BAB
1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam bidang kesehatan seperti dalam bidang
farmasi tentunya kita tidak pernah lepas yang namanya analisis instrumen.
Analisis biasanya mempelajari tentang
analisis senyawa dengan menggunakan alat instrumental.
Dalam bidang kimia
mengacu pada analisis kimia molekul suatu obat atau zat aktifnya biasanya
terdiri dari suatu penilaian kuantitas dan kualitas suatu obat atau zat kimia
murni yang digunakan dalam bidang farmasi.
Pada umumnya spektrofotometer banyak
digunakan dalam menganalisa tentang banyak senyawa kimia yang terkandung serta
sangat akurat dalam prepasi sampel apabila dibandingkan dengan beberapa metode
analisa yang lain.
Spektrofotometer
itu sendiri yaitu menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang
tertentu atau yang telah ditetapkan dan
fotometer merupakan suatu alat pengukur intensitas cahaya yang dapat diabsorbsi
atau ditransmisikan.
Parasetamol biasanya digunakan sebagai obat
demam, obat sakit kepala. Seorang farmasis perlu mengetahui seberapa banyak
jumlah atau kandungan zat parasetamol. Sehingga seorang farmasis harus
melakukan penetapan kadar parasetamol dengan menggunakan spektrofotometri UV
atau spektrofotometri UV-Vis.
1.2 Maksud Praktikum
Adapun
maksud pada praktikum ini adalah untuk mengetahui dan memahami cara penetapan
panjang gelombang maksimum, kurva baku dan kadar parasetamol secara
spektrofotometer ultraviolet.
1.3 Tujuan Praktikum
Adapun tujuan pada praktikum ini yaitu untuk
mengetahui cara penetapan panjang gelombang maksimum, kurva baku dan kadar
parasetamol secara spektrofotometer ultraviolet.
BAB
2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Teori Umum
Metode
pengukuran menggunakan prinsip spektrofotometri adalah berdasarkan absorpsi
cahaya pada panjang gelombang tertentu melalui suatu larutan yang mengandung
kontaminan yang akan ditentukan konsentrasinya. Proses ini disebut absorpsi
spektrofotometri, dan jika panjang gelombang yang digunakan adalah panjang
gelombang cahaya tampak maka disebut kolorimetri karena memberikan warna. Selain
gelombang cahaya tampak, spektrofotometri juga menggunakan panjang gelombang
pada gelombang ultraviolet dan infra merah (Lestari, 2009).
Penjaminan mutu untuk penetapan kadar bahan aktif dalam
sediaan obat perlu dilakukan dengan suatu metode yang tervalidasi dan dapat
dipertanggungjawabkan bagi kedua obat tersebut sehingga terjamin keamanannya.,
Dalam hal ini ada beberapa metode penetapan kadar yang telah digunakan yaitu
penetapan kadar zat tunggal parasetamol dan ibuprofen menurut Farmakope
Indonesia IV dengan metode Kromatografi Cair
Kinerja Tinggi (KCKT). Menurut beberapa artikel dan jurnal penelitian,
kombinasi parasetamol, ibuprofen dan beberapa bahan aktif lain dapat diidentifikasi
dengan metode KLT fase balik (Mohammad
et al., 2009), Selain hal tersebut bisa juga digunakan metode spektrofotometri UV atau dengan menggunakan metode KCKT (Battu, 2009).
Teknik spektroskopi pada daerah ultraviolet dan sinar tampak biasa
disebut spektroskopi UV-Vis atau spektrofotometer UV-Vis. Dari spekrum absorbsi
dapat diketahui panjang gelombang dengan absorbansi maksimum dari suatu unsur
atau senyawa. Konsentrasi suatu unsur atau senyawa juga
dengan mudah dapat dihitung dari kurva standar yang diukur pada panjang
gelombang dengan absorbansi maksimum yang telah ditentukan (Harmita, 2005).
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam analisis spektrofotometer
ultraviolet, diantaranya (Fatimah, 2008):
a. Pemilihan panjang gelombang maksimum
Panjang gelombang yang digunakan untuk analisis kuantitatif adalah
panjang gelombang dimana terjadi serapan maksimum. Untuk memperoleh panjang
gelombang serapan maksimum, dilakukan dengan membuat kurva hubungan antara
absorbansi dengan panjang gelombang dari suatu larutan baku pada konsentrasi
tertentu.
b. Pembuatan kurva kalibrasi
Kurva kalibrasi dibuat seri dari larutan baku zat yang akan dianalisis
dengan berbagai konsentrasi. Masing-masing absorbansi larutan dengan berbagai
absorbansi diukur, kemudian dibuat kurva yang merupakan hubungan antara
absorbansi dengan konsentrasi. Bila hukum Lamber-Beer terpenuhi maka kurva
kalibrasi berupa garis lurus.
c. Pembacaan absorbansi sampel atau cuplikan
Absorbansi yang terbaca pada spektrofotometer hendaknya antara 0,2
sampai 0,6. Anjuran ini berdasarkan anggapan bahwa pada kisaran nilai
absorbansi tersebut kesalahan fotometrik yang terjadi adalah paling minimal.
Parasetamol dan ibuprofen merupakan contoh obat golongan analgesik non
opioid yang termasuk dalam daftar obat esensial nasional (Departemen Kesehatan
RI, 2008). Komposisi lebih dari satu macam bahan obat tersebut dimaksudkan agar
efek terapi kombinasi obat tersebut menjadi lebih baik atau sesuai yang
diharapkan dan diharapkan juga efek samping yang dihasilkan akan berkurang.
Parasetamol di kenal dengan nama lain asetaminofen merupakan turunan para
aminofenol yang memiliki efek analgesik serupa dengan salisilat yaitu
menghilangkan atau mengurangi nyeri ringan sampai sedang. Parasetamol
menurunkan suhu tubuh dengan mekanisme yang diduga juga berdasarkan efek
sentral seperti salisilat. Efek antiinflamasinya sangat lemah, oleh karena itu
parasetamol tidak digunakan sebagai antirematik. Parasetamol merupakan
penghambat biosintesis prostaglandin yang lemah. Penggunaan parasetamol mempunyai
beberapa keuntungan dibandingkan dengan derivat asam salisilat yaitu tidak ada
efek iritasi lambung, gangguan pernafasan, gangguan keseimbangan asam basa. Di
Indonesia penggunaan parasetamol sebagai analgesik dan antipiretik, telah
menggantikan penggunaan asam salisilat (Gunawan, 2007).
2.2
Uraian Bahan
1. Aquadest (Ditjen POM, 1979)
Nama Resmi :
AQUA DESTILLATA
Nama
Lain : Aquadest, air suling
Rumus Molekul :
H2O
Berat Molekul :
18,02
Rumus Struktur :
H-O-H
Pemerian
: Cairan tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak berasa
Kelarutan :
Larut dengan semua jenis larutan
Penyimpanan
: Dalam wadah tertutup kedap
Kegunaan :
Zat pelarut
2. Methanol (Ditjen POM, 1979)
Nama resmi
Nama lain
Rumus molekul
Berat jenis
Pemerian
Kelarutan
|
:
:
: : : : |
METANOLUM
Methanol
CH2OH
0,796 – 0,798
Cairan jernih tidak berwarna, bau
khas
Dapat bercampur dengan air
membentuk cairan jernih tidak berwarna.
|
3. Parasetamol
Nama resmi
Sinonim
Rumus
molekul
Berat
molekul
Pemerian
Kelarutan
Inkompatibilitas
Farmakodinamik
Farmakokinetik
|
:
: : : :
:
:
:
:
|
Acetaminophen
Paracetamol
C8H9NO2
151,16
Berupa
hablur atau serbuk hablur putih, rasa pahit, berbau, serbuk kristal dengan
sedikit rasa pahit.
Larut
dalam 70 bagian air, dalam 7 bagian etanol (95 %)P, dalam 13 bagian aseton P,
dalam 40 bagian gliserol P dan dalam 9 bagian propilenglikol P; larut dalam
larutan alkalihidroksida.
Ikatan
hidrogen pada mekanismenya pernah dilaporkan oleh karena itu parasetamol
dihubungkan dengan permukaan dari nilon dan rayon.
Efek
analgesik parasetamol yaitu menghilangkan atau mengurangi nyeri ringan sampai
sedang. Parasetamol menurunkan suhu tubuh dengan mekanisme yang diduga
berdasarkan efek sentral. Efek anti inflamasinya sangat lemah.
Parasetamol
diabsorbsi cepat dan sempurna melalui saluran cerna. Konsentrasi tertinggi
dalam plasma dicapai dalam waktu ½ jam dan masa paruh plasma antara 1-3 jam.
|
2.3
Prosedur Kerja
1.
Pembuatan larutan standar
Timbang seksama bahan obat parasetamol kurang
lebih 25mg yang telah di keringkan pada suhu 1050C selama 1 jam. Larutkan
dengan 3ml metanol dalam labu takar dan encerkan dengan aquades sampai 100ml
(larutan stok 200 ppm).
2.
Penentuan spektrum absorpsi (panjang
gelombang maksimum, ƛ maks)
Pipet
5ml larutan stok dan encerkan dengan aquades sampai 100ml dalam labu takar
diperoleh larutan standar 10 ppm. Masukkan larutan standar ke dalam kuvet (sel
sampel) dan kuvet yang lain berisi pelarut tanpa bahan obat (sel blangko).
Selanjutnya ukur absorbansi sel sampel relatif terhadap sel blangko menggunakan
spektrofotometer di daerah radiasi ultraviolet dengan mencatat pembacaan setiap
interval 10 nm, dimulai dari 220 nm sampai 350 nm. Pada sekitar absorbansi optimal
lakukan pengukuran pada interval 5 nm, dan pada daerah puncak maksimum atau
minimum lakukan pengukuran pada interval 2 nm.
Buatlah
garis ekspektrum pada kertas grafik dengan memplot harga absorbansi (sebagai
ordinat) terhadap panjang gelombang (sebagai absis), dan tentukan panjang
gelombang maksimum (ƛ maks) parasetamol.
3. Pembuatan
kurva baku
Siapkan
4 macam deret konsentrasi (4, 6, 8, 10 ppm) dari larutan stok dan tentukan
absorbansinya pada ƛ maks yang telah ditentukan sebelumnya.
Buatlah
plot hukum Beer pada kertas grafik antara absorbansi (ordinat) terhadap
konsentrasi (absis) dan tentukan persamaan regresi liner serta hitung
absortivitas jenis (α) dan absortivitas molar (€) dari parasetamol.
4. Penentuan
kadar parasetamol dalam sediaan tablet
Timbang
seksama sebanyak 200mg contoh serbuk sediaan tablet parasetamol. Larutkan dalam
15ml metanol dan encerkan dengan aquades sampai 500ml dalam labu takar. Pipet
1ml larutan tersebut dalam labu takar 25ml dan cukupkan volumenya dengan
aquades hingga batas, selanjutnya ukur absorbansi larutan pada ƛmaks relatif
terhadap sel blangko.
BAB
3 METODE KERJA
3.1
Alat Praktikum
Alat yang digunakan
pada saat praktikum yaitu batang pengaduk, erlenmeyer, gelas piala, labu takar,
pipet volume, spektrovotometer UV-Vis, oven/waterbath dan timbangan analitik.
3.2
Bahan Praktikum
Adapun bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah aquadest,
bahan obat paracetamol murni, kertas saring, kertas timbang, metanol dan sediaan
obat paracetamol tablet.
3.3
Cara Kerja
1.
Pembuatan larutan standar
a) Pertama-tama
timbang parasetamol kurang lebih 25mg yang telah di keringkan pada suhu 1050C
selama 1 jam.
b) Larutkan
dengan 3ml metanol dalam labu takar.
c) Encerkan
dengan aquades sampai 100ml (larutan stok 200 ppm).
2. Penentuan
spektrum absorpsi (panjang gelombang maksimum, ƛ maks)
a) Pipet
5ml larutan stok dan encerkan dengan aquades sampai 100ml dalam labu takar
diperoleh larutan standar 10 ppm.
b) Masukkan
larutan standar ke dalam kuvet (sel sampel) dan kuvet yang lain berisi pelarut
tanpa bahan obat (sel blangko).
c) Setelah
itu ukur absorbansi sel sampel relatif terhadap sel blangko menggunakan
spektrofotometer di daerah radiasi ultraviolet dengan mencatat pembacaan setiap
interval 10 nm, dimulai dari 220 nm sampai 350 nm. Pada sekitar absorbansi
optimal lakukan pengukuran pada interval 5 nm.
d) Buatlah
garis ekspektrum pada kertas grafik dengan memplot harga absorbansi (sebagai
ordinat) terhadap panjang gelombang (sebagai absis).
e) Tentukan
panjang gelombang maksimum (ƛ maks) parasetamol.
3. Pembuatan
kurva baku
a) Siapkan
4 macam deret konsentrasi (4, 6, 8, 10 ppm) dari larutan stok dan tentukan
absorbansinya .
b) Buatlah
plot hukum Beer pada kertas grafik antara absorbansi (ordinat) terhadap
konsentrasi (absis).
c) Tentukan
persamaan regresi liner serta hitung absortivitas jenis (α) dan absortivitas
molar (€) dari parasetamol.
4. Penentuan
kadar parasetamol dalam sediaan tablet
a) Timbang
seksama sebanyak 200mg contoh serbuk sediaan tablet parasetamol.
b) Larutkan
dalam 15ml metanol .
c) Encerkan
dengan aquades sampai 500ml dalam labu takar.
d) Pipet
1ml larutan tersebut dalam labu takar 25ml dan cukupkan volumenya dengan
aquades hingga batas.
e) Ukur
absorbansi larutan pada ƛmaks relatif terhadap sel blangko.
BAB
4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil
a.
Deret standar
Konsentrasi
|
Absorban
|
4
8
10
|
0,269
0,475
0,618
|
b.
Data sampel
Kelompok
|
Absorban
|
2
3
4
|
0,269
0,475
0,618
|
4.1
Pembahasan
Analisis instrumen merupakan suatu analisis
suatu senyawa kimia yang menggunakan alat-alat instrumen. Pada umumnya alat
instrument yang biasa digunakan yaitu spektrofotometer.
Tujuan dilakukannya percobaan kali ini yaitu
untuk mengetahui cara penetapan panjang gelombang maksimum, kurva baku dan
kadar parasetamol secara spektrofotometer ultraviolet.
Pada percobaan kali ini sebelum dilakukan
penetapan kadar parasetamol terlebih dahulu kita membuat larutan standarnya.
Dimana larutan standar merupakan larutan yang sudah diketahui secara pasti
konsentrasinya.
Pada percobaan pertama yaitu pembuatan
larutan standar. Pertama-tama di timbang seksama bahan obat parasetamol kurang
lebih 25mg yang telah di keringkan pada suhu 1050C selama 1 jam.
Larutkan dengan 3ml metanol dalam labu takar dan encerkan dengan aquades sampai
100ml (larutan stok 200 ppm). Sehingga diperoleh hasil pada perhitungan ppm
yaitu 0,1ml.
Pada percobaan ke dua yaitu penentuan
spektrum absorpsi (panjang gelombang maksimum, ƛ maks). Pertama-tama pipet 5ml
larutan stok dan encerkan dengan aquades sampai 100ml dalam labu takar
diperoleh larutan standar 10 ppm. Masukkan larutan standar ke dalam kuvet (sel
sampel) dan kuvet yang lain berisi pelarut tanpa bahan obat (sel blangko).
Selanjutnya ukur absorbansi sel sampel relatif terhadap sel blangko menggunakan
spektrofotometer di daerah radiasi ultraviolet dengan mencatat pembacaan setiap
interval 10 nm, dimulai dari 220 nm sampai 350 nm. Pada sekitar absorbansi
optimal lakukan pengukuran pada interval 5 nm, dan pada daerah puncak maksimum
atau minimum lakukan pengukuran pada interval 2 nm. Kemudian buatlah garis
ekspektrum pada kertas grafik dengan memplot harga absorbansi (sebagai ordinat)
terhadap panjang gelombang (sebagai absis), dan tentukan panjang gelombang
maksimum (ƛ maks) parasetamol. Sehingga diperoleh hasil pada perhitungan ppm
yaitu 0,15ml.
Kemudian pada percobaan ke tiga yaitu pembuatan
kurva baku. Pertama-tama siapkan 4 macam deret konsentrasi (4, 6, 8, 10 ppm)
dari larutan stok dan tentukan absorbansinya pada ƛ maks yang telah ditentukan
sebelumnya. Buatlah plot hukum Beer pada kertas grafik antara absorbansi
(ordinat) terhadap konsentrasi (absis) dan tentukan persamaan regresi liner
serta hitung absortivitas jenis (α) dan absortivitas molar (€) dari
parasetamol. Sehingga diperoleh hasil pada perhitungan ppm yaitu 0,2.
Pada percobaan ke empat yaitu penentuan kadar
parasetamol dalam sediaan tablet. Pertama-tama timbang seksama sebanyak 200mg
contoh serbuk sediaan tablet parasetamol. Larutkan dalam 15ml metanol dan
encerkan dengan aquades sampai 500ml dalam labu takar. Pipet 1ml larutan
tersebut dalam labu takar 25ml dan cukupkan volumenya dengan aquades hingga
batas, selanjutnya ukur absorbansi larutan pada ƛmaks relatif terhadap sel
blangko. Sehingga diperoleh hasil pada perhitungan ppm yaitu 0,25.
BAB
5 KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
Kesimpulan
Pada praktikum ini dapat disimpulkan bahwa kurva
pada kadar parasetamol meningkat.
5.2
Saran
Saran pada praktikum ini yaitu praktikan
harus memahami prosedur kerja.
DAFTAR
PUSTAKA
Battu, J., 2009, Kimia Universitas Asas dan
Struktur, Erlangga, Jakarta
Dirjen POM.1972.
Farmakope Indonesia.. Edisi Ke-I. Jakarta : Departemen Kesehatan RI
Fatimah dan Handarto. 2008. Penuntun Praktikum Kimia Analitik. Inderalaya : Jurusan
Tekper, FP Unsri.Harmita. 2005. Petunjuk Pelaksanaan Validasi Metode dan Cara Perhitungannya.
Majalah Ilmu Kefarmasian, Vol. I, No.3, Desember 2004, 117-135.
Gunawa,S.G2007,Farmakologi dan Terapi,FKUI. Jakarta
Lestari. A.P. 2009. Pengembangan Pertanian Berkelanjutan
Melalui Subtitusi Pupuk Anorganik dengan Pupuk Organik. Jurnal Agronomi.
Vol.13, No.1.
LAMPIRAN
1. Pembuatan
larutan standar
Pertama-tama timbang parasetamol kurang lebih
25mg
yang telah di keringkan pada
suhu 1050C selama 1 jam.
Larutkan dengan 3ml metanol dalam labu takar.
Encerkan dengan aquades sampai 100ml (larutan
stok 200 ppm).
2. Penentuan
spektrum absorpsi (panjang gelombang maksimum, ƛ maks)
Pipet 5ml larutan stok dan encerkan dengan
aquades
sampai 100ml dalam labu takar diperoleh
larutan standar 10 ppm.
Masukkan larutan standar ke dalam kuvet (sel
sampel) dan
kuvet yang lain berisi
pelarut tanpa bahan obat (sel blangko).
Setelah itu ukur absorbansi sel sampel
relatif terhadap sel
blangko menggunakan spektrofotometer di
daerah radiasi
ultraviolet dengan mencatat pembacaan setiap
interval 10 nm,
dimulai dari 220 nm sampai 350 nm. Pada
sekitar absorbansi
optimal lakukan pengukuran pada interval 5 nm.
Buatlah garis ekspektrum pada kertas grafik
dengan
memplot harga absorbansi (sebagai ordinat)
terhadap panjang gelombang (sebagai absis).
Tentukan panjang gelombang maksimum (ƛ maks)
parasetamol.
3. Pembuatan
kurva baku
Siapkan 4 macam deret konsentrasi (4, 6, 8,
10 ppm) dari
larutan stok dan tentukan
absorbansinya .
Buatlah plot hukum Beer pada kertas grafik
antara
absorbansi (ordinat)
terhadap konsentrasi (absis).
Tentukan persamaan regresi liner serta hitung
absortivitas
jenis
(α) dan absortivitas molar (€) dari parasetamol.
4. Penentuan
kadar parasetamol dalam sediaan tablet
Timbang seksama sebanyak 200mg contoh serbuk
sediaan tablet parasetamol.
Larutkan dalam 15ml metanol
.
Encerkan dengan aquades sampai 500ml dalam
labu takar.
Pipet 1ml larutan tersebut dalam labu takar
25ml
dan cukupkan volumenya
dengan aquades hingga batas.
Ukur absorbansi larutan pada ƛmaks relatif
terhadap sel blangko.
Lampiran
Perhitungan
a. Kurva
baku
y = 0.057x + 0.035
R² = 0.992
R² = 0.992
a =
0.035
b =
0,057
R2 =
0.992
r =
0.995
· Untuk
kelompok 2
y =
0.057x + 0.035
-1,631 =
0.057x + 0.035
-1,631
- 0.035 = 0.057x
X = 29,22 ppm 29,22 ppm ₓ 25 = 730,5 ppm
Maka, 730,5 ppm = =
= 366,25 %.
· Untuk
kelompok 3
y =
0.057x + 0.035
-1,632 =
0.057x + 0.035
-1,632 - 0.035 = 0.057x
X = 29,24 ppm 29,24 ppm ₓ 25 = 731 ppm
Maka,
731 ppm = =
= 365,5 %.
· Untuk
kelompok 4
y =
0.057x + 0.035
0,016 =
0.057x + 0.035
0,016 - 0.035 = 0.057x
X = 0,33 ppm 0,33 ppm ₓ 25 = 8,25 ppm
Maka, 8,25 ppm = =
= 4,625 %.
Keterangan
:
-
20 mg Berat obat Parasetamol
Tidak ada komentar:
Posting Komentar