Rabu, 31 Oktober 2018

klt part 2


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak di zona khatulistiwa (tropik) dan terkenal mempunyai kekayaan alam dengan beranekaragam jenis tumbuhan, tetapi potensi ini belum seluruhnya dimanfaatkan sebagai bahan industri khususnya tumbuhan berkasiat obat. Masyarakat Indonesia secara turun-temurun telah memanfaatkan berbagai jenis tumbuhan untuk bahan obat tradisional baik sebagai tindakan pencegahan maupun pengobatan terhadap berbagai jenis penyakit. Pemanfaatan tumbuhan obat tradisional akan terus berlangsung terutama sebagai obat alternatif, hal ini terlihat pada masyarakat daerah yang sulit dijangkau oleh fasilitas kesehatan modern. Dalam masa krisis ekonomi seperti saat ini, penggunaan obat tradisional lebih menguntungkan karena relatif lebih mudah didapat, lebih murah dan dapat diramu sendiri, selain itu bahan bakunya dapat ditanam di halaman rumah sebagai penghias taman ataupun peneduh halaman .
Kromatografi lapis tipis ialah metode pemisahan fisikakimia. Lapisan yang memisahkan, yang terdiri atas bahan berbutir-butir (fase diam), ditempetkan pada penyangga berupa pelat gelasd, logam atau lapisan yang cocok. Campuran yang akan dipisah, berupa larutan, ditotolkan berupa bercak atau pita (awal). Setelah pelat atau lapisan ditaruh di dalam bejana tertutup rapat yang berisis larutan pengembang yang cocok (fase gerak), pemisahan terjadi selama perambatan kapiler (pengembangan). Selanjutnya, senyawa yang tidak berwarna harus ditampakkan (dideteksi).
Kromatografi lapis tipis (KLT) dikembangkan oleh Izmailoff dan Schraiber pada tahun 1938. pada kromatografi lapis tipis, fase diamnya berupa lapisan yang seragam (uniform) pada permukaan bidang datar yang didukung oleg lempeng kaca, pelat aluminium, atau pelat plastik
B. Maksud
Maksud pada praktikum ini yaitu  untuk mengetahui dan memahami cara identifikasi komponen ekstrak n – Heksan dan n – butanol sampel daun mali-mali (Leea indica (Burm. f.) Merr) secara kromatografi lapis tipis.
C. Tujuan
Tujuan pada praktikum ini yaitu untuk identifikasi komponen kimia ekstrak n – Heksan dan n – butanol sampel daun mali-mali (Leea indica (Burm. f.) Merr. secara kualitatif dengan metode kromatografi lapis tipis dengan melihat warna noda dan nilai Rf nya.



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Uraian Tanaman
1.    Klasifikasi (Warintek,2011)
Kingdom              :Plantae
Devisio                 :Spermatophyta
Subdiviso                        :Angiospernae
Class                    :Dicotyledonae
Ordo                     :Rhumnales
Family                  :Leeaceae                         
Genus                  :Leea
Spesies                :Leea indica (Burm. F.) Merr.
2.    Nama Lain
Daun girang (Leea indeca L) memiliki nama lain seperti : ginggiyang (Sunda), girang (Jawa tengah), jirang (Madura), kayu ajer perempuan (Melayu), mali-mali (Makassar, uka (Maluku) (Depkes RI,2001).
3.    Morfologi Tanaman
Tumbuhan daun girang (Leea indica L) merupakan tumbuhan perdu, tahunan tingginya 1  - 3m. Batang tumbuhan ini berkayu, bercabang, bentuk bulat, masih muda merambat dan hijau. Daun tumbuhan majemuk, anak daun lanset, bertangkai pendek, tapi daun bergerigi, ujung daun runcing, pangkal membulat, panjangnya 6-25 cm, lebarnya 3-8 cm, berambut dan berwarna hijau. Bunga tumbuhan majemuk, bentuk malai, kelopak bulat telur, panjang 2-5 cm, kuning keputih-putihan. Buahnya berbentuk bulat, diameter ±12mm, masih muda hijau dan setelah tua ungu kehitaman dengan biji kecil, bentuk segitiga dan berwarna putih kekuningan. Tumbuhan ini termasuk tumbuhan berakar tunggal dengan warna coklat muda (Depkes RI, 2001).
4.    Kandungan Kimia
a.    Flavonoid
Kandungan kimia tumbuhan daun, buah dan akar mali-mali mengandung flavonoida (Warintek, 2011).
Flavonoid merupakan kandungan khas tumbuhan hijau dan sebenarnya terdapat pada semua bagian tumbuhan termasuk daun, akar, kayu, kulit, tepung sari, nectar, bunga, buah buni, dan biji (Markham,2005).
b.    Tanin
Tanin merupakan substrat kompleks yang biasanya terjadi sebagai campuran polifenol yang sulit diseparasi karena tidak dapat di kristalkan. Tanin dapat tersebar luas dalam tumbuhan berpembuluh dalam angiospermae khususnya dalam jaringan kayu. Dalam dunia kesehatan tanin digunakan sebagai astringen yang mengakibatkan pengurangan bengkak (edema), radang dan sekresi pada gastrointestinal dan pada abrasi kulit (Dalimartha, 2001).
c.    Steroid
Sebagian besar senyawa steroid dan terpenoid adalah senyawa non polar, karena itu dapat dipisahkan dari komponen tumbuhan yang polar dengan mengekstraksi menggunakan pelarut seperti benzene atau eter (Dalimartha, 2001).
d.    Saponin
Disamping itu daun dan akarnya mengandung saponin, daunnya mengandung polifenol, buah serta akarnya juga mengandung tanin (Warintek, 2011).
5. Manfaat Tanaman
Daun mali-mali atau daun girang (Leea indica L) berkhasiat sebagai sebagai obat pusing kepala (Warintek, 2011).
Daun mali-mali atau daun girang (Leea indica L) berkhasiat sebagai pusing kepala. Untuk obat pusing kepala dipakai ± 7 gram daun segar mali-mali, dicuci ditumbuk sampai lumat, kemudian di tempelkan pada pelipis kanan dan kiri (Rahman, 2012).


B. Uraian Percobaan
Kromatografi lapis tipis ialah metode pemisahan fisikokimia. Lapisan yang memisahkan, yang terdiri atas bahan berbutir-butir (fase diam), ditempatkan pada penyangga berupa pelat gelas, logam, tau lapisan yang cocok, campuran yang akan dipisah berupa campuran larutan ditotolkan berupa bercak atau pita (awal). Setelah pelat atau lapisan ditempatkan dalam bejana tertutup rapat yang berisi lrutan pengembang, selanjutnya senyawa yang tidak berwarna harus ditempatkan (didteksi) (Stahl, 2005).
Kromatografi adalah istilah umum untuk berbagai cara pemisahan berdasarkan partisi cuplikan antara fase yang bergerak dapat berupa gas, atau zat cair, dan fase diam dapaat berupa gas cair atau padat. Kita biasanya mengenla Tsett,sebagai penemu kromatografi dipaaki oleh Tsett untuk menggambarkan daerah berwarna yang bergerak ke bagian bawah kolom.  Dasar-dasar kromatogrfai lapis tipis diletakkan oleh Izmailov dan Schraiber pada tahun 1938, dan kemudian diperhlaus oleh Stahlpada tahun 1985 (Jhonson, 2009).
KLT merupakan metode [ilihan untuk pemisahan semua kandungan yang larut daam lipid , yaitu lipid, steroid, karotenoid, kuinon sedrehana dan klorofil (Harborne, 2008).
Suatu kekurangan KLT yangas li ialah kerja penyaputan pelat kaca dengan penjerap . kerja ini kemudian agak diringankan dengan adanya oenyaut ootmtis.  Meskipun begitu, dengan menggunkana alat itu tetap diprlukan tindakan pencegahan tertentu, pelt akaca harus dibersihkan hati-hati dengan menggunakan seton untuk menghilangkan lemak. Kemudian buuk silica gel (atau penerap lain) dalam air harus di kocok kuat-kuat dala]m jangka waktu tertenu (misalnya 90 detik) sebelum penyalutan (Harborne, 2008).
a)    Penampakan bercak pada UV
Deteksi untuk kromatografi lapis tipis dapat digunkan metode identifikasi yang sama seperti untuk kromatogrfai kertas. Dalam hali ini terdapat kemungkinan penggunaan pereaksi agresif misalnya asam sulfat pekat, dalam bentuk yang disemprotkan jika tidak ada preaksi lain beupa reaksi warna yang dapat digunaan. Pada pemanasan selanjutnya dengan oven pengeringan akan terbentuk noda gela senyawa yang dipisahkan karena terjadinya pengeringan (Roth, 2008).
Untuk identifikasi suatu zat yang terpisah sering kali mungkn dilakuakn kobinasi dengan metode analisisnya lainnya sepeti perekaman kurvu absorbsi UV atau spectrum flouresensi langsung dari kromatogram, yang dengan sendrinya memiliki biaya peralatan. Prosedur yang sanma juga dapat digunakan untuk penyelesaian kuantitaif langsng. Untuk penentuanlangsung dalam jumlah milligram dan microgram, lapis adsorben yang mengandung zat dikerok dengan spatula yang sesuai atau pengerok dan diektraksi dengan pelarut yang sesuai. Selnjutnya dapat dilakuakn dengan penentuan mikroorgavimetri mikrotitrimetri (Roth, 2008).
Detesi paling sederhana adalah jikasenywa menunjukkan penyeapan didaerah UV gelombang pendek (radiasi utama pada kira-kira 254 nm) atau jikas enyawa itu dapat dideteksi ke flouresensi radiasi UV gelombang pendek dan atau gelombang panjang (365 nm). Jika dengan kedua cara itu senywa tidak dapat didteksi harus dicoba dengan reaksi kimia. Senyawa yang mempunyai dua ikatan rangkpa atau lebih dan senywa aromatik, misalnya turunan benzene, mempunyai serapan yang kurang lebih kuat di daerah 230-300 nm .agar senyawa demikian dapat dideteksi pada pelat, suau indicator flouresensi  (F245) ditambahkan pada penjerapan yang menghasilkan flouresensi kau disekitar UVgelombang pendek kira-kira  254 nm (Stahl, 2005).
b)    Pereaksi KLT
Pereaksi KLT untuk mengenal adanya gugus tertentu dalam   senyawa yang dipisahkan: (Adnan, 2009)
(1)    Anilin pthalat
(2)    Anasaldehida dalamasam sulfat
(3)    CHCl3
(4)    Bromokserol jambon
(5)    Bromokserol biru dan reagnesia dragendrof
BAB III
METODE PRAKTIKUM
A. Alat dan Bahan
1. Alat
Alat yang digunakan pada saat praktikum yaitu batang pengaduk, vial, cawan porselin, sendok tanduk, gelas ukur, vinset, alat UV.
2. Bahan
Bahan yang digunakan pada saat praktikum ini yaitu ekstrak n – Heksan dan n – butanol sampel daun mali-mali (Leea indica (Burm. f.) Merr, methanol, eluen (n – Heksan dan etil asetat), alumunium foil, lempeng silica dan tissue.
B. Prosedur Kerja (Anonim, 2016)
a. penyiapan Lempeng KLT dan Penjenuhan Chamber
1.    Penyiapan Lempeng Silika gel
·      Lempeng silica gel F254 yang berukuran 20 x 20 cm. dipotong dengan ukuran 8 cm x 1 cm (untuk satu ekstrak).
·      Lempeng diberi garis penotolan menggunakan pensil 3b pada bagian bawah dengan 1 cm dan garis bagian atas 0,5 cm dari bagian atas.


2.    Penjenuhan chamber
·      Disiapkan dua buah chamber yang bersih lengkap dengan penutupnya.
·      Chamber (1) dan chamber (2) diisi dengan eluen dengan kepolaran yang berbeda.
·      Kemudian dimasukkan potongan kertas saring yang panjangnya lebih dari tinggi chamber dan kemudian di tutup.
·      Eluen dibiarkan hingga naik melalui kertas saring hingga melewati penutup kaca (chamber dianggap telah jenuh).
b. Penotolan Sampel pada Lempeng
1.    Disiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan.
2.    Ekstrak n – Heksan (dilaturkan dengan methanol), ekstrak n – butanol (dilarutkan dengan methanol).
3.    Ektrak diambil dengan menggunakan pipa kapiler, kemudian ditotolkan hati – hati pada lempeng yang telah disiapkan (jika memungkinkan untuk tujuan kuantitatif gunakan mikropipet sebanyak 5 – 20 mikroliter).
4.    Lempeng yang telah ditotol diangin – anginkan sebentar untuk menguapkan pelarutnya lalu dimasukkan ke dalam chamber yang telah dijenuhkan.
5.    Bila eluen telah mencapai batas atas dari lempeng silica gel, maka lempeng tersebut dapat dikeluarkan.
6.    Amati secara langsung dan dengan menggunakan penampak bercak UV254 dan UV366.




















BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.   Hasil
1.    Sampel 1 (ekstrak n – Heksan)
Nama simplisia                           : Daun mali-mali (Leea indica (Burm. f.)
Uji pendahuluan mengandung: Alkaloid dan steroid
Fase diam                                   : Lempeng silica
Fase gerak                                  : Eluen
Ukuran lempeng                                    : 7 cm x 1 cm

No

Bercak
Bercak noda
UV
254
UV
366

noda

Rf
Warna
Rf
Warna

1

n - Heksan

Ada

0,81


Hijau
0,6
0,8
0,85

Kecoklatan
Tabel perhitungan nilai Rf warna dan komponen kimia teridentifikasi pada penampak bercak yaitu :






2.    Sampel 2 (ekstrak n – butanol)
Nama simplisia                           : Daun mali-mali (Leea indica (Burm. F.)
Uji pendahuluan mengandung: Alkaloid dan steroid
Fase diam                                   : Lempeng silica
Fase gerak                                  : Eluen
Ukuran lempeng                                    : 7 cm x 1 cm
No
Ekstrak
Bercak noda
UV
254
UV
366



Rf
Warna
Rf
Warna

1

n – butanol

Ada

1,09

Hijau
0,72
0,90
1,09

Kecoklatan
Tabel perhitungan nilai Rf warna dan komponen kimia teridentifikasi pada penampak bercak yaitu :

3. Setelah dilakukan penyemprotan


Ekstrak

Lempeng

Uv 366

Pereaksi

Perubahan
Warna

Warna




n - Heksan
1
Merah muda 
Dragendorf 
Kuning (negative)
2
Merah muda 
Sitroborat 
 Kuning (positif flavonoid)
3
Ungu 
 DPPH
 Kuning terang / keputih2an (positif antioksidan)
4
Ungu  
 Vanilin Asam Sulfat
 Abu – abu (negative)
5
 Jingga
 FeCl3
 Kuning (negative)

B. Pembahasan
Kromatografi adalah suatu metoda untuk separasi yang menyangkut komponen suatu contoh di mana komponen dibagi-bagikan antara dua tahap, salah satu yang mana adalah keperluan selagi gerak yang lain. Di dalam gas chromatography adalah gas mengangsur suatu cairan atau tahap keperluan padat. Di dalam cairan chromatography adalah campuran cairan pindah gerakkan melalui cairan yang lain , suatu padat, atau suatu 'gel' agar. Mekanisme separasi komponen mungkin adalah adsorpsi, daya larut diferensial, ion-exchange, penyebaran/perembesan, atau mekanisme lain.
Pada identifikasi golongan komponen kimia dengan metode kromatografi lapis tipis dilalukan dengan menggunakan ekstrak n – Heksan dan n – butanol sampel daun mali-mali (Leea indica (Burm. f.) Merr.
Pertama dilakukan adalah disiapkan lempeng silica yang telah dipotong dengan ukuran 7 cm x 1 cm. Kemudian disiapkan 2 buah chamber yang akan diisi dengan eluen dimana eluen yang akan dibuat dengan perbandingan 7:3 yang 7 adalah n – Heksan dan 3 adalah etil asetat. Setelah chamber diisi dengan eluen lalu dimasukkan kertas saring sampai cairan eluen naik dan melewati tutup chamber maka eluen sudah dapat dikatakan jenuh.
Larutkan ekstrak sampel dengan menggunakan methanol, lalu totol pada lempeng silica setelah itu masukkan kedalam chamber yang berisi eluen dan diamkan sampai eluen mencapai batas tanda. Setelah mencapai batas angkat lempeng dan letakkan pada UV254 dan UV366. Amati bercak noda yang terlihat pada lampu UV tersebut.
Alasan penjenuhan chamber sebelum digunakan yaitu untuk menghilangkan uap air didalam chamber agar nantinya tidak mempengaruhi perambatan noda pada lempeng, selain itu agar tekanan yang ada didalam chamber tidak mempengaruhi proses perambatan noda dengan adanya penjenuhan chamber.
Alasan digunakan larutan FeCl3 ialah untuk mengetahui bahwa tanaman mali – mali (Leea indica) mengandung fenolik atau tidak. Jika berwarna biru positif mengandung pirogalotanin dan hijau positif mengandung  katekol ini dibuktikan karena bersifat oksidator sehingga dapat digunakan.
Alasan digunakan larutan dragendorff ialah untuk mengetahui bahwa tanaman mali – mali (Leea indica)  mengandung alkaloid atau tidak. Jika mengandung alkaloid positif akan menghasilkan warna kuning ini dibuktikan karena pada senyawa basa yang terdapat pada tanaman sehingga akan membentuk senyawa garam.
Alasan digunakan lampu UV 254 nm ialah untuk pengamatan pada lempeng atau dikatakan untuk melihat flouresensi pada lempeng.Mekanisme kerja pada UV 254 nm ialah terjadinya flouresensi pada lempeng ini dikarenakan cahaya yang tampak merupakan emisi cahaya yang dipancarkan oleh komponen tersebut. Sehingga ketika elektron tereksitasi yakni perubahan suatu energi rendah ketingkat energi tinggi ini dapat menyebabkan energi yang dihasilkan akan terlepas.
Alasan digunakan lampu UV 366 nm ialah untuk menampakkan nodanya atau dikatakan untuk melihat flouresensi pada noda.Mekanisme kerja lampu UV 366 nm ialaha terjadinya flouresensi pada noda atau penampakkan pada noda, ini disebabkan karena daya interaksi antara lampu UV 366 nm dengan gugus kromofor yang terdapat pada sampel merupakan emisi cahaya yang dipancarkan oleh komponen tersebut. Sehingga ketika elektron tereksitasi yakni perubahan suatu energi rendah ketingkat energi tinggi ini dapat menyebabkan energi yang dihasilkan akan terlepas.
Sehingga dari hasil pengamatan dapat diketahui kandungan kimia yang secara jelas menampakkan noda dengan penyemprotan menggunakan larutan-larutan spesifik untuk identifikasi yakni pada ekstrak sampel daun mali – mali (Leea indica)  mengandung : flavonoid berdasarkan pereaksi spesifik sitroborat  yang menunjukan warna kuning, dan dikatakan positif sebagai antioksidan karena setelah disemprotkan dengan pereaksi DPPH menghasilkan warna kuning terang / keputih – putihan.
Setelah diamati dibawah lampu UV dan dihitung nilai Rf nya didapatkan hasil yaitu pada ektrak n – Heksan terdapat bercak noda dimana pada UV254 warna dari bercaknya hijau dengan nilai Rf yaitu 0,81 dan pada UV366 warna dari bercaknya kecoklatan dengan nilai Rf yaitu 0,6, 0,8 dan 0,85 dengan tiga bercak noda.
Dan pada ektrak n – butanol terdapat bercak noda dimana pada UV254 warna dari bercaknya hijau dengan nilai Rf yaitu 1,09 dan pada UV366 warna dari bercaknya kecoklatan dengan nilai Rf yaitu 0,72, 0,90 dan 1,09 juga dengan tiga bercak noda.










BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah dilakukan percobaan dapat disimpulkan bahwa :
a.    Ektrak n – Heksan pada UV254 warna bercaknya hijau dengan nilai Rf 0,81 dan pada UV366 warna bercaknya kecoklatan dengan nilai Rf yaitu 0,6, 0,8 dan 0,85 dengan tiga bercak noda.
b.    Ektrak n – Heksan pada UV254 warna bercaknya hijau dengan nilai Rf 1,09 dan pada UV366 warna bercaknya kecoklatan dengan nilai Rf yaitu 0,72, 0,90 dan 1,09 juga dengan tiga bercak noda.
c.    Setelah dilakukan penyemprotan sampel ektrak daun mali – mali positif mengandung flavonoid dan antioksidan.
B. Saran
Sebaiknya praktikan dapat lebih hati – hati ketika melakukan praktikum agar dapat meminimalisir kesalahan dan tidak terjadinya kerusakan pada alat.





DAFTAR PUSTAKA
Anonim.,2016.Penuntun dan Buku Kerja Praktikum Fitokimia I. Laboratorium farmakologi, Fakultas Farmasi;Makassar
Andersen,M.Markham., 2006. Flavonoids. New York: Taylor & Francis Group
Adnan, M. 1997. Teknik Kromatografi Untuk Analisis Bahan Makanan. Penerbit Andi :Yogyakarta.
Dalimartha, S., 2001. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid 2. Trubus agriwidya :Jakarta
Harborne, J. B. 2009. Metode Fitokimia. ITB : Bandung.
Johnson, D. R. 2009. Biology an Introduction. The Benjamin Cummings Publishing Co.Inc, New York.
Rahman., 2012. Quality and Sustainability Criteria in Purchase Decision of Teenagers
Roth, H. J. 2008.  Analisis Farmasi. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Stahl, Egon, 2005, Analisis Obat Secara Kromatografi dan Mikroskopi, ITB : Bandung
Warintek., 2011. Kimia Pangan dan Gizi. Graha ilmu :Jakarta









LAMPIRAN
Skema Kerja
1)    Penjenuhan Chamber
2 buah chamber
 


Diisi dengan eluen yang berbeda

Dimasukkan kertas saring
 


    Ditutup
 


Dibiarkan hingga jenuh











2)    Penotolan sampel lempeng
Alat dan bahan

Dilarutkan ektrak

Diambil ektrak

Ditotol pada lempeng

Dimasukkan dalam chamber


Diamkan sampai batas tanda

Amati bercak noda









Lampiran Gambar

Gambar 1. Sampel yang dilarutkan dalam metanol.
Gambar 2. Kertas saring yang dimasukkan ke dalam chamber
yang berisi eluen.
Gambar 3. Proses elusidasi pada ekstrak n-heksan dan n-butanol.




















PERHITUNGAN
1). n – Heksan
·         UV254
Rf  = Jarak yang ditempuh senyawa terlarut
                  Jarak yang ditempuh pelarut
      = 4,5               => 0,81
         5,5
·         UV366
Bercak pertama
= 3,3               => 0,6
   5,5
Bercak kedua
= 4,4               => 0,8
   5,5
Bercak ketiga
= 4,7               => 0,85
   5,5
2). n - butanol
·         UV254
Rf  = Jarak yang ditempuh senyawa terlarut
                  Jarak yang ditempuh pelarut
      =   6                 =>1,09
         5,5
·         UV366
Bercak pertama
= 4                   => 0,72
   5,5

Bercak kedua
=  5                  => 0,90
   5,5
Bercak ketiga
=   6                 => 1,09
   5,5

Tidak ada komentar:

Posting Komentar