Rabu, 31 Oktober 2018

ekstraksi sampel


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak di zona khatulistiwa (tropik) dan terkenal mempunyai kekayaan alam dengan beranekaragam jenis tumbuhan, tetapi potensi ini belum seluruhnya dimanfaatkan sebagai bahan industri khususnya tumbuhan berkasiat obat.Masyarakat Indonesia secara turun-temurun telah memanfaatkan berbagai jenis tumbuhan untuk bahan obat tradisional baik sebagai tindakan pencegahan maupun pengobatan terhadap berbagai jenis penyakit. Pemanfaatan tumbuhan obat tradisional akan terus berlangsung terutama sebagai obat alternatif, hal ini terlihat pada masyarakat daerah yang sulit dijangkau oleh fasilitas kesehatan modern. Dalam masa krisis ekonomi seperti saat ini, penggunaan obat tradisional lebih menguntungkan karena relatif lebih mudah didapat, lebih murah dan dapat diramu sendiri, selain itu bahan bakunya dapat ditanam di halaman rumah sebagai penghias taman ataupun peneduh halaman .
Didaerah-daerah pedalaman, banyak masyarakat yang masih menggunakan tumbuh-tumbuhan yang mereka anggap mempunyai khasiat untuk pengobatan untuk beberapa penyakit tertentu, tanpa pengetahuan dasar.Ada beberapa kasus, dimana masyarakat menggunakan suatu obat, yang ternyata setelah diketahui zat aktifnya melalui ekstraksi dan identifikasi komponen kimia, ternyata memberikan efek yang berlawanan, hal ini tentunya membahayakan bagi jiwa manusia.
Dari alasan tersebut di atas, maka dianggap perlu pengetahuan yang cukup untuk mengenal berbagai macam tumbuhan yang berkhasiat obat, mulai dari morfologi, kegunaan, prinsip-prinsip ekstraksi, isolasi dan identifikasi komponen kimia yang terdapat dalam suatu simplisia, khususnya bagi seorang farmasis. Dan pada laporan ini, akan diidentifikasi komponen kimia sampel daun waru , dengan terlebih dahulu di ekstraksi.
Alasan dilakukannya percobaan ekstraksi agar dapat memisahkan kandungan kimia pada sampel dengan cara ekstraksi pelarut untuk menghasilkan sari/ekstrak dari tanaman tertentu yang akan digunakan sebagai obat atau bahan obat dengan menggunakan pelarut yang sesuai.
B. Maksud
Maksud pada praktikum ini yaitu  untuk melakukan ekstraksi sampel pada tumbuhan daun mali-mali (Leea indica L) dengan menggunakan metode panas dan dingin.
C. Tujuan
Tujuan pada praktikum ini yaitu untuk memahami cara mengekstraksi sampel pada tumbuhan daun mali-mali (Leea indica L) menggunakan metode panas yaitu soxhlet dan dingin yaitu maserasi dan perkolasi serta mendapat ekstrak cair dari sampel tumbuhan daun mali-mali (Leea indica L).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Uraian Tanaman
1.    Klasifikasi (Warintek,2011)
Kingdom              :Plantae
Devisio                 :Spermatophyta
Subdiviso                        :Angiospernae
Class                    :Dicotyledonae
Ordo                     :Rhumnales
Family                  :Leeaceae                         
Genus                  :Leea
Spesies                :Leea indica (Burm. F.) Merr.
2.    Nama Lain
Daun girang (Leea indeca L) memiliki nama lain seperti : ginggiyang (Sunda), girang (Jawa tengah), jirang (Madura), kayu ajer perempuan (Melayu), mali-mali (Makassar, uka (Maluku) (Depkes RI,2001).
3.    Morfologi Tanaman
Tumbuhan daun girang (Leea indica L) merupakan tumbuhan perdu, tahunan tingginya 1  - 3m. Batang tumbuhan ini berkayu, bercabang, bentuk bulat, masih muda merambat dan hijau. Daun tumbuhan majemuk, anak daun lanset, bertangkai pendek, tapi daun bergerigi, ujung daun runcing, pangkal membulat, panjangnya 6-25 cm, lebarnya 3-8 cm, berambut dan berwarna hijau. Bunga tumbuhan majemuk, bentuk malai, kelopak bulat telur, panjang 2-5 cm, kuning keputih-putihan. Buahnya berbentuk bulat, diameter ±12mm, masih muda hijau dan setelah tua ungu kehitaman dengan biji kecil, bentuk segitiga dan berwarna putih kekuningan. Tumbuhan ini termasuk tumbuhan berakar tunggal dengan warna coklat muda (Depkes RI, 2001).
4.     Kandungan Kimia
a.    Flavonoid
Kandungan kimia tumbuhan daun, buah dan akar mali-mali mengandung flavonoida (Warintek, 2011).
Flavonoid merupakan kandungan khas tumbuhan hijau dan sebenarnya terdapat pada semua bagian tumbuhan termasuk daun, akar, kayu, kulit, tepung sari, nectar, bunga, buah buni, dan biji (Markham,2005).
b.    Tanin
Tanin merupakan substrat kompleks yang biasanya terjadi sebagai campuran polifenol yang sulit diseparasi karena tidak dapat di kristalkan. Tanin dapat tersebar luas dalam tumbuhan berpembuluh dalam angiospermae khususnya dalam jaringan kayu. Dalam dunia kesehatan tanin digunakan sebagai astringen yang mengakibatkan pengurangan bengkak (edema), radang dan sekresi pada gastrointestinal dan pada abrasi kulit (Dalimartha, 2001).
c.    Steroid
Sebagian besar senyawa steroid dan terpenoid adalah senyawa non polar, karena itu dapat dipisahkan dari komponen tumbuhan yang polar dengan mengekstraksi menggunakan pelarut seperti benzene atau eter (Dalimartha, 2001).
d.    Saponin
Disamping itu daun dan akarnya mengandung saponin, daunnya mengandung polifenol, buah serta akarnya juga mengandung tanin (Warintek, 2011).
5. Manfaat Tanaman
Daun mali-mali atau daun girang (Leea indica L) berkhasiat sebagai sebagai obat pusing kepala (Warintek, 2011).
Daun mali-mali atau daun girang (Leea indica L) berkhasiat sebagai pusing kepala. Untuk obat pusing kepala dipakai ± 7 gram daun segar mali-mali, dicuci ditumbuk sampai lumat, kemudian di tempelkan pada pelipis kanan dan kiri (Rahman, 2012).





B. Uraian Percobaan
Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat aktif dari simplisisa nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah ditetapkan (Tobo, 2011).
Ekstraksi adalah pemurnian suatu senyawa. Ekstraksi cairan-cairan merupakan suatu teknik dalam suatu larutan (biasanya dalam air) dibuat bersentuhan dengan suatu pelarut kedua (biasanya organik), yang pada dasarnya tidak saling bercampur dan menimbulkan perpindahan satu atau lebih zat terlarut (solut) ke dalam pelarut kedua itu. Pemisahan itu dapat dilakukan dengan mengocok-ngocok larutan dalam sebuah corong pemisah selama beberapa menit (Shevla, 2005).
Partisi zat-zat terlarut antara dua cairan yang tidak dapat tercampur (immiscible) menawarkan banyak kemungkinan yang menarik untuk pemisahan analitis. Bahkan di mana tujuan primernya adalah bukan analitis namun preparative, ekstraksi pelarut dapat merupakan suatu langkah penting dalam urutan yang menuju ke suatu produk murninya dalam laboratorium organik, anorganik atau biokimia. Pemisahan ekstraksi pelarut biasanya bersih dalam arti tak ada analog, kopresipitasi dengan sistem semacam itu (Khopkar, 2008).


1.    Dasar pemilihan metode ekstraksi
Pemilihan metode penyarian ditentukan oleh karakteristik simplisia yang akan diambil sarinya dan sifat komponen kimia yang dikandung oleh simplisia tersebut. Penyarian disamping memperhatikan sifat fisik simplisia dan sifat komponen kimia yang dikandung (zat aktifnya), harus juga memperhatikan zat – zat yang sering terdapat dalam simplisia seperti protein, karbohidrat, lemak, getah dan gula (Adrian, 2008).
Ada beberapa metode yang dapat dilakukan untuk mengambil komponen berkhasiat dalam tanaman, diantaranya dengan melakukan perendaman, mengaliri simplisia dengan pelarut tertentu ataupun yang lebih umum dengan melakukan perebusan dengan tidak melakukan proses pendidihan serta dengan memanaskan cairan penyari bersama dengan simplisia yang akan diambil sarinya (Adrian, 2008).
2.    Tujuan ekstraksi
Tujuan ekstraksi adalah untuk menarik semua komponen kimia yang terdapat dalam simplisia dengan menggunakan pelarut organik tertentu. Ekstraksi ini didasarkan pada perpindahan massa komponen zat padat ke dalam pelarut dimana perpindahan mulai terjadi pada lapisan antar muka, kemudian berdifusi masuk ke dalam pelarut. Prosesnya adalah sebagai berikut : pelarut organik akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif, zat aktif akan terelarut sehingga terjadi perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam sel dan pelarut organik di luar sel. Maka larutan terpekat akan berdifusi keluar sel, dan proses ini berulang terus sampai terjadi keseimbangan antara konsentrasi zat aktif di dalam dan diluar sel (Sudjadi, 2006).
Tujuan dari dilakukannya ekstraksi atau penyarian adalah untuk menarik zat aktif atau komponen kimia yang terdapat pada simplisia atau bahan alam, baik berupa zat aktif yang dapat larut maupun zat yang tidak larut seperti serat, karbohidrat, protein dan lain-lain (Adrian, 2008).
Secara umum dapat dibagi empat tujuan ekstraksi  (Hostettmann,2005):
  1. Senyawa kimia telah diketahui identitasnya untuk diekstraksi dari organisme dalam kasus ini, prosedur yang telah dipublikasikan dapat diikuti dan  dibuat modifikasi dan sesuai untuk pengembangan  proses atau menyesuaikannya dengan kebutuhan pemakai.
  2. Bahan dapat diperiksa untuk menemukan senyawa kimia           tertentu misalnya alkaloid, flavanoid atau saponin, meskipun struktur kimia sebetulnya dari senyawa ini bahkan keberadaannya belum diketahui. Dalam situasi seperti ini metode umum yang dapat digunakan untuk senyawa kimia yang diminati dapat diperoleh dari pustaka. Hal ini diikuti dengan uji kimia atau kromatografi yang sesuai untuk senyawa kimia tersebut.
  3. Organisme digunakan dalam pengobatan tradisional, dan biasanya dibuat dengan cara, misalnya Traditional Chinese Medicine (TCM) seringkali membutuhkan herba yang dididihkan dalam air dan dekok dalam air untuk diberikan sebagai obat.
  4. Sifat senyawa kimia yang akan diisolasi belum ditemukan sebelumnya dengan cara apapun. Situasi ini (utamanya dalam program screening) dapat timbul jika tujuannya adalah untuk menguji organisme, baik yang dipilih secara acak atau didasarkan pada penggunaan tradisional untuk mengetahui senyawa dengan aktivitas khusus. Oleh karena itu perlu pemilihan metode ekstraksi yang sesuai untuk bioassay yang juga mencoba mengekstraksi sebanyak mungkin tipe senyawa kimia.
3.    Jenis-jenis ekstraksi
Pembagian metode ekstraksi (Anonim, 2016)
a.  Berdasarkan perbedaan suhu
1.    Penyarian panas : Destilasi uap air, Reflux
2.    Penyarian dingin : Maserasi, Perkolasi, dan Soxhlet
b.  Didasarkan proses tersarinya Senyawa aktif
1.    Berkesinambungan : Perkolasi, Soxhletasi, dan Refluks.
2.    Tidak berkesinambungan : Maserasi, destilasi uap air


4.    Cara-cara ekstraksi
a.    Maserasi
Maserasi merupakan cara penyarian yang sederhana. Maserasi dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari (Dirjen POM, 1986).
10 bagian simplisia dengan derajat halus yang cocok dimasukkan ke dalam bejana, kemudian dituangi dengan 75 bagian cairan penyari, ditutup dan dibiarkan selama 5 hari terlindung dari cahaya, sembil berulang-ulang diaduk. Setelah 5 hari sari diserkai, ampas diperas. Ampas ditambah cairan penyari secukupnya diaduk dan diserkai sehingga diperoleh seluruh sari sebanyak 100 bagian. Bejana ditutup, dibiarkan ditempat sejuk, terlindung dari cahaya selama 2 hari. Kemudian endapan dipisahkan (Dirjen POM, 1986).
b.    Perkolasi
Perkolasi adalah cara penyarian yang dilakukan dengan mengalirkan cairan penyari melalui serbuk simplisia yang telah dibasahi (Dirjen POM, 1986).
Dibasahi 10 bagian simplisia atau campuran simplisia dengan derajat halus yang cocok dengan 2.5 bagian sampai 5 bagian cairan penyari, lalu dimasukkan ke dalam bejana tertutup sekurang-kurangnya selama 3 jam. Kemudian massa dipindahkan sedikit demi sedikit ke dalam percolator sambil tiap kali ditekan hati-hati. Selanjutnya dituangi dengan cairan penyari secukupnya sampai cairan mulai menetes dan di atas simplisia masih terdapat selapis cairan penyari. Kemudian percolator ditutup dan dibiarkan selama 24 jam. Selanjutnya cairan dibiarkan menetes dengan kecepatan 1 ml per menit dan ditambahkan berulang-ulang cairan penyari secukupnya sehingga selalu terdapat selapis cairan penyari di atas simplisia, hingga jika 500 mg perkolat yang keluar terakhir diuapkan, tidak meninggalkan sisa. Perkolat kemudian disuling atau diuapkan dengan tekanan rendah pada suhu tidak lebih dari 50oC hingga konsistensi yang dikehendaki. Pada pembuatan ekstrak cair 0,8 bagian perkolat pertama dipisahkan, perkolat selanjutnya dicampurkan ke dalam perklolat pertama (Dirjen POM, 1986).
c.    Soxhletasi
Soxhletasi merupakan penyarian simplisia secara berkesinambungan, cairan penyari dipanaskan sehingga menguap, uap cairan penyari terkondensasi menjadi molekul-molekul air oleh pendingin balik dan turun menyari simplisia dalam klongsong dan selanjutnya masuk kembali ke dalam labu alas bulat setelah melewati pipa sifon. Proses ini berlangsung hingga penyarian zat aktif sempurna yang ditandai dengan beningnya cairan penyari yang melalui pipa sifon atau jika diidentifikasi dengan kromatografi lapis tipis tidak memberikan noda lagi (Tobo, 2011).
d.    Refluks
Cara ini termasuk cara ekstraksi berkesinambungan. Bahan yang akan diekstraksi direndam dalam cairan penyari dalam labu alas bulat yang dilengkapi dengan pendingin tegak, kemudian dipanaskan sampai mendidih cairan penyari akan menguap, uap tersebut diembunkan oleh pendingin tegak dan turun kembali menyari zat aktif dalam simplisia demikian seterusnya. Ekstraksi secara refluks biasanya dilakukan selama 3 x 4 jam (Tobo, 2011).
Sampel atau bahan yang akan diekstraksi  ditimbang kemudian dimasukkan ke dalam labu alas bulat dan diisi dengan cairan penyari yang sesuai misalnya methanol sampai serbuk simplisia terendam kurang lebih 2 cm di atas permukaan simplisia, atau 2/3 volume labu, kemudia labu ala bulat dipasang kuat pada statif dan ditempatkan di atas water bath atau heating mantel lalu dipasang kondensor pada labu alas bulat yang dikuatkan dengan klem dan statif. Aliran air dan pemanas dijalankan sesuai dengan suhu pelarut yang digunakan. Setelah 4 jam dilakukan penyaringan, filtrate ditampung dalam wadah penampung dan ampasnya ditambah lagi dengan pelarut dan dikerjakan seperti semula. Ekstraksi dilakukan 3- 4 jam. Filtrat yang diperoleh dikumpulkan dan dipekatkan dengan rotavapor (Dirjen POM, 1986).
Keuntungan dari metode ini adalah digunakan untuk mengekstraksi sampel-sampel yang mempunyai tekstur kasar dan tahan pemanasan langsung.. Kerugiannya adalah membutuhkan volume total pelarut yang besar dan sejumlah manipulasi dari operator (Dirjen POM, 1986).
e.    Destilasi uap air
Metode destilasi uap air diperuntukkan untuk menyari simplisia yang mengandung minyak menguap atau mengandung komponen kimia yang mempunyai titik didih tinggi pada tekanan udara normal. Pada metode ini uap air digunakan untuk menyari simplisia dengan adanya pemanasan kecil uap air tersebut menguap kembali bersama minyak mengaup dan dikondensasikan oleh kondensor sehingga terbentuk molekul-molekul air yang menetes ke dalam corong pisah penampung yang telah diisi air. Penyulingan dilakukan hingga sempurna (Tobo, 2011).
Destilasi uap adalah metode yang popular untuk ekstraksi minyak-minyak menguap (esensial) dari sampel tanaman. Inin dilakukan beberapa cara. Salah satu metodenya adalah mencampur bahan dengan air lalu dipanaskan hingga mendidih (destilasi dengan air). Uap yang timbul dikumpulkan dan dibiarkan mengembun dan minyak terpisah dari air. Tetapi jika minyak tersebut harus dihindarkan dari pemanasan yang berlebihan, maka uap dari generator yang terpisah dapat dibuat dengan melewati sampel tanaman, yang disuspensikan dalam air tetapi tidak dipanaskan (destilasi uap air) atau langsung melewati sampel tanaman yang diletakkan dalam jarak yang diatur antara pintu masuk uap dan kondensor (destilasi uap langsung) (Dirjen POM, 1986).
Destilasi uap berpegang pada prinsip fisika, yaitu jika 2 cairan tidak saling bercampur digabungkan, tiap cairan bertindak seolah-olah pelarut itu hanya sendiri, dan menggunakan tekanan uap. Tekanan uap total dari campuran yang mendidih sama dengan jumlah tekanan uap parsial, yaitu tekanan yang digunakan oleh komponen tunggal. Karena pendidihan yang dimaksud yaitu tekanan uap total sama dengamtekana atmosfer, titik didih dicapai pada temperature yang lebih rendah daripada jika tiap-tiap cairan berada dalam keadaaan murni (Dirjen POM, 1986).
Sampel yang akan diekstraksi direndam dalam gelas kimia selama 2 jam setelah itu dimasukkan ke dalam bejana B, bejana A diisi air dan pipa-pipa penyambung serta kondensor dan penampung corong pisah dipasang dengan kuat. Api Bunsen bejana A dinyalakan sehingga airnya mendidih dan diperleh uap air yang selanjutnya masuk ke dalam bejana B melalui pipa penghubung untuk menyari sample dengan adanya bantuan api kecil pada bejana B, minyak menguap yang terlah tersari selanjutnya mengaup menuju kondensor, karena adanya pendinginan balik uap dari minyak menguap ini mengalami yang menetes ke dalam corong pisah penampung yang telah berisi air (Tobo, 2011).












BAB III
METODE PRAKTIKUM
A. Alat dan Bahan
1. Alat
Alat yang digunakan pada saat praktikum yaitu batang pengaduk, cawan porselin, corong, gelas ukur, gelas kimia, sendok tandung, toples, perkolator, seperangkat alat refluks, seperangkat alat soxhlet, bejana maserasi.
3.    Bahan
Bahan yang digunakan pada saat praktikum ini yaitu simplisia, metanol, kertas saring.
B. Prosedur Kerja (Anonim, 2016)
1. Maserasi
a)    Timbang 300 gram serbuk simplisia.
b)    Masukkan serbuk simplisia ke dalam bejana maserasi atau toples.
c)    Dimasukkan larutan sebanyak 75 bagian dari cairan penyari
d)    Toples ditutup dengan menggunakan aluminiumfoil, di diamkan selama 1 minggu dimana setiap hari di aduk dan selama 3 hari sekali pelarutnya di ganti.


2. Perkolasi
a)    Timbang 50 gram serbuk simplisia.
b)    Disiapkan seperangkat alat perkolasi, dimana di dalam perkolator terdapat kapas dan kertas saring yang berada di ujung perkolator.
c)    Dimasukkan serbuk simplisia ke dalam perkolator.
d)    Kemudian dimasukkan cairan penyari dan dilakukan maserasi selama satu jam.
e)    Setelah itu kran perkolator dibuka dan dibuka dengan kecepatan mengalir 1ml permenit.
f)     Perkolat yang diperoleh dikumpulkan dan dipekatkan dengan rotavapor.
3. Soxhletasi
a)    Timbang 30 gram serbuk simplisia.
b)    Disiapkan klonsong, dimana di dalam klonsong terdapat kertas saring yang sudah di bentuk (tinggi sampel dalam klonsong tidak boleh lebih tinggi dari pipa siphon).
c)    Setelah itu masukkan serbuk simplisia ke dalam klonsong dan masukkan cairan penyari ke dalam labu alas bulat.
d)    Kemudian tempatkan labu alas bulat di atas water bath dan di klem dengan kuat, setelah itu klonsong yang telah di isi dengan sampel dipasang pada labu alas bulat yang dikuatkan dengan klem, dan cairan penyari ditambahkan untuk membasahi sampel yang ada di dalam klonsong.
e)    Setelah itu mantel di sambungkan ke sumber arus listrik dan distel pada suhu yang sesuai.
f)     Ekstrak yang diperoleh dikumpulkan dan dipekatkan pada alat rotavapor.
4. Refluks
a)    Timbang 50 gram serbuk simplisia.
b)    Sampel serbuk simplisia dibasahi menggunakan metanol.
c)    Sampel dimasukkan ke dalam labu alas bulat.
d)    Setelah itu labu alas bulat di tempatkan di atas water bath dan di klem dengan kuat.
e)    Mantel disambungkan ke sumber arus listrik dan distel pada suhu yang sesuai sampai mendidih.
f)     Cairan penyari akan menguap, uap tersebut akan di kondensasikan oleh pendingin balik sehingga mengalami kondensasi menjadi molekul-molekul cairan.
g)    Prosesnya berlangsung secara berkesinambungan.
h)   Lakukan sebanyak 3 kali selama 4 jam.






BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.   Hasil
No.
Pengamatan
Sampel l
Sampel ll
1.
2.

3.
4.

5.
6.
Metode ekstraksi
Bobot sebelum di ekstraksi (g)
Bobot ekstrak kering (g)
Persenase ekstrak (%)/ rendamen
Jumlah cairan penyari (ml)
Jumlah ekstrak cair (ml)
Perkolasi
50 gram

1,0556 gr
2,1312%

380 ml
170 ml
Soxhleasi
30 gram

1,431 gr
4,77%

500 ml
420 ml

B. Pembahasan
Ekstraksi adalah penyarian zat-zat aktif dari bagian tanaman obat.Adapun tujuan dari ekstraksi yaitu untuk menarik komponen kimia yang terdapat dalam simplisia. Tujuan ekstraksi adalah untuk menarik semua komponen kimia yang terdapat dalam simplisia. Ekstraksi ini didasarkan pada perpindahan massa komponen zat padat ke dalam pelarut dimana perpindahan mulai terjadi pada lapisan antar muka, kemudian berdifusi masuk ke dalam pelarut.
Proses pengekstraksian komponen kimia dalam sel tanaman yaitu pelarut organik akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif, zat aktif akan larut dalam pelarut organik di luar sel, maka larutan terpekat akan berdifusi keluar sel dan proses ini akan berulang terus sampai terjadi keseimbangan antara konsentrasi cairan zat aktif di dalam dan di luar sel.
Prinsip Maserasi, Penyarian zat aktif yang dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari yang sesuai selama tiga hari pada temperatur kamar terlindung dari cahaya, cairan penyari akan masuk ke dalam sel melewati dinding sel. Isi sel akan larut karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan di dalam sel dengan di luar sel. Larutan yang konsentrasinya tinggi akan terdesak keluar dan diganti oleh cairan penyari dengan konsentrasi rendah ( proses difusi ). Peristiwa tersebut berulang sampai terjadi keseimbangan konsentrasi antara larutan di luar sel dan di dalam sel. Selama proses maserasi dilakukan pengadukan dan penggantian cairan penyari setiap hari. Endapan yang diperoleh dipisahkan dan filtratnya dipekatkan.
Keuntungan dari metode meserasi adalah peralatannya sederhana. Sedang kerugiannya antara lain waktu yang diperlukan untuk mengekstraksi sampel cukup lama, cairan penyari yang digunakan lebih banyak, tidak dapat digunakan untuk bahan-bahan yang mempunyai tekstur keras seperti benzoin, tiraks dan lilin.
Alasan menggunakan pelarut metanol karena memiliki tingkat kepolaran yang tinggi, cocok untuk mengekstrak senyawa-senyawa yang polar dari tanaman. Pelarut polar cenderung universal digunakan karena biasanya walaupun polar, tetap dapat menyari senyawa-senyawa dengan tingkat kepolaran lebih rendah
Proses pengekstraksian komponen kimia dalam sel tanaman yaitu pelarut organik akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif, zat aktif akan larut dalam pelarut organik di luar sel, maka larutan terpekat akan berdifusi keluar sel dan proses ini akan berulang terus sampai terjadi keseimbangan antara konsentrasi cairan zat aktif di dalam dan di luar sel.
Prinsip Maserasi, Penyarian zat aktif yang dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari yang sesuai selama tiga hari pada temperatur kamar terlindung dari cahaya, cairan penyari akan masuk ke dalam sel melewati dinding sel. Isi sel akan larut karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan di dalam sel dengan di luar sel. Larutan yang konsentrasinya tinggi akan terdesak keluar dan diganti oleh cairan penyari dengan konsentrasi rendah ( proses difusi ). Peristiwa tersebut berulang sampai terjadi keseimbangan konsentrasi antara larutan di luar sel dan di dalam sel. Selama proses maserasi dilakukan pengadukan dan penggantian cairan penyari setiap hari. Endapan yang diperoleh dipisahkan dan filtratnya dipekatkan.
Keuntungan dari metode meserasi adalah peralatannya sederhana. Sedang kerugiannya antara lain waktu yang diperlukan untuk mengekstraksi sampel cukup lama, cairan penyari yang digunakan lebih banyak, tidak dapat digunakan untuk bahan-bahan yang mempunyai tekstur keras seperti benzoin, tiraks dan lilin.
Adapun persentase ekstrak yang pada perkolasi 2,4312% dan persentase ekstrak pada soxhletasi adalah 4,77% yang diperoleh dari pembagian bobotekstrak dan bobot sampel lalu dibagi 100%.















BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa :
1.    Untuk metode perkolasi didapatkan % rendamen yaitu 2,1312 % .
2.    Untuk metode soxhletasi didapatkan % rendamennya yaitu 4,77 %.
B. Saran
Agar praktikan dapat menguasai cara kerja pada saat praktikum dan memahaminya.












DAFTAR PUSTAKA
Anonim.,2016.Penuntun dan Buku Kerja Praktikum Fitokimia I. Laboratorium farmakologi, Fakultas Farmasi;Makassar
Adrian. 2008. “TeknikKromatografi”. PenerbitAndi : Yogyakarta.
Andersen,M.Markham., 2006. Flavonoids. New York: Taylor & Francis Group
Dirjen POM, 1986, Farmakope Indonesia edisi IV, Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Dalimartha, S., 2001. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid 2.h. 140-145. Trubus agriwidya :Jakarta
Hostettmann. 2005. “Cara KromatografiPreparatif”. ITB : Bandung.
Khopkar. 2008. “Konsep Dasar Kimia Analitik”. Cetakan Pertama. Penerbit Universitas Indonesia: Jakarta
Rahman., 2012. Quality and Sustainability Criteria in Purchase Decision of Teenagers
Shevla. 2005.” Analisis Anorganik Kualitatif Makrodan Semimakro” .Cetakan Pertama. Penerbit PT Kalman Media Pustaka: Jakarta
Sudjadi, 2006.  “MetodePemisahan”.  UGM Press : Yogyakarta.
Tobo, Fachruddin. 2011. “Buku Pengangan Laboratorium Fitokimia I”.  Universitas Hasanuddin : Makassar
Warintek., 2011. Kimia Pangan dan Gizi. Graha ilmu :Jakarta






LAMPIRAN SKEMA KERJA
a.    Maserasi
 Serbuk 300 gram

Metanol 250 mL


 
Diaduk, didiamkan selama 3 hari


 
Disaring dan diambil sarinya

b.  Perkolasi
Sampel 50 gram


 
Dibasahi metanol


 
 Perkolator

Metanol 50 mL

Diambil sarinya

c.   Soxhletasi
Sampel 50 gram
 

Disoxletasi selama 2 jam

Diambil sarinya


LAMPIRAN PERHITUNGAN
A.   Perkolasi
% rendamen =
            =
= 2,1312 %
B.   Soxhletasi
% rendamen =
            =
= 4,77 %













LAMPIRAN GAMBAR

Description: D:\ummu punya\farmasiiii gue\semester 5\LAPORANKU\Fitokimia I\1478438831273.jpg
Metode Maserasi

Description: D:\ummu punya\farmasiiii gue\semester 5\LAPORANKU\Fitokimia I\1478438845510.jpgDescription: D:\ummu punya\farmasiiii gue\semester 5\LAPORANKU\Fitokimia I\1478439020548.jpg
Metode perkolasi
Description: D:\ummu punya\farmasiiii gue\semester 5\LAPORANKU\Fitokimia I\1478438881068.jpgDescription: D:\ummu punya\farmasiiii gue\semester 5\LAPORANKU\Fitokimia I\1478438955123.jpgDescription: D:\ummu punya\farmasiiii gue\semester 5\LAPORANKU\Fitokimia I\1478438935681.jpg
Metode soxhletasi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar