BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Indonesia merupakan
negara kepulauan yang terletak di zona khatulistiwa (tropik) dan terkenal
mempunyai kekayaan alam dengan beranekaragam jenis tumbuhan, tetapi potensi ini
belum seluruhnya dimanfaatkan sebagai bahan industri khususnya tumbuhan
berkasiat obat. Masyarakat Indonesia secara turun-temurun telah memanfaatkan
berbagai jenis tumbuhan untuk bahan obat tradisional baik sebagai tindakan
pencegahan maupun pengobatan terhadap berbagai jenis penyakit. Pemanfaatan tumbuhan
obat tradisional akan terus berlangsung terutama sebagai obat alternatif, hal
ini terlihat pada masyarakat daerah yang sulit dijangkau oleh fasilitas
kesehatan modern. Dalam masa krisis ekonomi seperti saat ini, penggunaan obat
tradisional lebih menguntungkan karena relatif lebih mudah didapat, lebih murah
dan dapat diramu sendiri, selain itu bahan bakunya dapat ditanam di halaman
rumah sebagai penghias taman ataupun peneduh halaman .
Kromatografi lapis
tipis ialah metode pemisahan fisikakimia. Lapisan yang memisahkan, yang terdiri
atas bahan berbutir-butir (fase diam), ditempetkan pada penyangga berupa pelat
gelasd, logam atau lapisan yang cocok. Campuran yang akan dipisah, berupa
larutan, ditotolkan berupa bercak atau pita (awal). Setelah pelat atau lapisan
ditaruh di dalam bejana tertutup rapat yang berisis larutan pengembang yang
cocok (fase gerak), pemisahan terjadi selama perambatan kapiler (pengembangan).
Selanjutnya, senyawa yang tidak berwarna harus ditampakkan (dideteksi).
Kromatografi lapis
tipis (KLT) dikembangkan oleh Izmailoff dan Schraiber pada tahun 1938. pada
kromatografi lapis tipis, fase diamnya berupa lapisan yang seragam (uniform)
pada permukaan bidang datar yang didukung oleg lempeng kaca, pelat aluminium,
atau pelat plastik
B.
Maksud
Maksud
pada praktikum ini yaitu untuk mengetahui dan
memahami cara identifikasi komponen ekstrak n
– Heksan dan n – butanol sampel daun mali-mali (Leea indica (Burm. f.)
Merr) secara
kromatografi lapis tipis.
C.
Tujuan
Tujuan
pada praktikum ini yaitu untuk identifikasi komponen kimia ekstrak n – Heksan dan n – butanol sampel daun mali-mali (Leea
indica (Burm. f.) Merr. secara kualitatif dengan metode kromatografi lapis tipis dengan
melihat warna noda dan nilai Rf nya.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
A.
Uraian Tanaman
1.
Klasifikasi (Warintek,2011)
Kingdom :Plantae
Devisio :Spermatophyta
Subdiviso :Angiospernae
Class :Dicotyledonae
Ordo :Rhumnales
Family :Leeaceae
Genus :Leea
Spesies :Leea indica (Burm.
F.) Merr.
2.
Nama
Lain
Daun girang (Leea indeca L) memiliki nama lain seperti : ginggiyang (Sunda),
girang (Jawa tengah), jirang (Madura), kayu ajer perempuan (Melayu), mali-mali
(Makassar, uka (Maluku) (Depkes RI,2001).
3.
Morfologi
Tanaman
Tumbuhan daun girang (Leea indica L) merupakan tumbuhan perdu, tahunan tingginya 1
-
3m. Batang tumbuhan ini berkayu, bercabang, bentuk bulat, masih muda merambat
dan hijau. Daun tumbuhan majemuk, anak daun lanset, bertangkai pendek, tapi
daun bergerigi, ujung daun runcing, pangkal membulat, panjangnya 6-25 cm, lebarnya
3-8 cm, berambut dan berwarna hijau. Bunga tumbuhan majemuk, bentuk malai,
kelopak bulat telur, panjang 2-5 cm, kuning keputih-putihan. Buahnya berbentuk
bulat, diameter ±12mm, masih muda hijau dan setelah tua ungu kehitaman dengan
biji kecil, bentuk segitiga dan berwarna putih kekuningan. Tumbuhan ini
termasuk tumbuhan berakar tunggal dengan warna coklat muda (Depkes RI, 2001).
4.
Kandungan
Kimia
a. Flavonoid
Kandungan
kimia tumbuhan daun, buah dan akar mali-mali mengandung flavonoida (Warintek,
2011).
Flavonoid
merupakan kandungan khas tumbuhan hijau dan sebenarnya terdapat pada semua
bagian tumbuhan termasuk daun, akar, kayu, kulit, tepung sari, nectar, bunga,
buah buni, dan biji (Markham,2005).
b. Tanin
Tanin
merupakan substrat kompleks yang biasanya terjadi sebagai campuran polifenol
yang sulit diseparasi karena tidak dapat di kristalkan. Tanin dapat tersebar
luas dalam tumbuhan berpembuluh dalam angiospermae khususnya dalam jaringan
kayu. Dalam dunia kesehatan tanin digunakan sebagai astringen yang mengakibatkan
pengurangan bengkak (edema), radang dan sekresi pada gastrointestinal dan pada
abrasi kulit (Dalimartha, 2001).
c. Steroid
Sebagian
besar senyawa steroid dan terpenoid adalah senyawa non polar, karena itu dapat
dipisahkan dari komponen tumbuhan yang polar dengan mengekstraksi menggunakan
pelarut seperti benzene atau eter (Dalimartha, 2001).
d. Saponin
Disamping
itu daun dan akarnya mengandung saponin, daunnya mengandung polifenol, buah
serta akarnya juga mengandung tanin (Warintek, 2011).
5.
Manfaat Tanaman
Daun mali-mali atau daun girang (Leea indica L) berkhasiat sebagai
sebagai obat pusing kepala (Warintek, 2011).
Daun mali-mali atau daun girang (Leea indica L) berkhasiat sebagai pusing
kepala. Untuk obat pusing kepala dipakai ± 7 gram daun segar mali-mali, dicuci
ditumbuk sampai lumat, kemudian di tempelkan pada pelipis kanan dan kiri
(Rahman, 2012).
B. Uraian Percobaan
Kromatografi lapis tipis ialah metode pemisahan fisikokimia. Lapisan yang
memisahkan, yang terdiri atas bahan berbutir-butir (fase diam), ditempatkan
pada penyangga berupa pelat gelas, logam, tau lapisan yang cocok, campuran yang
akan dipisah berupa campuran larutan ditotolkan berupa bercak atau pita (awal).
Setelah pelat atau lapisan ditempatkan dalam bejana tertutup rapat yang berisi
lrutan pengembang, selanjutnya senyawa yang tidak berwarna harus ditempatkan
(didteksi) (Stahl, 2005).
Kromatografi adalah istilah umum untuk berbagai cara pemisahan berdasarkan
partisi cuplikan antara fase yang bergerak dapat berupa gas, atau zat cair, dan
fase diam dapaat berupa gas cair atau padat. Kita biasanya mengenla
Tsett,sebagai penemu kromatografi dipaaki oleh Tsett untuk menggambarkan daerah
berwarna yang bergerak ke bagian bawah kolom.
Dasar-dasar kromatogrfai lapis tipis diletakkan oleh Izmailov dan
Schraiber pada tahun 1938, dan kemudian diperhlaus oleh Stahlpada tahun 1985
(Jhonson, 2009).
KLT merupakan metode [ilihan untuk pemisahan semua kandungan yang larut
daam lipid , yaitu lipid, steroid, karotenoid, kuinon sedrehana dan klorofil
(Harborne, 2008).
Suatu kekurangan KLT yangas li ialah kerja penyaputan pelat kaca dengan
penjerap . kerja ini kemudian agak diringankan dengan adanya oenyaut
ootmtis. Meskipun begitu, dengan
menggunkana alat itu tetap diprlukan tindakan pencegahan tertentu, pelt akaca
harus dibersihkan hati-hati dengan menggunakan seton untuk menghilangkan lemak.
Kemudian buuk silica gel (atau penerap lain) dalam air harus di kocok kuat-kuat
dala]m jangka waktu tertenu (misalnya 90 detik) sebelum penyalutan (Harborne, 2008).
a) Penampakan bercak pada UV
Deteksi untuk
kromatografi lapis tipis dapat digunkan metode identifikasi yang sama seperti
untuk kromatogrfai kertas. Dalam hali ini terdapat kemungkinan penggunaan
pereaksi agresif misalnya asam sulfat pekat, dalam bentuk yang disemprotkan
jika tidak ada preaksi lain beupa reaksi warna yang dapat digunaan. Pada
pemanasan selanjutnya dengan oven pengeringan akan terbentuk noda gela senyawa
yang dipisahkan karena terjadinya pengeringan (Roth, 2008).
Untuk identifikasi suatu
zat yang terpisah sering kali mungkn dilakuakn kobinasi dengan metode
analisisnya lainnya sepeti perekaman kurvu absorbsi UV atau spectrum
flouresensi langsung dari kromatogram, yang dengan sendrinya memiliki biaya
peralatan. Prosedur yang sanma juga dapat digunakan untuk penyelesaian
kuantitaif langsng. Untuk penentuanlangsung dalam jumlah milligram dan
microgram, lapis adsorben yang mengandung zat dikerok dengan spatula yang
sesuai atau pengerok dan diektraksi dengan pelarut yang sesuai. Selnjutnya
dapat dilakuakn dengan penentuan mikroorgavimetri mikrotitrimetri (Roth, 2008).
Detesi paling sederhana adalah jikasenywa
menunjukkan penyeapan didaerah UV gelombang pendek (radiasi utama pada
kira-kira 254 nm) atau jikas enyawa itu dapat dideteksi ke flouresensi radiasi
UV gelombang pendek dan atau gelombang panjang (365 nm). Jika dengan kedua cara
itu senywa tidak dapat didteksi harus dicoba dengan reaksi kimia. Senyawa yang
mempunyai dua ikatan rangkpa atau lebih dan senywa aromatik, misalnya turunan
benzene, mempunyai serapan yang kurang lebih kuat di daerah 230-300 nm .agar
senyawa demikian dapat dideteksi pada pelat, suau indicator flouresensi (F245) ditambahkan pada penjerapan
yang menghasilkan flouresensi kau disekitar UVgelombang pendek kira-kira 254 nm (Stahl, 2005).
b) Pereaksi
KLT
Pereaksi KLT untuk mengenal adanya gugus
tertentu dalam senyawa yang dipisahkan:
(Adnan, 2009)
(1) Anilin
pthalat
(2) Anasaldehida
dalamasam sulfat
(3) CHCl3
(4) Bromokserol
jambon
(5) Bromokserol
biru dan reagnesia dragendrof
BAB
III
METODE
PRAKTIKUM
A.
Alat dan Bahan
1.
Alat
Alat yang digunakan
pada saat praktikum yaitu batang pengaduk, vial,
cawan porselin, sendok tanduk, gelas ukur, vinset, alat UV.
2.
Bahan
Bahan yang digunakan pada saat praktikum ini
yaitu ekstrak n – Heksan dan n – butanol sampel daun
mali-mali (Leea indica (Burm. f.) Merr, methanol, eluen (n – Heksan dan
etil asetat), alumunium foil, lempeng silica dan tissue.
B.
Prosedur Kerja (Anonim, 2016)
a. penyiapan Lempeng KLT dan Penjenuhan Chamber
1. Penyiapan Lempeng Silika gel
· Lempeng silica gel F254 yang berukuran 20 x 20 cm.
dipotong dengan ukuran 8 cm x 1 cm (untuk satu ekstrak).
· Lempeng diberi garis penotolan menggunakan pensil 3b pada bagian
bawah dengan 1 cm dan garis bagian atas 0,5 cm dari bagian atas.
2. Penjenuhan chamber
· Disiapkan dua buah chamber yang bersih lengkap dengan penutupnya.
· Chamber (1) dan chamber (2) diisi dengan eluen dengan kepolaran
yang berbeda.
· Kemudian dimasukkan potongan kertas saring yang panjangnya lebih
dari tinggi chamber dan kemudian di tutup.
· Eluen dibiarkan hingga naik melalui kertas saring hingga melewati
penutup kaca (chamber dianggap telah jenuh).
b. Penotolan Sampel pada Lempeng
1. Disiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan.
2. Ekstrak n – Heksan (dilaturkan dengan methanol), ekstrak n –
butanol (dilarutkan dengan methanol).
3. Ektrak diambil dengan menggunakan pipa kapiler, kemudian
ditotolkan hati – hati pada lempeng yang telah disiapkan (jika memungkinkan
untuk tujuan kuantitatif gunakan mikropipet sebanyak 5 – 20 mikroliter).
4. Lempeng yang telah ditotol diangin – anginkan sebentar untuk
menguapkan pelarutnya lalu dimasukkan ke dalam chamber yang telah dijenuhkan.
5. Bila eluen telah mencapai batas atas dari lempeng silica gel, maka
lempeng tersebut dapat dikeluarkan.
6. Amati secara langsung dan dengan menggunakan penampak bercak UV254
dan UV366.
BAB
IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
1.
Sampel 1 (ekstrak n – Heksan)
Nama simplisia :
Daun mali-mali (Leea indica (Burm. f.)
Uji pendahuluan mengandung: Alkaloid dan steroid
Fase diam :
Lempeng silica
Fase gerak :
Eluen
Ukuran lempeng :
7 cm x 1 cm
No
|
Bercak
|
Bercak noda
|
UV
|
254
|
UV
|
366
|
|
noda
|
|
Rf
|
Warna
|
Rf
|
Warna
|
1
|
n - Heksan
|
Ada
|
0,81
|
Hijau
|
0,6
0,8
0,85
|
Kecoklatan
|
Tabel perhitungan nilai Rf warna dan komponen kimia teridentifikasi pada
penampak bercak yaitu :
2.
Sampel 2 (ekstrak n – butanol)
Nama simplisia :
Daun mali-mali (Leea indica (Burm. F.)
Uji pendahuluan mengandung: Alkaloid dan steroid
Fase diam :
Lempeng silica
Fase gerak :
Eluen
Ukuran lempeng :
7 cm x 1 cm
No
|
Ekstrak
|
Bercak noda
|
UV
|
254
|
UV
|
366
|
|
|
|
Rf
|
Warna
|
Rf
|
Warna
|
1
|
n – butanol
|
Ada
|
1,09
|
Hijau
|
0,72
0,90
1,09
|
Kecoklatan
|
Tabel perhitungan nilai Rf warna dan komponen
kimia teridentifikasi pada penampak bercak yaitu :
3. Setelah dilakukan penyemprotan
Ekstrak
|
Lempeng
|
Uv 366
|
Pereaksi
|
Perubahan
|
Warna
|
|
Warna
|
||
n - Heksan
|
1
|
Merah muda
|
Dragendorf
|
Kuning (negative)
|
2
|
Merah muda
|
Sitroborat
|
Kuning (positif flavonoid)
|
|
3
|
Ungu
|
DPPH
|
Kuning terang / keputih2an (positif
antioksidan)
|
|
4
|
Ungu
|
Vanilin Asam Sulfat
|
Abu – abu (negative)
|
|
5
|
Jingga
|
FeCl3
|
Kuning (negative)
|
B. Pembahasan
Kromatografi adalah suatu
metoda untuk separasi yang menyangkut komponen suatu contoh di mana komponen
dibagi-bagikan antara dua tahap, salah satu yang mana adalah keperluan selagi
gerak yang lain. Di dalam gas chromatography adalah gas mengangsur suatu cairan
atau tahap keperluan padat. Di dalam cairan chromatography adalah campuran
cairan pindah gerakkan melalui cairan yang lain , suatu padat, atau suatu 'gel'
agar. Mekanisme separasi komponen mungkin adalah adsorpsi, daya larut
diferensial, ion-exchange, penyebaran/perembesan, atau mekanisme lain.
Pada identifikasi golongan
komponen kimia dengan metode kromatografi lapis tipis dilalukan dengan
menggunakan ekstrak n –
Heksan dan n – butanol sampel daun mali-mali (Leea indica (Burm. f.)
Merr.
Pertama dilakukan adalah disiapkan lempeng silica yang
telah dipotong dengan ukuran 7 cm x 1 cm. Kemudian disiapkan 2 buah chamber
yang akan diisi dengan eluen dimana eluen yang akan dibuat dengan perbandingan
7:3 yang 7 adalah n – Heksan dan 3 adalah etil asetat. Setelah chamber diisi
dengan eluen lalu dimasukkan kertas saring sampai cairan eluen naik dan
melewati tutup chamber maka eluen sudah dapat dikatakan jenuh.
Larutkan ekstrak sampel dengan menggunakan methanol, lalu
totol pada lempeng silica setelah itu masukkan kedalam chamber yang berisi
eluen dan diamkan sampai eluen mencapai batas tanda. Setelah mencapai batas
angkat lempeng dan letakkan pada UV254 dan
UV366. Amati bercak noda yang terlihat pada lampu UV tersebut.
Alasan penjenuhan chamber
sebelum digunakan yaitu untuk menghilangkan uap air didalam chamber agar
nantinya tidak mempengaruhi perambatan noda pada lempeng, selain itu agar
tekanan yang ada didalam chamber tidak mempengaruhi proses perambatan noda
dengan adanya penjenuhan chamber.
Alasan digunakan larutan
FeCl3 ialah untuk mengetahui bahwa tanaman mali – mali (Leea indica) mengandung fenolik atau
tidak. Jika berwarna biru positif mengandung pirogalotanin dan hijau positif
mengandung katekol ini dibuktikan karena bersifat oksidator sehingga
dapat digunakan.
Alasan digunakan larutan
dragendorff ialah untuk mengetahui bahwa tanaman mali – mali (Leea indica) mengandung alkaloid atau tidak. Jika
mengandung alkaloid positif akan menghasilkan warna kuning ini dibuktikan
karena pada senyawa basa yang terdapat pada tanaman sehingga akan membentuk
senyawa garam.
Alasan digunakan lampu UV
254 nm ialah untuk pengamatan pada lempeng atau dikatakan untuk melihat
flouresensi pada lempeng.Mekanisme kerja pada UV 254 nm ialah terjadinya
flouresensi pada lempeng ini dikarenakan cahaya yang tampak merupakan emisi
cahaya yang dipancarkan oleh komponen tersebut. Sehingga ketika elektron
tereksitasi yakni perubahan suatu energi rendah ketingkat energi tinggi ini
dapat menyebabkan energi yang dihasilkan akan terlepas.
Alasan digunakan lampu UV
366 nm ialah untuk menampakkan nodanya atau dikatakan untuk melihat flouresensi
pada noda.Mekanisme kerja lampu UV 366 nm ialaha terjadinya flouresensi pada
noda atau penampakkan pada noda, ini disebabkan karena daya interaksi antara
lampu UV 366 nm dengan gugus kromofor yang terdapat pada sampel merupakan emisi
cahaya yang dipancarkan oleh komponen tersebut. Sehingga ketika elektron
tereksitasi yakni perubahan suatu energi rendah ketingkat energi tinggi ini
dapat menyebabkan energi yang dihasilkan akan terlepas.
Sehingga dari hasil
pengamatan dapat diketahui kandungan kimia yang secara jelas menampakkan noda
dengan penyemprotan menggunakan larutan-larutan spesifik untuk identifikasi
yakni pada ekstrak sampel daun mali – mali (Leea
indica) mengandung : flavonoid berdasarkan pereaksi spesifik
sitroborat yang menunjukan warna kuning, dan dikatakan positif
sebagai antioksidan karena setelah disemprotkan dengan pereaksi DPPH
menghasilkan warna kuning terang / keputih – putihan.
Setelah diamati dibawah
lampu UV dan dihitung nilai Rf nya didapatkan hasil yaitu pada ektrak n –
Heksan terdapat bercak noda dimana pada UV254 warna dari bercaknya hijau
dengan nilai Rf yaitu 0,81 dan pada UV366 warna dari bercaknya
kecoklatan dengan nilai Rf yaitu 0,6, 0,8 dan 0,85 dengan tiga bercak noda.
Dan pada ektrak n – butanol
terdapat bercak noda dimana pada UV254 warna dari bercaknya hijau dengan nilai Rf
yaitu 1,09 dan pada UV366 warna dari bercaknya kecoklatan dengan
nilai Rf yaitu 0,72, 0,90 dan 1,09 juga dengan tiga bercak noda.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah dilakukan percobaan dapat disimpulkan
bahwa :
a.
Ektrak n – Heksan pada UV254 warna
bercaknya hijau dengan nilai Rf 0,81 dan pada UV366 warna bercaknya
kecoklatan dengan nilai Rf yaitu 0,6, 0,8 dan 0,85 dengan tiga bercak noda.
b.
Ektrak n – Heksan pada UV254 warna
bercaknya hijau dengan nilai Rf 1,09 dan pada UV366 warna bercaknya
kecoklatan dengan nilai Rf yaitu 0,72, 0,90 dan 1,09 juga dengan tiga bercak
noda.
c.
Setelah dilakukan penyemprotan sampel ektrak
daun mali – mali positif mengandung flavonoid dan antioksidan.
B. Saran
Sebaiknya praktikan dapat
lebih hati – hati ketika melakukan praktikum agar dapat meminimalisir kesalahan
dan tidak terjadinya kerusakan pada alat.
DAFTAR
PUSTAKA
Anonim.,2016.Penuntun
dan Buku Kerja Praktikum Fitokimia I. Laboratorium farmakologi, Fakultas
Farmasi;Makassar
Andersen,M.Markham.,
2006. Flavonoids. New York: Taylor
& Francis Group
Adnan, M. 1997. Teknik Kromatografi
Untuk Analisis Bahan Makanan. Penerbit Andi :Yogyakarta.
Dalimartha, S., 2001. Atlas
Tumbuhan Obat Indonesia Jilid 2. Trubus agriwidya :Jakarta
Harborne, J. B. 2009. Metode
Fitokimia. ITB : Bandung.
Johnson, D. R. 2009. Biology an Introduction. The Benjamin
Cummings Publishing Co.Inc, New York.
Rahman., 2012. Quality and
Sustainability Criteria in Purchase Decision of Teenagers
Roth, H. J. 2008. Analisis Farmasi. Gadjah
Mada University Press. Yogyakarta.
Stahl, Egon, 2005, Analisis
Obat Secara Kromatografi dan Mikroskopi, ITB : Bandung
Warintek., 2011. Kimia
Pangan dan Gizi. Graha ilmu :Jakarta
LAMPIRAN
Skema Kerja
1) Penjenuhan Chamber
2 buah chamber
Diisi dengan eluen yang berbeda
Dimasukkan
kertas saring
Ditutup
Dibiarkan hingga jenuh
2) Penotolan sampel lempeng
Alat dan bahan
Dilarutkan ektrak
Diambil ektrak
Ditotol pada lempeng
Dimasukkan dalam chamber
Diamkan sampai batas tanda
Amati bercak noda
Lampiran
Gambar
Gambar 1.
Sampel yang dilarutkan dalam metanol.
Gambar 2.
Kertas saring yang dimasukkan ke dalam chamber
yang berisi
eluen.
Gambar 3.
Proses elusidasi pada ekstrak n-heksan dan n-butanol.
PERHITUNGAN
1). n – Heksan
·
UV254
Rf = Jarak yang ditempuh senyawa terlarut
Jarak yang ditempuh pelarut
= 4,5 => 0,81
5,5
·
UV366
Bercak pertama
= 3,3 => 0,6
5,5
Bercak kedua
= 4,4 => 0,8
5,5
Bercak ketiga
= 4,7 => 0,85
5,5
2). n - butanol
·
UV254
Rf = Jarak yang ditempuh senyawa terlarut
Jarak yang ditempuh pelarut
= 6 =>1,09
5,5
·
UV366
Bercak pertama
= 4 => 0,72
5,5
Bercak kedua
= 5 =>
0,90
5,5
Bercak ketiga
= 6 => 1,09
5,5
Tidak ada komentar:
Posting Komentar