9NO2
D. Penetapan Kadar Asetosal secara Asidi-Alkalimetri
1.    Ditimbang seksama sejumlah tertentu serbuk sediaan tablet yang setara dengan 500 mg asetosal.
2.    Dilarutkan dalam 20 mL alkohol netral, tambahkan indikator PP dan titrasi segera dengan larutan baku NaOH 0,1 N sampai titik akhir.
3.    Ditambahkan sejumlah volume larutan baku NaOH 0,1 N yang sama banyak yang digunakan pada titrasi.
4.    Ditambahkan lagi secara seksama sebanyak 15 mL larutan baku NaOH 0,1 N. Panaskan larutan selama 15 menit sambil diaduk. Dinginkan cepat-cepat sampai suhu kamar,
5.    Ditambahkan indikator PP dan titrasi kelebihan baku NaOH 0,1 N dengan baku H2SO4 0,1 N sampai titik akhir titrasi. Lakukan titrasi blanko. Jumlah asetosal sama dengan baku NaOH 0,1 N yang kedua dikurangi jumlah volume H2SO4 0,1 N dikalikan dengan 18,02 mg.





BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Identifikasi asetosal
SAMPEL + PEREAKSI
HASIL
Asetosal + NaOH + H2SO4 + FeCl3
violet tua
Hasil(1) + asam
violet hilang
Asetosal + etanol + H2SO4 pekat
Bau etil asetat

Identifikasi paracetamol
No
PENAMBAHAN ZAT
PERUBAHAN
1
FeCl3 10%
Larutan berwarna abu-abu
2
HCl 3N + 5 mL aquades + K2CrO7
Ungu
3
Tollens
Tidak terjadi perubahan
4
HNO3 Encer
Putih
5
HCl pekat + K2Cr2O7
Hijau

Penetapan kadar parasetamol
SAMPEL
VOLUME NaNO2
% KADAR
Inza
61 mL
15,59 %












4.2 Pembahasan
Parasetamol atau asetaminofen adalah turunan a-para-aminophenol yang digunakan sebagai analgesik, antipiretik, dan aktivitas antiradang yang lemah. Parasetamol merupakan analgesik non-opioid sering dicoba pertama untuk pengobatan gejala berbagai tipe sakit kepala termasuk migrain dan sakit kepala tipe tensi.
Asam asetilsalisilat mempunyai nama lain asetosal, asam salisilat asetat dan yang paling terkenal adalah aspirin.
Tujuan pada praktikum ini yaitu untuk mengidentifikasi dan menetapkan kadar sediaan salep asam salisilat secara volumetri dan spektrofotometri.
Asetosal bersifat asam sehingga dapat di tentukan dengan metode alkalimetri. Alkohol yang digunakan dinetralkan terlebih dahulu dengan indikator fenoftalein supaya tidak bereaksi dengan NaOH netral titrasi berlangsung pada alkohol murni.
Pada praktikum ini digunakan indikator fenoftalein karena indikator ini adalah indikator yang digunakan untuk larutan basa dengan kisaran pH 8,0 sampai 10,0 yang memberikan warna merah muda pada suasana basa, dengan demikian dapat digunakan untuk menandai tingkat kebasaan setelah penambahan NaOH yang akan kembali bening pada suasana asam.
Alkohol netral digunakan untuk melarutkan asetosal karena asetosal dilihat dari kelarutannya sukar larut dalam air dan lebih mudah larut dalam metanol dalam hal ini digunakan alkohol netral. Selain itu digunakan alkohol netral karena kita akan melakukan percobaan berdasarkan sifat asam basa dari sampel, sehingga bila pelarut yang digunakan juga memiliki sifat asam ataupun basa, maka titran tidak hanya bereaksi dengan sampel, namun kemungkinan besar juga dapat bereaksi dengan pelarutnya.
Pada penetapan kadar parasetamol ditambahkan dengan H2SO4 10% sebagai bahan untuk menghidrolisa gugus amin sekunder menjadi gugus amin primer. Kemudian dipanaskan dan ditambahkan HCl encer. Untuk mempercepat reaksi, ditambahkan KBr lalu ditambahkan air. Setelah itu, di dinginkan pada suhu dibawah 150 C. Hal ini karena garam diazonium tidak stabil dan jika suhunya lebih tinggi bisa terurai menjadi fenol dan natrium. Selanjutnya di titrasi dengan NaNO2 0,1 N. Titrasi dihentikan ketika terbentuk warna biru segera ketika larutan digoreskan di kertas kanji iodida.
Berdasarkan hasil percobaan bahwa sampel paracetamol persen kadar 15,59 %. Kadar ini tidak sesuai dengan pustaka (FI III) yakni tidak kurang dari 98% dan tidak lebih dari 101,0 %. Sedangkan pada asetosal tidak ada hasilnya dikarenakan tidak ada larutan baku H2SO4 0,1 N yang digunakan untuk titrasi.
Adapun faktor yang dapat menyebabkan kesalahan pada praktikum ini yaitu alat yang digunakan tidak steril, bahan yang digunakan sudah terkontaminasi dengan zat lain, kurangnya ketelitian praktikan pada saat melakukan percobaan baik pada saat penimbangan maupun pada saat titrasi dan kurang teliti pada saat membaca volumetitrasi.



















BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum yang diperoleh yaitu :
1.    Identifikasi paracetamol dengan sampel panadol. Hasil reaksi dengan FeCl2 10% berbentuk warna Abu biru. HCl 3 N di tambahkan 5 mL aquades ditambahkan K2CrO menghasilkan warna ungu. Panadol mereduksi pereaksi tollens menhasilkan warna kecoklatan. Zat ditambahkan pereaksi HNO3 Encer menghasilkan warna Putih. Zat ditambahkan HCl pekat lalu ditambahkan dengan K2CrO7 menghasilkan warna Hijau.
2.    Identifikasi Asetosal dengan sampel Aspilet. Sampel ditambahkan NaOH 10 mL ditambahkan 3 tetes H2SO4 endapan lalu ditambahkan FeCl3 menghasilkan warna violet. Endapan ditambahkan H2SO4 menghasilkan warna Violet hilang. Sampel ditambahkan 2 mL H2SO4 pekat lalu ditambahkan Etanol menimbulkan Bau etil Asetat.
3.    Kadar paracetamol (inza) yaitu  15,59 %. Kadar ini tidak sesuai dengan pustaka (FI III) yakni tidak kurang dari 98% dan tidak lebih dari 101,0%. Sedangkan pada asetosal tidak di dapatkan. Ini dikarenakan tidak ada larutan baku H2SO4 0,1 N untuk menitrasi.
5.2 Saran
Adapun saran pada praktikum ini yaitu alat laboratorium harus diperbanyak atau jika ada alat yang tidak berfungsi diperbaiki.









DAFTAR PUSTAKA
Anonim., 2016,“Penuntun Praktikum Analisi Farmasi”, Universitas Muslim   Indonesia, Makassar.
Dirjen POM. 1979. Farmakope Edisi III.Depkes RI: Jakarta

Dirjen POM. 1995, Farmakope Indonesia Edisi IV.Depkes RI: Jakarta

Harjanti. 2008. Analisa Farmasi Edisi III. Universitas Gadjah Mada Press. Yogyakrta.
Rachdiati, Henny dan Ricson P Hutagaol dan Erna Rosdiana. Penentuan Waktu Kelarutan Parasetamol Pada Uji Disolusi. Nusa Kimia Jurnal Vol.8 No.1 : 1-6, Juni 2008. FMIPA UNB.
Sulistia, Jatmiko. 2007. Penetapan Kadar Co-Trimoksazol Yang Dilakukan Dengan Menggunakan Spektrofotometer Ultraviolet Secara Simultan – KLT. Jurnal Litbang. Universitas Muhammadiyah Semarang. Semarang
Suirta, I W., 2010, “Sintesis Senyawa Orto-Fenizalo-2-Naftol Sebagai Indikator Dalam Titrasi, Jurnal Kimia”, Vol. 4, Universitas Udayana.
Sudjadi. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Pustaka Pelajar: Yogyajakarta
Sweetman A.P. 2005. Profil Kromatografi Cair Kinerja Tinggi Ekstrak Tempuyung Sonchus arvensis L. Dan Toksisitasnya Terhadap Artemia salina. Skripsi. Departemen Kimia Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor. Bogor



















LAMPIRAN
Skema Kerja
A. Identifikasi paracetamol
Reaksi dengan besi (lll) klorida 10% terbentuk biru ungu muda.

Sejumlah sampel setara dengan 50mg zat dilarutkan dalam HCl 3N,
dimasak selama 5 menit. Selanjutnya larutan dibagi dua dan
diperlakukan sebagai berikut: (1)Reaksi diazo (2)Satu bagian lain
dari larutan di atas diencerkan dengan aquades.

Parasetamol mereduksi pereaksi Tollens.

Zat ditambahkan pereaksi HNO3 encer terbentuk warna jingga.

Zat ditambahkan HCl pekat, ditambahkan K2Cr2O7 terbentuk
warna violet.

Zat ditambahkan aseton, lalu ditetesi air terbentuk kristal,
dapat diamati dengan mikroskop.












B. Identifikasi asetosal
Didihkan 500mg serbuk tablet dengan 10ml larutan NaOH P selama
2      sampai 3 menit, dinginkan, tambahkan asam sulfat encer P
hingga berlebih, terbentuk endapan hablur dan bau cuka. Pada endapan tambahkan larutan FeCl3 P, terbentuk warna violet tua.

Jika pada (1) bila ditambahkan asam warna violet akan hilang.

Serbuk sampel ditambahkan 2ml etanol dan 2ml asam sulfat pekat,
lakukan pemanasan, tercium bau etil asetat.

Dengan pereaksi Frohde membentuk warna biru-ungu.

Larutan zat ditambahkan Zwikker B, terbentuk biru muda,
dan jika diamati di mikroskop berbentuk persegi panjang.

Zat ditambahkan HCl encer (atau H2SO4 P) + NaOH, lalu diamati
dengan mikroskop.













C. Penetapan kadar parasetamol secara nitrimetri
Di timbang seksama sejumlah tertentu serbuk tablet yang setara
dengan kurang lebih 500g parasetamol. Refluks selama 1 jam
dengan 30ml asam sulfat 10% (b/b).

Larutan dipindahkan dengan bantuan beberapa ml air ke dalam labu titrasi/erlenmeyer, lalu ditambahkan 10ml HCl pekat.

Suhu larutan diatur 150C, lalu tambahkan indikator dalam berupa
 campuran tropeolin OO dan metilen blue.

Titrasi larutan dengan larutan baku NaNO3 0,1N yang ditambahkan
 tetes demi tetes sambil dilakukan pengocokan terus menerus.

Pada titik akhir titrasi ditandai dengan perubahan warna larutan
dari ungu menjadi biru sampai hijau.

Setiap ml NaNO2 0,1 N setara dengan 15,116 mg C8H9NO2
Kadar P. Setamol =  x 100%












D. Penetapan kadar asetosal secara asidi-alkalimetri
Di timbang seksama sejumlah tertentu serbuk sediaan tablet yang
setara dengan 500mg asetosal.

Larutkan dalam 20ml alkohol netral, tambahkan indikator PP dan
 titrasi segera dengan larutan baku NaOH 0,1N sampai titik akhir.

Tambahkan sejumlah volume larutan baku NaOH 0,1N yang sama
banyak dengan yang digunakan pada saat titrasi.

Tambahkan lagi secara seksama sebanyak 15ml larutan
 baku NaOH 0,1N.

Panaskan larutan selama 15 menit sambil diaduk. Dinginkan
cepat-cepat sampai suhu kamar, tambahkan indikator PP dan titrasi
kelebihan baku NaOH 0,1N dengan baku H2SO4 0,1N sampai titik
akhir titrasi. Lakukan titrasi blanko.

Jumlah asetosal sama dengan jumlah baku NaOH 0,1N yang
kedua dikurangi jumlah volume baku H2SO4 0,1N dikalikan
 dengan 18,02mg.








LAMPIRAN
Perhitungan % kadar
DIk : N = 0,1007 N
        V = 61 mL
        Berat satara = 15,116
        Berat sampel = 595,32 mg
Dit : kadar paracetamol….?
Penyelesaian :
 % kadar      =   x 100%
=  x 100%
=  x 100%
= 15,59 %