BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Indonesia
merupakan negara kepulauan yang terletak di zona khatulistiwa (tropik) dan
terkenal mempunyai kekayaan alam dengan beranekaragam jenis tumbuhan, tetapi
potensi ini belum seluruhnya dimanfaatkan sebagai bahan industri khususnya
tumbuhan berkasiat obat.Masyarakat Indonesia secara turun-temurun telah
memanfaatkan berbagai jenis tumbuhan untuk bahan obat tradisional baik sebagai
tindakan pencegahan maupun pengobatan terhadap berbagai jenis penyakit.
Pemanfaatan tumbuhan obat tradisional akan terus berlangsung terutama sebagai
obat alternatif, hal ini terlihat pada masyarakat daerah yang sulit dijangkau
oleh fasilitas kesehatan modern. Dalam masa krisis ekonomi seperti saat ini,
penggunaan obat tradisional lebih menguntungkan karena relatif lebih mudah
didapat, lebih murah dan dapat diramu sendiri, selain itu bahan bakunya dapat
ditanam di halaman rumah sebagai penghias taman ataupun peneduh halaman .
Didaerah-daerah pedalaman, banyak masyarakat yang masih menggunakan
tumbuh-tumbuhan yang mereka anggap mempunyai khasiat untuk pengobatan untuk
beberapa penyakit tertentu, tanpa pengetahuan dasar.Ada beberapa kasus, dimana
masyarakat menggunakan suatu obat, yang ternyata setelah diketahui zat aktifnya
melalui ekstraksi dan identifikasi komponen kimia, ternyata memberikan efek
yang berlawanan, hal ini tentunya membahayakan bagi jiwa manusia.
Dari alasan tersebut di atas, maka dianggap perlu pengetahuan yang cukup
untuk mengenal berbagai macam tumbuhan yang berkhasiat obat, mulai dari
morfologi, kegunaan, prinsip-prinsip ekstraksi, isolasi dan identifikasi
komponen kimia yang terdapat dalam suatu simplisia, khususnya bagi seorang
farmasis. Dan pada laporan ini, akan diidentifikasi komponen
kimia sampel daun waru , dengan terlebih dahulu di ekstraksi.
Alasan dilakukannya percobaan
ekstraksi agar dapat memisahkan kandungan kimia pada sampel
dengan cara ekstraksi pelarut untuk menghasilkan sari/ekstrak dari tanaman
tertentu yang akan digunakan sebagai obat atau bahan obat dengan menggunakan
pelarut yang sesuai.
B.
Maksud
Maksud pada praktikum
ini yaitu untuk melakukan ekstraksi
sampel pada tumbuhan daun mali-mali (Leea
indica L) dengan menggunakan metode panas dan dingin.
C.
Tujuan
Tujuan pada praktikum
ini yaitu untuk memahami cara mengekstraksi sampel pada tumbuhan daun mali-mali
(Leea indica L) menggunakan metode
panas yaitu soxhlet dan dingin yaitu maserasi dan perkolasi serta mendapat
ekstrak cair dari sampel tumbuhan daun mali-mali (Leea indica L).
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
A.
Uraian Tanaman
1.
Klasifikasi
(Warintek,2011)
Kingdom :Plantae
Devisio :Spermatophyta
Subdiviso :Angiospernae
Class :Dicotyledonae
Ordo :Rhumnales
Family :Leeaceae
Genus :Leea
Spesies :Leea indica (Burm.
F.) Merr.
2.
Nama
Lain
Daun girang (Leea indeca L) memiliki nama lain seperti : ginggiyang (Sunda),
girang (Jawa tengah), jirang (Madura), kayu ajer perempuan (Melayu), mali-mali
(Makassar, uka (Maluku) (Depkes RI,2001).
3.
Morfologi
Tanaman
Tumbuhan daun girang (Leea indica L) merupakan tumbuhan perdu, tahunan tingginya 1 - 3m. Batang tumbuhan ini berkayu, bercabang,
bentuk bulat, masih muda merambat dan hijau. Daun tumbuhan majemuk, anak daun
lanset, bertangkai pendek, tapi daun bergerigi, ujung daun runcing, pangkal
membulat, panjangnya 6-25 cm, lebarnya 3-8 cm, berambut dan berwarna hijau.
Bunga tumbuhan majemuk, bentuk malai, kelopak bulat telur, panjang 2-5 cm,
kuning keputih-putihan. Buahnya berbentuk bulat, diameter ±12mm, masih muda
hijau dan setelah tua ungu kehitaman dengan biji kecil, bentuk segitiga dan
berwarna putih kekuningan. Tumbuhan ini termasuk tumbuhan berakar tunggal
dengan warna coklat muda (Depkes RI, 2001).
4.
Kandungan Kimia
a. Flavonoid
Kandungan
kimia tumbuhan daun, buah dan akar mali-mali mengandung flavonoida (Warintek,
2011).
Flavonoid
merupakan kandungan khas tumbuhan hijau dan sebenarnya terdapat pada semua
bagian tumbuhan termasuk daun, akar, kayu, kulit, tepung sari, nectar, bunga,
buah buni, dan biji (Markham,2005).
b. Tanin
Tanin
merupakan substrat kompleks yang biasanya terjadi sebagai campuran polifenol
yang sulit diseparasi karena tidak dapat di kristalkan. Tanin dapat tersebar
luas dalam tumbuhan berpembuluh dalam angiospermae khususnya dalam jaringan
kayu. Dalam dunia kesehatan tanin digunakan sebagai astringen yang
mengakibatkan pengurangan bengkak (edema), radang dan sekresi pada
gastrointestinal dan pada abrasi kulit (Dalimartha, 2001).
c. Steroid
Sebagian
besar senyawa steroid dan terpenoid adalah senyawa non polar, karena itu dapat
dipisahkan dari komponen tumbuhan yang polar dengan mengekstraksi menggunakan
pelarut seperti benzene atau eter (Dalimartha, 2001).
d. Saponin
Disamping
itu daun dan akarnya mengandung saponin, daunnya mengandung polifenol, buah
serta akarnya juga mengandung tanin (Warintek, 2011).
5.
Manfaat Tanaman
Daun mali-mali atau daun girang (Leea indica L) berkhasiat sebagai
sebagai obat pusing kepala (Warintek, 2011).
Daun mali-mali atau daun girang (Leea indica L) berkhasiat sebagai pusing
kepala. Untuk obat pusing kepala dipakai ± 7 gram daun segar mali-mali, dicuci
ditumbuk sampai lumat, kemudian di tempelkan pada pelipis kanan dan kiri
(Rahman, 2012).
B.
Uraian Percobaan
Ekstrak
adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat aktif dari
simplisisa nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai,
kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang
tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah ditetapkan
(Tobo, 2011).
Ekstraksi adalah pemurnian
suatu senyawa. Ekstraksi cairan-cairan merupakan suatu teknik dalam suatu
larutan (biasanya dalam air) dibuat bersentuhan dengan suatu pelarut kedua
(biasanya organik), yang pada dasarnya tidak saling bercampur dan menimbulkan
perpindahan satu atau lebih zat terlarut (solut) ke dalam pelarut kedua itu.
Pemisahan itu dapat dilakukan dengan mengocok-ngocok larutan dalam sebuah
corong pemisah selama beberapa menit (Shevla, 2005).
Partisi zat-zat terlarut
antara dua cairan yang tidak dapat tercampur (immiscible) menawarkan banyak
kemungkinan yang menarik untuk pemisahan analitis. Bahkan di mana tujuan primernya
adalah bukan analitis namun preparative, ekstraksi pelarut dapat merupakan
suatu langkah penting dalam urutan yang menuju ke suatu produk murninya dalam
laboratorium organik, anorganik atau biokimia. Pemisahan ekstraksi pelarut
biasanya bersih dalam arti tak ada analog, kopresipitasi dengan sistem semacam
itu (Khopkar, 2008).
1.
Dasar
pemilihan metode ekstraksi
Pemilihan metode penyarian ditentukan oleh
karakteristik simplisia yang akan diambil sarinya dan sifat komponen kimia yang
dikandung oleh simplisia tersebut. Penyarian disamping memperhatikan sifat
fisik simplisia dan sifat komponen kimia yang dikandung (zat aktifnya), harus
juga memperhatikan zat – zat yang sering terdapat dalam simplisia seperti
protein, karbohidrat, lemak, getah dan gula (Adrian, 2008).
Ada beberapa metode yang dapat dilakukan
untuk mengambil komponen berkhasiat dalam tanaman, diantaranya dengan melakukan
perendaman, mengaliri simplisia dengan pelarut tertentu ataupun yang lebih umum
dengan melakukan perebusan dengan tidak melakukan proses pendidihan serta
dengan memanaskan cairan penyari bersama dengan simplisia yang akan diambil
sarinya (Adrian, 2008).
2.
Tujuan
ekstraksi
Tujuan ekstraksi adalah untuk menarik semua
komponen kimia yang terdapat dalam simplisia dengan menggunakan pelarut organik
tertentu. Ekstraksi ini didasarkan pada perpindahan massa komponen zat padat ke
dalam pelarut dimana perpindahan mulai terjadi pada lapisan antar muka,
kemudian berdifusi masuk ke dalam pelarut. Prosesnya adalah sebagai berikut :
pelarut organik akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang
mengandung zat aktif, zat aktif akan terelarut sehingga terjadi perbedaan
konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam sel dan pelarut organik di luar
sel. Maka larutan terpekat akan berdifusi keluar sel, dan proses ini berulang
terus sampai terjadi keseimbangan antara konsentrasi zat aktif di dalam dan
diluar sel (Sudjadi, 2006).
Tujuan dari dilakukannya ekstraksi atau
penyarian adalah untuk menarik zat aktif atau komponen kimia yang terdapat pada
simplisia atau bahan alam, baik berupa zat aktif yang dapat larut maupun zat
yang tidak larut seperti serat, karbohidrat, protein dan lain-lain (Adrian,
2008).
Secara umum dapat dibagi empat tujuan
ekstraksi (Hostettmann,2005):
- Senyawa kimia telah diketahui identitasnya untuk diekstraksi dari organisme dalam kasus ini, prosedur yang telah dipublikasikan dapat diikuti dan dibuat modifikasi dan sesuai untuk pengembangan proses atau menyesuaikannya dengan kebutuhan pemakai.
- Bahan dapat diperiksa untuk menemukan senyawa kimia tertentu misalnya alkaloid, flavanoid atau saponin, meskipun struktur kimia sebetulnya dari senyawa ini bahkan keberadaannya belum diketahui. Dalam situasi seperti ini metode umum yang dapat digunakan untuk senyawa kimia yang diminati dapat diperoleh dari pustaka. Hal ini diikuti dengan uji kimia atau kromatografi yang sesuai untuk senyawa kimia tersebut.
- Organisme digunakan dalam pengobatan tradisional, dan biasanya dibuat dengan cara, misalnya Traditional Chinese Medicine (TCM) seringkali membutuhkan herba yang dididihkan dalam air dan dekok dalam air untuk diberikan sebagai obat.
- Sifat senyawa kimia yang akan diisolasi belum ditemukan sebelumnya dengan cara apapun. Situasi ini (utamanya dalam program screening) dapat timbul jika tujuannya adalah untuk menguji organisme, baik yang dipilih secara acak atau didasarkan pada penggunaan tradisional untuk mengetahui senyawa dengan aktivitas khusus. Oleh karena itu perlu pemilihan metode ekstraksi yang sesuai untuk bioassay yang juga mencoba mengekstraksi sebanyak mungkin tipe senyawa kimia.
3.
Jenis-jenis
ekstraksi
Pembagian
metode ekstraksi (Anonim, 2016)
a. Berdasarkan
perbedaan suhu
1. Penyarian
panas : Destilasi uap air, Reflux
2. Penyarian
dingin : Maserasi, Perkolasi, dan Soxhlet
b. Didasarkan
proses tersarinya Senyawa aktif
1. Berkesinambungan : Perkolasi, Soxhletasi, dan Refluks.
2. Tidak berkesinambungan : Maserasi, destilasi uap air
4. Cara-cara ekstraksi
a. Maserasi
Maserasi merupakan cara penyarian yang sederhana.
Maserasi dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari
(Dirjen POM, 1986).
10 bagian simplisia dengan derajat halus yang cocok
dimasukkan ke dalam bejana, kemudian dituangi dengan 75 bagian cairan penyari,
ditutup dan dibiarkan selama 5 hari terlindung dari cahaya, sembil
berulang-ulang diaduk. Setelah 5 hari sari diserkai, ampas diperas. Ampas
ditambah cairan penyari secukupnya diaduk dan diserkai sehingga diperoleh
seluruh sari sebanyak 100 bagian. Bejana ditutup, dibiarkan ditempat sejuk,
terlindung dari cahaya selama 2 hari. Kemudian endapan dipisahkan (Dirjen POM, 1986).
b. Perkolasi
Perkolasi adalah cara penyarian yang dilakukan dengan
mengalirkan cairan penyari melalui serbuk simplisia yang telah dibasahi (Dirjen POM, 1986).
Dibasahi 10 bagian simplisia atau campuran simplisia
dengan derajat halus yang cocok dengan 2.5 bagian sampai 5 bagian cairan
penyari, lalu dimasukkan ke dalam bejana tertutup sekurang-kurangnya selama 3
jam. Kemudian massa dipindahkan sedikit demi sedikit ke dalam percolator sambil
tiap kali ditekan hati-hati. Selanjutnya dituangi dengan cairan penyari secukupnya
sampai cairan mulai menetes dan di atas simplisia masih terdapat selapis cairan
penyari. Kemudian percolator ditutup dan dibiarkan selama 24 jam. Selanjutnya
cairan dibiarkan menetes dengan kecepatan 1 ml per menit dan ditambahkan
berulang-ulang cairan penyari secukupnya sehingga selalu terdapat selapis
cairan penyari di atas simplisia, hingga jika 500 mg perkolat yang keluar
terakhir diuapkan, tidak meninggalkan sisa. Perkolat kemudian disuling atau
diuapkan dengan tekanan rendah pada suhu tidak lebih dari 50oC
hingga konsistensi yang dikehendaki. Pada pembuatan ekstrak cair 0,8 bagian
perkolat pertama dipisahkan, perkolat selanjutnya dicampurkan ke dalam
perklolat pertama (Dirjen POM, 1986).
c. Soxhletasi
Soxhletasi merupakan penyarian simplisia secara
berkesinambungan, cairan penyari dipanaskan sehingga menguap, uap cairan
penyari terkondensasi menjadi molekul-molekul air oleh pendingin balik dan
turun menyari simplisia dalam klongsong dan selanjutnya masuk kembali ke dalam
labu alas bulat setelah melewati pipa sifon. Proses ini berlangsung hingga
penyarian zat aktif sempurna yang ditandai dengan beningnya cairan penyari yang
melalui pipa sifon atau jika diidentifikasi dengan kromatografi lapis tipis
tidak memberikan noda lagi (Tobo, 2011).
d. Refluks
Cara ini termasuk cara ekstraksi berkesinambungan. Bahan
yang akan diekstraksi direndam dalam cairan penyari dalam labu alas bulat yang
dilengkapi dengan pendingin tegak, kemudian dipanaskan sampai mendidih cairan
penyari akan menguap, uap tersebut diembunkan oleh pendingin tegak dan turun
kembali menyari zat aktif dalam simplisia demikian seterusnya. Ekstraksi secara
refluks biasanya dilakukan selama 3 x 4 jam (Tobo, 2011).
Sampel atau bahan yang akan diekstraksi ditimbang kemudian dimasukkan ke dalam labu
alas bulat dan diisi dengan cairan penyari yang sesuai misalnya methanol sampai
serbuk simplisia terendam kurang lebih 2 cm di atas permukaan simplisia, atau
2/3 volume labu, kemudia labu ala bulat dipasang kuat pada statif dan
ditempatkan di atas water bath atau heating mantel lalu dipasang kondensor pada
labu alas bulat yang dikuatkan dengan klem dan statif. Aliran air dan pemanas
dijalankan sesuai dengan suhu pelarut yang digunakan. Setelah 4 jam dilakukan
penyaringan, filtrate ditampung dalam wadah penampung dan ampasnya ditambah
lagi dengan pelarut dan dikerjakan seperti semula. Ekstraksi dilakukan 3- 4
jam. Filtrat yang diperoleh dikumpulkan dan dipekatkan dengan rotavapor (Dirjen POM, 1986).
Keuntungan dari metode ini adalah digunakan untuk
mengekstraksi sampel-sampel yang mempunyai tekstur kasar dan tahan pemanasan
langsung.. Kerugiannya adalah membutuhkan volume total pelarut yang besar dan
sejumlah manipulasi dari operator (Dirjen POM, 1986).
e. Destilasi uap air
Metode destilasi uap air
diperuntukkan untuk menyari simplisia yang mengandung minyak menguap atau
mengandung komponen kimia yang mempunyai titik didih tinggi pada tekanan udara
normal. Pada metode ini uap air digunakan untuk menyari simplisia dengan adanya
pemanasan kecil uap air tersebut menguap kembali bersama minyak mengaup dan
dikondensasikan oleh kondensor sehingga terbentuk molekul-molekul air yang
menetes ke dalam corong pisah penampung yang telah diisi air. Penyulingan dilakukan
hingga sempurna (Tobo, 2011).
Destilasi uap adalah metode yang popular untuk ekstraksi
minyak-minyak menguap (esensial) dari sampel tanaman. Inin dilakukan beberapa
cara. Salah satu metodenya adalah mencampur bahan dengan air lalu dipanaskan
hingga mendidih (destilasi dengan air). Uap yang timbul dikumpulkan dan
dibiarkan mengembun dan minyak terpisah dari air. Tetapi jika minyak tersebut
harus dihindarkan dari pemanasan yang berlebihan, maka uap dari generator yang
terpisah dapat dibuat dengan melewati sampel tanaman, yang disuspensikan dalam
air tetapi tidak dipanaskan (destilasi uap air) atau langsung melewati sampel
tanaman yang diletakkan dalam jarak yang diatur antara pintu masuk uap dan
kondensor (destilasi uap langsung) (Dirjen POM, 1986).
Destilasi uap berpegang pada prinsip fisika, yaitu jika 2
cairan tidak saling bercampur digabungkan, tiap cairan bertindak seolah-olah
pelarut itu hanya sendiri, dan menggunakan tekanan uap. Tekanan uap total dari
campuran yang mendidih sama dengan jumlah tekanan uap parsial, yaitu tekanan
yang digunakan oleh komponen tunggal. Karena pendidihan yang dimaksud yaitu
tekanan uap total sama dengamtekana atmosfer, titik didih dicapai pada
temperature yang lebih rendah daripada jika tiap-tiap cairan berada dalam
keadaaan murni (Dirjen POM, 1986).
Sampel yang akan diekstraksi direndam dalam gelas kimia
selama 2 jam setelah itu dimasukkan ke dalam bejana B, bejana A diisi air dan
pipa-pipa penyambung serta kondensor dan penampung corong pisah dipasang dengan
kuat. Api Bunsen bejana A dinyalakan sehingga airnya mendidih dan diperleh uap
air yang selanjutnya masuk ke dalam bejana B melalui pipa penghubung untuk
menyari sample dengan adanya bantuan api kecil pada bejana B, minyak menguap
yang terlah tersari selanjutnya mengaup menuju kondensor, karena adanya
pendinginan balik uap dari minyak menguap ini mengalami yang menetes ke dalam
corong pisah penampung yang telah berisi air (Tobo, 2011).
BAB
III
METODE
PRAKTIKUM
A.
Alat dan Bahan
1.
Alat
Alat yang digunakan pada saat praktikum yaitu
batang pengaduk, cawan porselin, corong, gelas ukur, gelas kimia, sendok
tandung, toples, perkolator, seperangkat alat refluks, seperangkat alat
soxhlet, bejana maserasi.
3.
Bahan
Bahan
yang digunakan pada saat praktikum ini yaitu simplisia, metanol, kertas saring.
B.
Prosedur Kerja (Anonim, 2016)
1. Maserasi
a) Timbang
300 gram serbuk simplisia.
b) Masukkan
serbuk simplisia ke dalam bejana maserasi atau toples.
c) Dimasukkan
larutan sebanyak 75 bagian dari cairan penyari
d) Toples
ditutup dengan menggunakan aluminiumfoil, di diamkan selama 1 minggu dimana
setiap hari di aduk dan selama 3 hari sekali pelarutnya di ganti.
2. Perkolasi
a) Timbang
50 gram serbuk simplisia.
b) Disiapkan
seperangkat alat perkolasi, dimana di dalam perkolator terdapat kapas dan
kertas saring yang berada di ujung perkolator.
c) Dimasukkan
serbuk simplisia ke dalam perkolator.
d) Kemudian
dimasukkan cairan penyari dan dilakukan maserasi selama satu jam.
e) Setelah
itu kran perkolator dibuka dan dibuka dengan kecepatan mengalir 1ml permenit.
f) Perkolat
yang diperoleh dikumpulkan dan dipekatkan dengan rotavapor.
3. Soxhletasi
a) Timbang
30 gram serbuk simplisia.
b) Disiapkan
klonsong, dimana di dalam klonsong terdapat kertas saring yang sudah di bentuk
(tinggi sampel dalam klonsong tidak boleh lebih tinggi dari pipa siphon).
c) Setelah
itu masukkan serbuk simplisia ke dalam klonsong dan masukkan cairan penyari ke
dalam labu alas bulat.
d) Kemudian
tempatkan labu alas bulat di atas water bath dan di klem dengan kuat, setelah
itu klonsong yang telah di isi dengan sampel dipasang pada labu alas bulat yang
dikuatkan dengan klem, dan cairan penyari ditambahkan untuk membasahi sampel
yang ada di dalam klonsong.
e) Setelah
itu mantel di sambungkan ke sumber arus listrik dan distel pada suhu yang
sesuai.
f) Ekstrak
yang diperoleh dikumpulkan dan dipekatkan pada alat rotavapor.
4. Refluks
a) Timbang
50 gram serbuk simplisia.
b) Sampel
serbuk simplisia dibasahi menggunakan metanol.
c) Sampel
dimasukkan ke dalam labu alas bulat.
d) Setelah
itu labu alas bulat di tempatkan di atas water bath dan di klem dengan kuat.
e) Mantel
disambungkan ke sumber arus listrik dan distel pada suhu yang sesuai sampai
mendidih.
f) Cairan
penyari akan menguap, uap tersebut akan di kondensasikan oleh pendingin balik
sehingga mengalami kondensasi menjadi molekul-molekul cairan.
g) Prosesnya
berlangsung secara berkesinambungan.
h) Lakukan
sebanyak 3 kali selama 4 jam.
BAB
IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
No.
|
Pengamatan
|
Sampel
l
|
Sampel
ll
|
1.
2.
3.
4.
5.
6.
|
Metode ekstraksi
Bobot sebelum di ekstraksi
(g)
Bobot ekstrak kering (g)
Persenase ekstrak (%)/
rendamen
Jumlah cairan penyari (ml)
Jumlah ekstrak cair (ml)
|
Perkolasi
50 gram
1,0556 gr
2,1312%
380 ml
170 ml
|
Soxhleasi
30 gram
1,431 gr
4,77%
500 ml
420 ml
|
B.
Pembahasan
Ekstraksi
adalah penyarian zat-zat aktif dari bagian tanaman obat.Adapun tujuan dari
ekstraksi yaitu untuk menarik komponen kimia yang terdapat dalam simplisia.
Tujuan ekstraksi adalah untuk menarik semua komponen kimia yang terdapat dalam
simplisia. Ekstraksi ini didasarkan pada perpindahan massa komponen zat padat
ke dalam pelarut dimana perpindahan mulai terjadi pada lapisan antar muka,
kemudian berdifusi masuk ke dalam pelarut.
Proses pengekstraksian komponen
kimia dalam sel tanaman yaitu pelarut organik akan menembus dinding sel dan
masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif, zat aktif akan larut dalam
pelarut organik di luar sel, maka larutan terpekat akan berdifusi keluar sel
dan proses ini akan berulang terus sampai terjadi keseimbangan antara
konsentrasi cairan zat aktif di dalam dan di luar sel.
Prinsip
Maserasi, Penyarian zat aktif yang dilakukan dengan cara
merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari yang sesuai selama tiga hari
pada temperatur kamar terlindung dari cahaya, cairan penyari akan masuk ke
dalam sel melewati dinding sel. Isi sel akan larut karena adanya
perbedaan konsentrasi antara larutan di dalam sel dengan di luar sel. Larutan
yang konsentrasinya tinggi akan terdesak keluar dan diganti oleh cairan penyari
dengan konsentrasi rendah ( proses difusi ). Peristiwa tersebut berulang sampai
terjadi keseimbangan konsentrasi antara larutan di luar sel dan di dalam sel.
Selama proses maserasi dilakukan pengadukan dan penggantian cairan penyari
setiap hari. Endapan yang diperoleh dipisahkan dan filtratnya dipekatkan.
Keuntungan dari metode meserasi adalah
peralatannya sederhana. Sedang kerugiannya antara lain waktu yang diperlukan
untuk mengekstraksi sampel cukup lama, cairan penyari yang digunakan lebih
banyak, tidak dapat digunakan untuk bahan-bahan yang mempunyai tekstur keras
seperti benzoin, tiraks dan lilin.
Alasan
menggunakan pelarut metanol karena memiliki tingkat kepolaran
yang tinggi, cocok untuk mengekstrak senyawa-senyawa yang polar dari tanaman.
Pelarut polar cenderung universal digunakan karena biasanya walaupun polar, tetap
dapat menyari senyawa-senyawa dengan tingkat kepolaran lebih rendah
Proses pengekstraksian komponen
kimia dalam sel tanaman yaitu pelarut organik akan menembus dinding sel dan
masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif, zat aktif akan larut dalam
pelarut organik di luar sel, maka larutan terpekat akan berdifusi keluar sel
dan proses ini akan berulang terus sampai terjadi keseimbangan antara
konsentrasi cairan zat aktif di dalam dan di luar sel.
Prinsip
Maserasi, Penyarian zat aktif yang dilakukan dengan cara
merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari yang sesuai selama tiga hari
pada temperatur kamar terlindung dari cahaya, cairan penyari akan masuk ke
dalam sel melewati dinding sel. Isi sel akan larut karena adanya
perbedaan konsentrasi antara larutan di dalam sel dengan di luar sel. Larutan
yang konsentrasinya tinggi akan terdesak keluar dan diganti oleh cairan penyari
dengan konsentrasi rendah ( proses difusi ). Peristiwa tersebut berulang sampai
terjadi keseimbangan konsentrasi antara larutan di luar sel dan di dalam sel.
Selama proses maserasi dilakukan pengadukan dan penggantian cairan penyari
setiap hari. Endapan yang diperoleh dipisahkan dan filtratnya dipekatkan.
Keuntungan dari metode meserasi adalah
peralatannya sederhana. Sedang kerugiannya antara lain waktu yang diperlukan
untuk mengekstraksi sampel cukup lama, cairan penyari yang digunakan lebih
banyak, tidak dapat digunakan untuk bahan-bahan yang mempunyai tekstur keras
seperti benzoin, tiraks dan lilin.
Adapun
persentase ekstrak yang pada perkolasi 2,4312% dan persentase ekstrak pada
soxhletasi adalah 4,77% yang diperoleh dari pembagian bobotekstrak dan bobot
sampel lalu dibagi 100%.
BAB
V
KESIMPULAN
DAN SARAN
A.
Kesimpulan
Berdasarkan percobaan
yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa :
1.
Untuk metode perkolasi
didapatkan % rendamen yaitu 2,1312 % .
2.
Untuk metode soxhletasi
didapatkan % rendamennya yaitu 4,77 %.
B.
Saran
Agar praktikan dapat
menguasai cara kerja pada saat praktikum dan memahaminya.
DAFTAR
PUSTAKA
Anonim.,2016.Penuntun dan Buku Kerja Praktikum Fitokimia
I. Laboratorium farmakologi, Fakultas Farmasi;Makassar
Adrian. 2008. “TeknikKromatografi”. PenerbitAndi : Yogyakarta.
Andersen,M.Markham., 2006. Flavonoids. New York: Taylor &
Francis Group
Dirjen POM, 1986, Farmakope Indonesia edisi IV, Departemen
Kesehatan Republik Indonesia.
Dalimartha, S., 2001. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid
2.h. 140-145. Trubus agriwidya :Jakarta
Hostettmann. 2005. “Cara KromatografiPreparatif”. ITB : Bandung.
Khopkar. 2008. “Konsep Dasar
Kimia Analitik”. Cetakan Pertama. Penerbit Universitas Indonesia:
Jakarta
Rahman., 2012. Quality and Sustainability Criteria in Purchase
Decision of Teenagers
Shevla. 2005.” Analisis Anorganik
Kualitatif Makrodan Semimakro” .Cetakan
Pertama. Penerbit PT Kalman Media Pustaka: Jakarta
Sudjadi, 2006.
“MetodePemisahan”. UGM Press :
Yogyakarta.
Tobo,
Fachruddin. 2011. “Buku Pengangan Laboratorium Fitokimia I”. Universitas Hasanuddin : Makassar
Warintek., 2011. Kimia Pangan dan Gizi. Graha ilmu :Jakarta
LAMPIRAN
SKEMA KERJA
a. Maserasi
Serbuk 300 gram
Metanol
250 mL
Diaduk, didiamkan selama 3
hari
Disaring
dan diambil sarinya
b. Perkolasi
Sampel
50 gram
Dibasahi
metanol
Perkolator
Metanol 50 mL
Diambil sarinya
c. Soxhletasi
Sampel
50 gram
Disoxletasi selama 2 jam
Diambil
sarinya
LAMPIRAN
PERHITUNGAN
A. Perkolasi
% rendamen =
=
=
2,1312 %
B. Soxhletasi
% rendamen =
=
=
4,77 %
LAMPIRAN GAMBAR
Metode
Maserasi
Metode
perkolasi
Metode
soxhletasi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar