Rabu, 31 Oktober 2018

pct dan kafein


BAB 1 PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Saat ini zaman telah berkembang dengan pesat, perkembangan ini meliputi hampir segala aspek kehidupan dan salah satunya yaitu kemajuan dalam bidang kefarmasian. Kemajuan dalam bidang farmasi dapat dilihat dari kemajuan metode-metode yang digunakan dalam mendukung sistem kerja seorang farmasi dalam laboratorium.
Sediaan farmasi yang beredar di pasaran kebanyakan berupa campuran berbagai zat berkhasiat. Campuran ini bertujuan untuk meningkatkan efek terapi dan kemudahan dalam pemakaian salah satu campuran zat aktif yang sering digunakan adalah paracetamol dan kafein yang berkhasiat sebagai analgetik dan antipiretik.
Seorang farmasisi dituntut untuk dapat membuat obat dan menganalisanya, untuk menganalisa obat apakah obat tersebut telah memenuhi standar obat yang baik perlu didukung oleh alat dan metode yang memiliki sensitifitas yang baik pula.
Namun setiap metode memiliki keuntungan dan kerugian yang perlu diperhatikan ketika hendak dipilih sebagai metode untuk menganalisis dan menetap kadar suatu obat. Adapun senyawa yang akan di analisa yaitu parasetamol, parasetamol adalah metabolit fenasetin dengan efek analgetik ringan, sampai sendang, dan antipiretik yang ditimbulkan oleh gugus aminobenzen.
Salah satu alat yang digunakan dalam analisis instrumen pada prakteknya antara lain spektrofotometer. Sesuai dengan namanya spektrofotometer terdiri dari spektrofotometer dan fotometer. Metode analisis dengan alat ini disebut juga spektrofotometri karena menggunakan bantuan cahaya dan pelaksanaannya. Maka dari itu dilakukan penetapan kadar dari campuran paracetamol da kafein.

1.2  Maksud Praktikum
Adapun maksud dari praktikum ini yaitu untuk mengetahui dan memahami cara penetapan kadar secara multikomponen campuran parasetamol dan kafein secara spektrofotometer ultraviolet.
1.3  Tujuan Praktikum
Tujuan dalam praktikum ini adalah untuk menentukan kadar multikomponen campuran paracetamol, dan kafein secara spektrofotometri ultraviolet.




















                          
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Teori Umum
Spektorofotometri sesuai dengan namanya adalah alat terdiri dari spektro dan fotometer. Spektrofotometer menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang tertentu dan fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau yang diabsorpsi. Jadi spektrofotometer digunakan untuk mengukur energy secara relative jika energi tersebut ditransmisikan, direfleksikan atau diemisikan sebagai fungsi panjang gelombang (Ganjar, 2007).
Kelebihan spektrofotometer dengan fotometer adalah panjang gelombang dari sinar putih dapat lebih dideteksi dan ini diperoleh dengan alat pengurai seperti prisma, grating, atau celah optis. Pada fotometer filter dari berbagai warna yang mempunyai spesifikasi melewatkan trayek panjang gelombang tertentu (Ganjar, 2007).
Spektrofotometri UV-Vis (Ultra Violet-Visible) adalah salah satu dari sekian banyak instrument yang biasa digunakan dalam menganalisa suatu senyawa kimia. Spektrofotmeter umum digunakan karena kemampuannya dalam menganalisa begitu banyak senyawa kimia serta kepraktisannya dalam hal preprasi sampel apabila dibandingkan dengan beberapa metode analisa (Herlina, 2008).
Spektrofotometri UV-Vis adalah pengukuran serapan cahaya di daerah ultraviolet (200-350 nm) dan sinar tampak (350-800 nm)oleh suatu senyawa. Seapan cahaya UV atau cahaya tampak mengakibatkan transisi elektronik, yaitu promosi electron-elektron dari orbital keadaan dasar yang berenergi lebih tinggi (Herlina, 2008).
Spektofotometri ultraviolet dan cahaya tampak berguna pada penentuan struktur molekul organic dan pada analisa kuantitatif. Spektrum elektron suatu molekul adalah hasil transmisi antara dua tingkat energi electron pada molekul tersebut (Creswell, 2005).
Panjang gelombang cahaya UV-VIS dan sinar tampak jauh lebih pendek dari pada panjang gelombang ini adalah monokromotor (1 nm = 10-7 cm). spektrum tampak sekitar 400 nm (ungu) sampai 750 nm (merah) sedangkan spektrum UV adalah 100-400 nm (Day and Underwood, 2002).
Ada beberapa yang harus diperhatikan dalam analisis spektrofotometri UV-VIS terutama untuk senyawa yang semula tidak berwarna yang akan dianalisis dengan senyawa spektrofotometri visible karena senyawa tersebut harus diubah menjadi senyawa yang berwarna pembentukan molekul yang dianalisis  tidak menyerap pada daerah tersebut (Ibnu Ghalib, 20012).
Parasetamol dan ibuprofen merupakan contoh obat golongan analgesik non opioid yang termasuk dalam daftar obat esensial nasional (Departemen Kesehatan RI, 2008). Komposisi lebih dari satu macam bahan obat tersebut dimaksudkan agar efek terapi kombinasi obat tersebut menjadi lebih baik atau sesuai yang diharapkan dan diharapkan juga efek samping yang dihasilkan akan berkurang. Parasetamol di kenal dengan nama lain asetaminofen merupakan turunan para aminofenol yang memiliki efek analgesik serupa dengan salisilat yaitu menghilangkan atau mengurangi nyeri ringan sampai sedang. Parasetamol menurunkan suhu tubuh dengan mekanisme yang diduga juga berdasarkan efek sentral seperti salisilat. Efek antiinflamasinya sangat lemah, oleh karena itu parasetamol tidak digunakan sebagai antirematik. Parasetamol merupakan penghambat biosintesis prostaglandin yang lemah. Penggunaan parasetamol mempunyai beberapa keuntungan dibandingkan dengan derivat asam salisilat yaitu tidak ada efek iritasi lambung, gangguan pernafasan,  gangguan keseimbangan asam basa. Di Indonesia penggunaan parasetamol sebagai analgesik dan antipiretik, telah menggantikan penggunaan asam salisilat (Gunawan, 2007).
Parasetamol merupakan metabolit henasen dengan efek antipiuretik yang ditimbulkan oleh gugus aminobenzena dengan efek analgetik parasetamol menghilangkan atau mengurangi nyeri ringan sampai sedang. Efek antiinflamasi sangat lemah. Parasetamol diabsorbsi cepat dan sempurna melalui saluran cerna. Konsentrasi tertinggi dalam plasma dicapai dalam waktu ½ jam dan masa penuh plasma antara 1-3 jam. Dalam plasma 25%. Parasetamol terikat plasma. Obat ini dimetabolisme oleh enzim mikrosom di hati (Sulistia, 2007).
Dilihat dari strukturnya, parasetamol mem-punyai gugus kromofor dan ausokrom, yang dapat menyerap radiasi, sehingga dapat dilakukan de-ngan metode spektrofotometri, tetapi kendala yang sering dijumpai adalah terjadinya tumpang tindih spektra (overlapping) karena keduanya memiliki serapan maksimum pada panjang gelombang yang berdekatan sehingga diperlukan proses pe-misahan terlebih dahulu (Patramurti, 2006).
Parasetamol merupakan metabolit henasen dengan efek antipiuretik yang ditimbulkan oleh gugus aminobenzena dengan efek analgetik parasetamol menghilangkan atau mengurangi nyeri ringan sampai sedang.Efek antiinflamasi sangat lemah.Parasetamol diabsorbsi cepat dan sempurna melalui saluran cerna. Konsentrasi tertinggi dalam plasma dicapai dalam waktu ½ jam dan masa penuh plasma antara 1-3 jam. Dalam plasma 25%.Parasetamol terikat plasma.Obat ini dimetabolisme oleh enzim mikrosom di hati (Gunawan, 2007).
Description: C:\Users\user\AppData\Local\Microsoft\Windows\Temporary Internet Files\Content.Word\IMG_20161102_201600.jpg
Kafein adalah suatu jenis diuretik (zat yang menstimulasi kencing) dan menyebabkan peningkatan sekresi vitamin B dan C. Kafein dapat merangsang hormon stress dan denyut jantung serta eningkatkan tekanan darah (Syamsun, 2005).
Description: C:\Users\user\AppData\Local\Microsoft\Windows\Temporary Internet Files\Content.Word\IMG_20161102_201625.jpg

Kafein dengan daya vasokonstriksi sering kali ditambahkan pada parasetamol dan asetasol untuk memperkuat daya kerjanya (Tjay, 2007).
Kebiasaan mengkonsumsi kafein dalam kehidupan sehari-hari akan terjadi interaksi obat jika dikonsumsi bersama parasetamol. Interaksi obat bisa terjadi jika digunakan bersamaan atau hampir bersamaan dengan dua macam obat atau lebih. Interaksi obat bisa memberi efek yang menguntungkan tetapi bisa juga menimbulkan efek yang merugikan atau membahayakan (Gapar, 2003).

2.2  Uraian Bahan
1.   Aquadest (Ditjen POM, 1979)
Nama Resmi                         : AQUA DESTILLATA
Nama Lain                            : Aquadest, air suling
Rumus Molekul                    : H2O
Berat Molekul                       :18,02
Rumus Struktur                    : H-O-H
Pemerian                               : Cairan tidak berwarna, tidak berbau,
 dan tidak berasa
Kelarutan                               : Larut dengan semua jenis larutan
Penyimpanan                      : Dalam wadah tertutup kedap
Kegunaan                             : Zat pelarut
2.   Natrium Hidroksida ( Ditjen POM 1979 : 412)
Nama Resmi                         : NATRII HIYDROKSYDUM
Nama lain                              : Natrium Hidroksida
RM/BM                                   : NaOH/40
Rumus Struktur                    : Na-OH
Pemerian                                : Bentuk batang, butiran, massa hablur atau    keping,keras,rapuh dan menunjukkan,susunan hablur,putih,mudah    melelh,dengan basah,sangat alkalis dan korosif.Segera menyerap karbon dioksida
Kelarutan                              : Dapat bercampur dengan air,
  membentuk cairan jernih tidak
  berwarna
Penyimpanan                       : Dalam wadah tertutup
Kegunaan                             : Sebagai pereaksi

3.   Kafein (Dirjen POM, 1979; 175)
Nama Resmi                         : CAFFEINUM
Nama Lain                            : Kafeina
Rumus Molekul                    : C8H10N4O2
Berat Molekul                       :194,19
Pemerian                                : serbuk atau hablur berbentuk jarum, mengkilat, menggupal tidak berbau, rasa pahit.
Kelarutan                                : agak sukar Larut dalam air , mudah larut dlam etanol 95%, larut dalam eter P
Kegunaan                             : sebagai sampel
4.   Parasetamol (FI III: 37)
Nama Resmi                         : ACETAMINOPHENUM
Nama Lain                            : Asetamiofen/Parasetamol
Rumus Molekul                    : C8H9NO2
Berat Molekul                       : 151,16
Rumus Struktur                   






            Pemerian                               : Hablur atau serbuk hablur putih; tidak
  berbau; rasa pahit
            Kelarutan                              : Larut dalam 70 bagian air, dalam 7
  bagian etanol (95%) P, dalam 13
  bagian aseton P, dalam 40 bagian
  gliserol P dan dalam 9 bagian
  propilenglikol P; larut dalam larutan
  alkali hidroksida.
            Penyimpanan                       : Dalam wadah tertutup baik, terlindung
  dari cahaya
            Kegunaan                             : Analgetikum; antipiretikum

2.3  Prosedur Keja (Anonim, 2015)
1.    Pembuatan larutan standar
Timbang seksama bahan obat murni yang telah dikeringkan pada suhu 105o selama 1 jam masing-masing : 100,0 mg parassetamol dan 50,0 mg kafeina dan secara terpisah dilarutkan dengan larutan Naoh 0,1 N dalam labu takar sampai 500 ml. diperoleh stok dengan konsentrasi parasetamol 200 ppm dan kafeina 100 ppm.
2.    Penentuan Spektrum Absorpsi
Buat masing-masing larutan sstandar 10 ppm dan masukkan kedalam kuvet (sel sampel) dan kuvet yang lain berisi pelarut tanpa bahan obat (sel blanko). Selanjutnya, ukur absorbsi masing-masing sampel (parasetamol dan kafeina) relatif terhdadap sel blanko menggunakan spektrofotometer di daerah radiasi ultraviolet dengan mencatat pembacaan setiap interval 10 nm, dimulai dari 220 nm sampai 350 nm. Pada sekitar absorbansi optimal lakukan pengukuran pada interval 2 nm.
Buatlah garis spektrum pada kertas grafik dengan memplot harga absorbansi (sebagai ordinat) terhadap panjang gelombang (sebagai, absis), dan tentukan panjang gelombang maksimum tiap komponen sampel (parasetamol dan kafeina).
3. Penentuan absoptivitas jenis (α)dari larutan standar
Pipet masing-masing sejumlah volume larutan stok kedalam  labu takar yang volume sesuai untuk membuat deret konsentrasi standar 4,6,8,10 ppm dari parasetamol pada tabel berikut :
Konsentrasi Standar (ppm)
Parasetamol (X)
Kafeina (Y)
A pada ᴧmaks 1
A pada ᴧmaks 2
A pada ᴧmaks 1
A pada ᴧmaks 2
4




6




8




10




Rata2 A/C =α
αX1
αX2
αY1
αY2

4. Penentapan Kadar Parasetamol dan Kafeina Dalam Sediaan
Timbang seksama sebanyak 5 buah tablet yang mengandung parsetamol dan kafeina, hitung rerata tiap tablet, kemudian diserbuk. Selanjutnya ditimbang seksama lebih kurang 150 mg serbuk tablet yang telah dikeringkan 105o selama 1 jam. Larutkan serbuk sampel dengan larutan NaOH 0,1 N ke dalam labu takar 500 ml sampai tanda batas.
Pipet 5 ml larutan tersebu dan encerkan dengan larutan NaOH 0,1 N sampai 100 ml dalam labu ukur. Selanjutnya, ukur absorbansi dengan spektrofotometer pada maks 1 dan pada ᴧmaks 2 relatif terhadap sel blangko.
Tentukan persen kadar masing-masing komponen dalam sediaan tablet (parasetamol dan kafeina) dengan menggunakan persamaan penetapan kadar obat secara multikomponen.



BAB 3 METODE KERJA
3.1 Alat Praktikum
Adapun alat yang digunakan pada saat praktikum, yaitu spektrofotometer UV-Vis, labu takar 25,50,100,500 ml, pipet volum 1,2,3,dan 5 ml, gelas piala, erlenmeyer, corong penyaringa, timbangan analitik, batang pengaduk.
3.2 Bahan Praktikum
Adapun bahan yang digunakan pada saat praktkum, yaitu aquadest, sediaan tablet (panadol extra), bahan obat murni (parasetamol dan kofein), larutan NaOH 0,1 N, kertas saring, kertas timbang, sendok tanduk.
3.3 Cara Kerja
1.  Pembuatan Larutan Standar
a)    Di timbang seksama bahan obat parasetamol 200 mg dan kafeina 100 mg yang telah dikeringkan pada suhu 105oC selama 1 jam.
b)    Di larutkan dengan NaOH 0,1 N dalam labu takar.
c)    Diencerkan dengan aquades sampai 500 ml (larutan stock 200 ppm dan 100 ppm)
2.  Penentuan Spektrum Absorpsi (Panjang gelombang maksimum, λ maks)
a)    Dipipet 5 ml larutan stock dan diencerkan dengan aquadest sampai 100 ml dalam labu takar diperoleh larutan standar 10 ppm.
b)    Dimasukkan larutan standar ke dalam kuvet (sel sampel) dan kuvet yang lain berisi pelarut tanpa bahan obat (sel blakngko). Selanjutnya diukur absorbansi sel sampel relative terhadap sel blangko menggunakan spektrofotometer di daerah radiasi ultraviolet dengan mencatat pembacaan setiap interval 10 nm, dimulai dari 220 nm sampai 350 nm.
3.  Penentuan absortivitas jenis (a) dari larutan standar
a)    Di siapkan lima macam deret konsentrasi masing-masing 4,6,8, dan 10  dari larutan stock dan ditentukan absorbansinya pada λ maks yang telah ditentukan sebelumya.
b)    Dibuat tentukan absorbansi dan panjang gelombang maksimal.
4.  Penetuan Kadar Parasetamol dan Kafein dalam Sediaan Tablet
a)    Di timbang sebanyak 5 tablet yang mengandung obat parasetamol dan kafeina, dihitung berat rata-rata kemudian digerus halus.
b)    Serbuk ditimbang sebanyak 150 mg
c)    Dikeringkan pada suhu 1050C selama 1 jam kemudian di eksikator
d)    Ditimbang serbuk yang telah dikeringkan sebanyak 1,5 mg.
e)    Di larutkan dengan larutan NaOH 0,1 N dalam labu takar 100 ml sampai batas tanda.
f)     Di ukur nilai absorbansi pada spektrofotometri.
                                      










BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1  Hasil
a) Kurva baku larutan standar
Konsentrasi Standar (ppm)
Parasetamol (X)
Kafeina (Y)
A pada ᴧmaks 1
A pada ᴧmaks 2
A pada ᴧmaks 1
A pada ᴧmaks 2
4
0,435
0,347
0,192
0,105
6
0,471
0,369
0,270
0,149
8
0,636
0,496
0,359
0,204
10
0,708
0,549
0,445
0,248
Rata2 A/C =α
αX1
αX2
αY1
αY2

b) Absorbansi sampel
Absorbansi Sampel
Absorbansi
Paracetamol
Kafein
Poldanmig
0,552
0,446
Paramex
0,877
0,769
Panadol extra
0,784
0,646











4.2  Pembahasan
Sediaan multikomponen merupakan sediaan yang terdiri dari dua atau lebih zat aktif untuk mendapatkan efek terapi yang lebih baik dan  penggunaannya lebih efisien. Banyak sediaan yang beredar dipasaran yang bersifat multikomponen contohnya panadol.
Pada percobaan ini dilakukan penentuan kadar multikomponen campuran paracetamol, dan kafein dalam suatu sediaan obat dengan menggunakan metode spektrofotometri ultraviolet. Paracetamol merupakan salah satu obat yang diguanakan sebagai obat antipiretik dan analgesik.
Adapun hasil yang diperoleh, yaitu kadar parasetamol dalam sediaan tablet paraamex adalah  dan kafein 114,46%. . Hasil yang diperoleh tidak sesuai dengan lietartur farmakope. Kadar parasetamol dalam farmakope yaitu tidak kurang dari 98,0% dan tidak lebih dari 101,0%.
Gugus kromofor adalah senyawa organic yang memiliki ikatan terkonjugasi. Gugus ausokrom adalah gugus yang mengandung pasangan electron bebas yang disebabkan oleh terjadinya mesomeri kromofor.
Berdasarkan hasil pengukuran yang telah dilakukan, diketahui bahwa panjang gelombang maksimum (λ maks) paracetamol 256,95 nm dan kafeina 272,6 nm.
Berdasarkan hasil pengamatan pada paracetamol menunjukkan peningkatan setiap absorbansi dan hampir membentuk garis linear yang sempurna sedangkan pada kafein tetap menunjukkan peningkatan pada setiap absorbansi namun peningkatannya tidak menujukkan garis linear. Hal ini mungkin disebabkan kurang larutnya sediaan yang dibuat, kurang sterilnya sediaan dan kurang telitinya dalam membuat larutannya.
Adapun alasan penambahan pada NaOH yaitu digunakan sebagai blanko, di mana blanko digunakan untuk mengetahui besarnya serapan oleh zat yang bukan analit. Kertas saring digunakan untuk  menyaring sampel saat dilakukan pengenceran.
Adapun alasan parasetamol dan kafein dapat dianalisis dengan spektro UV–VIS ialah karena parasetamol   memiliki gugus autokrom  (-OH) dan gugus kromofor (- CO) sehingga bisa menyerap sinar UV. Begitu pula dengan kafein mampu menyerap sinar UV.
Alasan penyaringan dilakukan adalah untuk menghilangkan partikel padat atau kotoran yang memungkinkan mempengaruhi daya absorbansi sampel, kemudian kuvet yang digunakan harus dipegang bagian buramnya bukan yang bening/transparan supaya bekas tangan pada kuvet tdak mempengaruhi absorbansi dari sampel melalui kuvet sehingga proses analisis sesuai.
Blanko adalah larutan yang mendapat perlakukan sama dengan analat tetapi tidak mengandung komponen analat. Blanko dibuat untuk mengetahui besarnya serapan yang disebabkan oleh zat yang bukan analat, baik hanya pelarut untuk melarutkan atau mengencerkan ataupun pelarut dan pereaksi tertentu yang ditambahkan. Selisih nilai serapan analat (Aa) dengan nilai serapan blanko (Ab) menunjukan serapan yang disebabkan oleh komponen alat.
Menggunakan spektrofotometer UV-Vis adalah karena spektrofotometer merupakan instrument analisis yang tidak rumit, selektif, serta kepekaan dan ketelitiannya tinggi. Selain itu,  senyawa asetosal, parasetamol dan kofein yang akan dianalisis memiliki kromofor pada strukturnya berupa ikatan rangkap terkonjugasi dan juga merupakan senyawa aromatik karena memiliki gugus aromatik sehingga memenuhi syarat senyawa yang dapat dianalisis menggunakan spektrofotometri UV-Vis.
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan dapat kita simpulkan bahwa kadar parasetamol dalam sediaan tablet panadol ekstra  adalah
 dan kafein 114,46%. Hasil yang diperoleh tidak sesuai dengan lietartur farmakope. Kadar parasetamol dalam farmakope yaitu tidak kurang dari 98,0% dan tidak lebih dari 101,0%.
5.2 Saran
Sebaiknya praktikan memahami prosedur kerja yang akan dilakukan.



















DAFTAR PUSTAKA
Anonim., 2015, Penuntun Praktikum Analisis Instrumen (Analisis Kualitatif & Kuantitatif), Fakultas Farmasi, Makassar.
Cresswell, Clifford.J., 2005, Analisis Spektrum Senyawa Organik, Bandung, ITB.
Gandjar, Ibnu Ghoib., 2007, Kimia Farmasi Analisis, Yogyakarta, Pustaka pelajar
Gapar, R.S. (2003). Interaksi Obat Beta-Blocker dengan Obat-obat lain. Medan: Bagian Farmakologi FK USU.
Ghalib, Ibnu Ganjar Dan Abdul Rahman., 2007, Kimia Farmasi Analisis, Yogyakarta, Pustaka Belajar.
Gunawan, G., 2007., FarmakologidanTerapi., UI Press : Jakarta.
Herlina, An., 2008, Spektrofotometri, Pengendalian Mutu Agroindustri-Program D4-PJJ.
Levent, M., 2002, HPLC Method for the Analy-sis of Paracetamol, Caffeine and Dipyrone. TJC. 3 (1). [Serial on the internet]. [accessed 1 October 2010]; Available from: http://journals. tubitak.gov.tr/chem/issues/kim-02-26-4/kim-26-4-8-0106-13.pdf
R.A.Day, Dr Jan Dan Al. Underwood ., 2002, Analitik Kimia Kuantitatif, Jakarta, Erlangga.
Syamsun, Arfi., 2005.,  Metode Supernol Menaklukkan Stres., Hikmah : Jakarta.





LAMPIRAN SKEMA KERJA

1. Pembuatan larutan standar
Timbang seksama bahan obat murni yang telah dikeringkan pa
da suhu 105o selama 1 jam (masing-masing 100,0 mg
parasetamol dan 50,0 mg kafeina)

Secara terpisah dilarutkan dengan larutan Naoh 0,1 N dalam
labu takar sampai 500 ml.

Diperoleh stok dengan konsentrasi parasetamol 200 ppm dan
 kafeina 100 ppm.
2. Penentuan Spektrum Absorpsi
Buat masing-masing larutan standar 10 ppm

Masukkan kedalam kuvet (sel sampel) dan kuvet yang lain
berisi pelarut tanpa bahan obat (sel blanko).

Selanjutnya, ukur absorbsi masing-masing sampel (parasetamol
dan kafeina) relatif terhdadap sel blanko menggunakan
spektrofotometer di daerah radiasi ultraviolet dengan mencatat pembacaan setiap interval 10 nm, dimulai dari 220 nm sampai
 350 nm.

Pada sekitar absorbansi optimal lakukan pengukuran pada
interval 2 nm.

Buatlah garis spektrum pada kertas grafik dengan
memplot harga absorbansi (sebagai ordinat) terhadap panjang gelombang (sebagai, absis).

Tentukan panjang gelombang maksimum tiap komponen sampel (parasetamol dan kafeina).
3. Penentuan absoptivitas jenis (α)dari larutan standar
Pipet masing-masing sejumlah volume larutan stok kedalam 
labu takar yang volume sesuai

membuat deret konsentrasi standar 4,6,8,10 ppm dari parasetamol
4. Penentapan Kadar Parasetamol dan Kafeina Dalam Sediaan
Timbang seksama sebanyak 5 buah tablet yang mengandung
 parsetamol dan kafeina, hitung rerata tiap tablet, kemudian diserbuk.

Selanjutnya ditimbang seksama lebih kurang 150 mg serbuk
tablet yang telah dikeringkan 105o selama 1 jam.

Larutkan serbuk sampel dengan larutan NaOH 0,1 N ke dalam
 labu takar 500 ml sampai tanda batas.

Pipet 5 ml larutan tersebu dan encerkan dengan larutan NaOH
 0,1 N sampai 100 ml dalam labu ukur.

Selanjutnya, ukur absorbansi dengan spektrofotometer pada
 maks 1 dan pada ᴧmaks 2 relatif terhadap sel blangko.

Tentukan persen kadar masing-masing komponen dalam sediaan tablet (parasetamol dan kafeina) dengan menggunakan persamaan penetapan kadar obat secara multikomponen.
LAMPIRAN
Perhitungan
A1              = ax1 b Cx     + ay1 b Cy                 pct)
0,784         = 0,08434.1.Cx + 0,04559.1.Cy
0,784         = 0,08434Cx + 0,04559Cy
A2              = ax2 b Cx     + ay2 b Cy                 pct)
0,646         = 0,06628.1.Cx + 0,02534.1.Cy
0,646         = 0,06628Cx + 0,02534Cy
Dieliminasikan untuk mendapat nilai Cx dan Cy
0,784         = 0,08434Cx + 0,04559Cy                             x 0,02534
0,646         = 0,06628Cx + 0,02534Cy                           x 0,04559
0,01986656          = 0,0021371756Cx + 0,0011552506Cy
0,02945114          = 0,0030217052Cx + 0,0011552506Cy
-0.0958458           = -0,0008845296Cx       
Cx                          = 14,5111367669 ppm = 0,0145111368 mg/ml
Disubtitusikan
0,784                     = 0,08434Cx + 0,04559Cy 
0,784                     = 0,08434 (0,0145111368) + 0,04559Cy            
0,784                     = 0,001223869278 + 0,04559Cy
0,78277613          = 0,04559Cy
Cy                          = 17,16990853 mg/ml

Fp = 150             100 ml


                             1 ml                   100 ml

                              Fp =




1 komentar:

  1. Kak apa ini bisa diperbarui lagi karena foto perhitungannya tidak bisa terlihat...

    BalasHapus