BAB
1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam bidang kesehatan seperti dalam bidang
farmasi tentunya kita tidak pernah lepas yang namanya analisis instrumen.
Analisis biasanya mempelajari tentang
analisis senyawa dengan menggunakan alat instrumental.
Dalam bidang kimia
mengacu pada analisis kimia molekul suatu obat atau zat aktifnya biasanya
terdiri dari suatu penilaian kuantitas dan kualitas suatu obat atau zat kimia
murni yang digunakan dalam bidang farmasi.
Pada umumnya spektrofotometer banyak
digunakan dalam menganalisa tentang banyak senyawa kimia yang terkandung serta
sangat akurat dalam prepasi sampel apabila dibandingkan dengan beberapa metode
analisa yang lain.
Spektrofotometer
itu sendiri yaitu menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang
tertentu atau yang telah ditetapkan dan
fotometer merupakan suatu alat pengukur intensitas cahaya yang dapat diabsorbsi
atau ditransmisikan.
Metoda Adisi Standar dipakai secara
luas karena mampu meminimalkan kesalahan yang disebabkan oleh perbedaan kondisi
lingkungan (matriks) sampel dan standar. Dalam metoda ini dua atau lebih
sejumlah volume tertentu dari sampel dipindahkan ke dalam labu takar. Satu
larutan diencerkan sampat volume tertentu kemudian diukur absorbansinya tanpa
ditambah dengan zat standar, sedangkan larutan yang lain sebelum diukur
absorbansinya ditambah terlebih dulu dengan sejumlah tertentu tarutan standar
dan diencerkan seperti pada larutan yang pertama.
Besi
secara farmakologi digunakan sebagai zat penambah darah bagi penderita anemia.
Salah satu bentuk garam besi yang digunakan sebagai komponen zat aktif dalam
sediaan penambah darah adalah besi(II) sulfat, yaitu bentuk besi bervalensi dua
atau ferro.
1.2 Maksud Praktikum
Adapun
maksud percobaan yaitu untuk mengetahui dan memahami cara penentuan kadar Fe
(besi) dalam sediaan secara spektrofotometer atau kolorimetri menggunakan
standar adisi.
1.3 Tujuan Praktikum
Adapun
tujuan dari praktikum ini adalah untuk
menentukan kadar fe (besi) dalam sediaan secara spektrofotometri atau
kolorimetri menggunakan metode standar adisi.
BAB
2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Teori Umum
Spektrofotometri
UV-Visibel merupakan metode spektrofotometri yang didasarkan pada adanya
serapan sinar pada daerah ultra violet (UV) dan sinar tampak (Visibel) dari
suatu senyawa. Senyawa dapat dianalisis dengan metode ini jika memiliki
kemampuan menyerap pada daerah UV atau daerah tampak. Senyawa yang dapat
menyerap intensitas pada daerah UV disebut dengan kromofor, sedangkan untuk
melakukan analisis senyawa dalam daerah sinar tampak, senyawa harus memiliki
warna (Fatimah, 2008).
Spektrofotometri UV-Vis adalah
anggota teknik analisis spektroskopik yang memakai sumber REM (radiasi
elektromagnetik) ultraviolet dekat (190-380 nm) dan sinar tampak (380-780 nm)
dengan memakai instrument spektrofotometer. Spektrofotometri UV-Vis melibatkan
energi elektronik yang cukup besar pada molekul yang dianalisis, sehingga
spektrofotometri UV-Vis lebih banyak dipakai untuk analisis kuantitatif
dibandingkan kualitatif. Peralatan yang digunakan dalam spektrofotometri
disebut spektrofotometer (Mukti, 2012).
Pengukuran absorbans dengan
menggunakan spektrofotometer UV dapat digunakan untuk analisis kualitatif dan
kuantitatif. Panjang gelombang serapan merupakan perbedaan ukuran
tingkat-tingkat energi dari elektron yang tereksitasi. Oleh karena itu, puncak
absorpsi (λ) dapat dihubungkan dengan jenis-jenis ikatan yang ada dalam
spesies. Daerah panjang gelombang untuk UV hampa adalah 10-200 nm dan UV dekat
200-380 nm (Agustina, 2006).
Tubuh manusia hanya mengandung
besi sebanyak 4g. Adanya unsur besi di dalam tubuh berfungsi untuk memenuhi
kebutuhan akan unsur tersebut dalam mengatur metabolisme tubuh. Dalam tubuh,
sebagian besar unsur besi terdapat dalam hemoglobin, pigmen merah yang terdapat
dalam sel darah merah. Karena itulah masukan besi setiap hari sangat diperlukan
untuk mengganti zat besi yang hilang melalui tinja, air kencing, dan kulit.
Namun masukan zat besi yang dianjurkan juga harus dipenuhi oleh dua faktor
yaitu kebutuhan fisiologis perseorangan dan persediaan zat besi di dalam
makanan yang disantap (Trianjaya, Zunaedi. 2009).
Metode analisis besi yang
sering digunakan adalah dengan spektrofotometri sinar tampak, karena
kemampuannya dapat mengukur konsentrasi besi yang rendah. Analisis kuantitatif
besi dengan spektrofotometri dikenal dua metode, yaitu metode orto-fenantrolin
dan metode tiosinat. Besi bervalensi dua maupun besi bervalensi tiga dapat
membentuk kompleks berwarna dengan suatu reagen pembentuk kompleks dimana
intensitas warna yang terbentuk dapat diukur dengan spektrofotometri sinar
tampak. Karena orto fenantrolin merupakan ligan organik yang dapat membentuk
kompleks berwarna dengan besi(II) secara selektif (Kartasasmita, et al. 2009).
Tubuh manusia hanya mengandung besi
sebanyak 4g. Adanya unsur besi di dalam tubuh berfungsi untuk memenuhi kebutuhan
akan unsur tersebut dalam mengatur metabolisme tubuh. Dalam tubuh, sebagian
besar unsur besi terdapat dalam hemoglobin, pigmen merah yang terdapat dalam
sel darah merah. Karena itulah masukan besi setiap hari sangat diperlukan untuk
mengganti zat besi yang hilang melalui tinja, air kencing, dan kulit. Namun
masukan zat besi yang dianjurkan juga harus dipenuhi oleh dua faktor yaitu
kebutuhan fisiologis perseorangan dan persediaan zat besi di dalam makanan yang
disantap (Trianjaya, Zunaedi. 2009).
Besi
secara farmakologi digunakan sebagai zat penambah darah bagi penderita anemia.
Salah satu bentuk garam besi yang digunakan sebagai komponen zat aktif dalam
sediaan penambah darah adalah besi(II) sulfat, yaitu bentuk besi bervalensi dua
atau ferro. Hal ini berkaitan dengan kondisi tubuh manusia yang lebih mudah
menyerap besi dua daripada besi bervalensi tiga. Sifat kimia besi yang sangat
dikenal adalah mudah teroksidasi oleh oksigen dari udara dan oksidator lainnya,
sehingga besi umumnya dijumpai sebagai besi bervalensi tiga. Pada kondisi
tertentu dimana kurang kontak dengan udara, besi berada sebagai besi bervalensi
dua. Metode analisis besi yang sering digunakan adalah dengan spektrofotometri
sinar tampak, karena kemampuannya dapat mengukur konsentrasi besi yang rendah.
Analisis kuantitatif besi dengan spektrofotometri dikenal dua metode, yaitu
metode orto-fenantrolin dan metode tiosinat. Besi bervalensi dua maupun besi
bervalensi tiga dapat membentuk kompleks berwarna dengan suatu reagen pembentuk
kompleks dimana intensitas warna yang terbentuk dapat diukur dengan
spektrofotometri sinar tampak. Karena orto fenantrolin merupakan ligan organik
yang dapat membentuk kompleks berwarna dengan besi(II) secara selektif
(Kartasasmita, 2008).
2.2
Uraian Bahan
1. Aquadest
(Dirjen POM, 1979)
Nama resmi : AQUA DESTILLATA
Nama lain : Air suling
BM / RM : 18,02 / H2O
Rumus Struktur :
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak
berbau,
tidak mempunyai rasa
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan :
Sebagai pelarut
2. KSCN (Dirjen
POM, 1979 : 693)
Nama
resmi
Nama
lain
RM/BM
Pemerian
Kelarutan
Penyimpanan
Kegunaan
Rumus
Struktur
|
:
: : : :
:
:
:
|
KALII TIOSIANAT
Kalium tiosianat
KCNS/97,18
Hablur tidak berwarna, melelah
basah.
Larut dalam 0,5 bagian air dan
dalam 15 bagian etanol mutlak P.
Dalam wadah tertutup baik
Sebagai penitran.
K SCN
|
3. Besi (II)
sulfat (Dirjen POM : 1979 )
Nama resmi
Nama
lain
RM/BM
Kandungan
Pemerian
Kelarutan
Penyimpanan Khasiat
Kegunaan
Rumus
Struktur
|
:
; : : : :
:
:
:
:
|
FERROSI SULFAS
Besi (II) sulfat
FeSO4/151,90
Mengandung tidak kurang dari 80% dan tidak
Lebih dari 90% FeSO4.
Serbuk, putih, keabuan rasa logam,
sepat
perlahan-lahan larut sampai
sempurna dalam air bebas CO2 P
Dalam wadah tertutup baik
Anemia defesiensi besi
Sebagai sampel
|
4. HCl (Dirjen POM, 1979)
Nama resmi
Nama lain
Rumus kimia
Berat molekul
Pemerian
Bobot jenis
Penyimpanan Rumus struktur
|
:
: : : :
:
: |
ACIDUM HYDROCHLORIDUM
Asam klorida
HCl
36,46
Cairan tidak berwarna,
berasap, bau
merangsang jika
diencerkan 2 bagian volume air, asap akan hilang.
Lebih kurang 1,18
Dalam wadah tertutup
rapat
H – Cl
|
2.3
Prosedur Kerja (Anonim, 2016).
1. Pembuatan larutan standar
Timbang seksama bahan murni senyawa besi (besi
sulfat) yang sudah dikeringkan pada suhu 105oC selama 1 jam lebih
kurang 150 mg. Larutkan dengan HCl pekat secukupnya dalam labu takar 100 ml,
encerkan dengan aquadest sampai batas, cek pH larutan sekitar pH 1-2 (larutan
stok standar).
Dipipet 1 ml larutan ini ke dalam labu ukur 50 ml
ditambahkan larutan KSCN berlebih untuk menghasilkan kompleks merah Fe(SCN)+2,
lalu encerkan sampai tanda batas. Konsentrasi larutan standar diperkirakan
11,03 ppm.
Buat juga larutan blanko dari pelarutnya tanpa bahan
obat (tidak berwarna).
2. Penentuan spektrum absorpsi
Pipet larutan standar yang telah dibuat masukkan ke
dalam kuvet, ukur absorbansi larutan relatif terhadap larutan blanko pada
rentang panjang gelombang 450 nm sampai 600 nm dengan mencatat pembacaan setiap
interval 2 nm pada puncak maksimum dan minimum. Tentukan panjang gelombang
maksimum dari sampel dari hasil absorbansi terhadap panjang gelombang.
3. Penentuan kadar Fe (besi) dalam sediaan
Timbang seksama sediaan tablet mengandung besi (Fe) yang telah
dikeringkan 105oC selama 1 jam sebanyak 5 buah tablet, dan hitung
rerata tiap tablet. Selanjutnya tablet digerus halus, dan timbang seksama
sebanyak lebih kurang 100 mg, lalu larutkan dengan HNO3 pekat
secukupnya dan encerkan dengan aquades dalam labu takar sampai 250 ml. Pastikan
pH larutan antara 1 sampai 2 . (sebagai larutan stok sampel).
Ø Metode standar adisi
Siapkan 5 labu takar 50 ml beri phenandaan, lalu pipet 5 ml larutan stok
sampel masukkan masing-masing kedalam labu takar 50 ml tersebut. Selanjutnya
pipet 0,00; 5,00; 10,00; 15,00; dan 20,00 ml deret larutan standar yang
mengandung 11,03 ppm kedalam labu takar yang berisi larutan sampel tadi, tandai
tiap labu takar tersebut. Kemudian masing-masing labu takar ditambahkan larutan
KSCN berlebih untuk menghasilkan kompleks merah Fe(SCN)2+. Setelah
pengenceran pada tanda batas labu takar, selanjutnya tentukan absorbansi
masing-masing larutan pada λmaks. Hitunglah kadar besi (Fe) dalam contoh menggunakan persamaan diatas.
Tentukan persen kadar dari sediaan tablet yang mengandung besi tersebut.
BAB
3 METODE KERJA
3.1
Alat Praktikum
Alat yang digunakan pada saat
praktikum yaitu adalah batang pengaduk, gelas kimia,
labu ukur, pipet volume, spektrovotometer visible, timbangan analitik, lumpang
dan alu, mikropipet.
3.2
Bahan Praktikum
Adapun alat yang
digunakan pada praktikum ini adalah aquadest, ferofort, dasobion, larutan
pereaksi KSCN, HCl pekat, kertas saring, kertas timbang.
3.3
Cara Kerja
1. Pembuatan
Larutan Standar
·
Ditimbang 40 mg besi sulfat.
·
Dikeringkan pada suhu 1050C (1 jam).
·
Ditambahkan HCl pekat secukupnya ke dalam labu takar 100mL.
·
Ditambahkan dengan aquadest
sampai batas(pH 1-2).
·
Kemudian dipipet 1 mL larutan tersebut kedalam labu ukur 50 mL.
·
Ditambahakan KSCN secarab berlebih.
·
Diencerkan dengan aquadest sampai batas tanda
2. Penentuan Kadar
Fe (Besi) dalam sediaan
·
Ditimbang masing-masing tablet yang mengandung besi sebanyak 5
tablet.
·
Dikeringkan pada suhu 1050C (1 jam).
·
Dihitung berat rata-rata tablet.
·
Kemudian tablet digerus halus.
·
Ditimbang sebanyak 40 mg.
·
Dilarutkan dengan HNO3 pekat secukupnya.
·
Diencerkan dengan aquadest dalam labu ukur sampai 100 mL.
·
Dipastikan pH larutan antara 1 sampai 2 (sebagai larutan stok
sampel).
3. Metode Standar
Adisi
·
Disiapkan 5 labu ukur 5 mL lalu beri etiket.
·
Dipipet 0,00; 0,5; 1,00; 1,5; dan 2,00 mL larutan standar yang
mengandung 11,03 ppm kedalam labu ukur yang berisi larutan standar tadi.
·
Kemudian masing-masing labu ukur ditambahkan larutan KSCN berlebih
untuk menghasilkan kompleks merah Fe(SCN)-1.
·
Pengenceran pada tanda batas labu tajar selanjutnya ditentukan
absorbansi masing-masing larutan pada λ maks.
·
Dihitung kadar besi (Fe)nya.
·
Ditentukan persen kadarnya.
BAB
4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil
No
|
Deret
larutan standar
|
Absorbansi
|
1
|
0,0 mL ( 0 ppm)
|
0,048
|
2
|
0,5 mL ( 1,103 ppm)
|
0,068
|
3
|
1 mL (2,206 ppm)
|
0,187
|
4
|
1,5 mL (3,309 ppm)
|
0,228
|
5
|
2 mL (4,412 ppm)
|
0,340
|
Kurva Baku
4.2
Pembahasan
Spektrofotometri
adalah suatu metode analisa kimia yang digunakan untuk menetapkan kadar suatu
zat atau senyawa obat dengan menggunakan alat yang biasa disebut
spektrofotometer. Prinsip kerja spektrofotometer adalah menggunakan instrumen
obat atau molekul dengan radiasi elektromagnetik, yang energik nya sesuai.
Interaksi tersebut akan meningkatkan energi potensi elektron pada tingkat
aksitan. Apabila pada molekul yang sederhana tadi hanya terjadi transisi
elektronik pada suatu macam gugus maka akan terjadi suatu absorbsi yang
merupakan garis spektrum.
Pada percobaan penetapan
kadar Fe (Besi) berdasarkan reaksi standar adisi secara
kolorimetri/spektrofotometer visible digunakan bahan Fe (besi) murni dan Fe
(besi) yang terkandung dalam bahan obat ferofort yang beredar di pasaran.
Besi adalah logam yang beraneka ragam penggunaannya serta melimpah
keberadaannya.
Prosedur
kerja pada pembuatan larutan
standar yaitu pertama-tama timbang
seksama bahan murni senyawa besi (besi sulfat) yang sudah dikeringkan pada suhu
105oC selama 1 jam lebih kurang 150 mg. Larutkan dengan HCl pekat secukupnya
dalam labu takar 100 mL, encerkan dengan aquadest sampai batas, cek pH larutan
sekitar pH 1-2 (larutan stok standar). Dipipet 1 mL
larutan ini ke dalam labu ukur 50 mL ditambahkan larutan KSCN berlebih untuk
menghasilkan kompleks merah Fe(SCN)+2, lalu encerkan sampai tanda
batas. Konsentrasi larutan standar diperkirakan 11,03 ppm. Buat juga larutan blanko dari pelarutnya tanpa bahan
obat (tidak berwarna).
Prosedur pada penentuan
spektrum absorpsi yaitu pertama-tama pipet larutan standar yang telah dibuat
masukkan ke dalam kuvet, ukur absorbansi larutan relatif terhadap larutan
blanko pada rentang panjang gelombang 450 nm sampai 600 nm dengan mencatat
pembacaan setiap interval 2 nm pada puncak maksimum dan minimum. Tentukan
panjang gelombang maksimum dari sampel dari hasil absorbansi terhadap panjang
gelombang.
Prosedur pada penentuan
kadar Fe (besi) dalam sediaan yaitu pertama-tama timbang seksama sediaan tablet mengandung besi (Fe)
yang telah dikeringkan 105oC selama 1 jam sebanyak 5 buah tablet,
dan hitung rerata tiap tablet. Selanjutnya tablet digerus halus, dan timbang
seksama sebanyak lebih kurang 100 mg, lalu larutkan dengan HNO3
pekat secukupnya dan encerkan dengan aquades dalam labu takar sampai 250 ml.
Pastikan pH larutan antara 1 sampai 2 . (sebagai larutan stok sampel).
Adapun
prosedur pada metode standar adisi
yaitu pertama-tama
siapkan 5 labu takar 5 mL beri penandaan,
lalu pipet 0,5 mL larutan stok sampel masukkan masing-masing kedalam labu takar
50 mL tersebut. Selanjutnya pipet 0 mL larutan standar untuk labu takar pertama
0,5; 1; 1,5; dan 2 mL untuk labu takar lainnya. Kemudian masing-masing labu
takar ditambahkan larutan HNO3 dan larutan KSCN berlebih untuk menghasilkan
kompleks merah Fe(SCN)2+. Setelah pengenceran pada tanda batas labu
takar, selanjutnya tentukan absorbansi masing-masing larutan pada λmaks. Hitunglah kadar besi (Fe) dalam contoh
menggunakan persamaan diatas. Tentukan persen kadar dari sediaan tablet yang
mengandung besi tersebut.
Pada praktikum
diperoleh panjang gelombang sampel tergantung larutan
standar, dan nilai persen kadar dari Fe (besi) adalah 103,75% dimana hasil
tersebut telah sesuai dengan ketetapan yang tercantum pada Farmakope Indonesia
(Edisi IV) yang menyatakan bahwa mengandung besi(ll) sulfat tidak kurang dari
99,5% dan tidak lebih dari 104%.
BAB
5 KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
Kesimpulan
Dapat di simpulkan bahwa panjang gelombang
sampel tergantung larutan standar, dan nilai persen kadar dari Fe (besi) adalah
103,75% dimana hasil tersebut telah sesuai dengan ketetapan yang tercantum pada
Farmakope Indonesia (Edisi IV) yang menyatakan bahwa mengandung besi(ll) sulfat
tidak kurang dari 99,5% dan tidak lebih dari 104%.
5.2
Saran
Adapun saran pada praktikum ini adalah agar
alat yang ada di laboratorium ditambah agar praktikum dapat diselesaikan dengan
cepat.
DAFTAR
PUSTAKA
Agustina, I.,
2006, Metode Cepat Untuk Kuantifikasi
Teofilin Dalam Sediaan Farmasi Secara Spektrofotometri Derivatif Ultraviolet,
Departemen Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institu
Pertanian Bogor
Anonim., 2015, Penuntun
Praktikum Analisis Instrumen (Analisis Kualitatif & Kuantitatif),
Fakultas Farmasi, Makassar.
Ditjen POM., 1979, Farmakope
Indonesia, Edisi III, Departemen kesehatan Republik
Indonesia, Jakarta.
Fatimah, I.,
2008, Analisis Fenol Dalam Sampel Air
Menggunakan Spektrofotometri Derivatif, Universitas Islam Indonesia, Logika
9(10).
Kartasasmita, E., Tuslinah, L., Fawaz, M., 2009, Penentuan Kadar Besi(II) dalam Sediaan
Tablet Besi(II) Sulfat Menggunakan Metode Orto-Fenantrolin Jurnal Kesehatan Vol
(1) No.1, Hal:69-78, Jurusan Farmasi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bakti
Tunas Husada. Tasikmalaya.
Mukti, K.,
2012, Analisis Spektroskopi UV-Vis,
Penentuan Konsentrasi Permanganat (KMnO4), Jurusan Fisika, FMIPA Universitas
Sebelas Maret Surakarta, Hal. 1-18.
Trianjaya, Zunaidi. 2009. ‘Penentuan
Kadar Besi pada Soft Water secara Spektrofotometri di PT. Cocacola Bottling di
Indonesia’. Karya Ilmiah. Universitas Sumatera Utara. Medan
LAMPIRAN
Skema
Kerja
1. Pembuatan
Larutan Standar
Ditimbang 100 mg besi sulfat.
Dikeringkan pada suhu 1050C (1 jam).
Ditambahkan HCl pekat secukupnya ke dalam labu takar 100ml.
Ditambahkan dengan aquadest
sampai batas(pH 1-2).
Kemudian dipipet 1 mL larutan tersebut kedalam labu ukur 50 mL.
Ditambahakan KSCN secarab berlebih.
Diencerkan dengan aquadest sampai batas tanda
2. Penentuan Kadar
Fe (Besi) dalam sediaan
Ditimbang masing-masing tablet yang mengandung besi
sebanyak 5 tablet.
Dikeringkan pada suhu 1050C (1 jam).
Dihitung berat rata-rata tablet.
Kemudian tablet digerus
halus.
Ditimbang sebanyak 40 mg.
Dilarutkan dengan HNO3 pekat secukupnya.
Diencerkan dengan aquadest dalam labu ukur sampai 100 mL.
Dipastikan pH larutan antara 1 sampai 2 (sebagai larutan
stok sampel).
3. Metode Standar
Adisi
Disiapkan 5 labu ukur 5 mL lalu beri etiket.
Dipipet 0,00; 0,5; 1,00;
1,5; dan 2,00 mL larutan standar yang
mengandung 11,03 ppm
kedalam labu ukur yang berisi
larutan standar tadi.
Kemudian masing-masing
labu ukur ditambahkan larutan KSCN
berlebih untuk menghasilkan
kompleks merah Fe(SCN)-1.
Pengenceran pada tanda
batas labu tajar selanjutnya ditentukan a
bsorbansi masing-masing larutan pada λ maks.
Dihitung kadar besi (Fe)nya.
Ditentukan persen
kadarnya.
LAMPIRAN
Perhitungan
1. Penentuan ppm FeSO4
Dik : Fe
= 55,847
S = 32,06
0 =
15,5994 X 4 = 63,9976
Mr
FeSO4 = 55,847 + 32,06 + 63,9976
= 151,9048
Dit
: C2 ?
Penye
; =
B.Fe =
=
= 55,148 mg
x 10ml = = 551,48 ppm
V1.C1 = V2.C2
1 . 551,48
= 50. C2
C2 = =
11,0296 ppm
= 11,029 x 10-3 mg/ml
2. Penentuan nilai ppm masing-masing konsentrasi volume
a) Untuk 0,0 mL
V1 . K1 = V2 . K2
0 . 11,03
= 5 mL . K2
0
= 5 K2
K2 = = 0 ppm
b) Untuk 0,5 mL
V1 . K1 = V2 . K2
0,5 . 11,03 = 5
mL . K2
5,515
= 5 K2
K2 = = 1,103 ppm
=
1,103 x 10-3 mg/ml
c) Untuk 1 mL
V1 . K1 = V2 . K2
1 . 11,03
= 5 mL . K2
11,03
= 5 K2
K2 = = 2,206 ppm
=
2,206 x 10-3 mg/ml
d) Untuk 1,5 mL
V1 . K1 = V2 . K2
1,5 .11,03 = 5 mL
. K2
16,545
= 5 K2
K2 = = 3,309 ppm
= 3,309 x 10-3 mg/ml
e) Untuk 2 mL
V1 . K1 = V2 . K2
2 . 11,03
= 5 mL . K2
22,06
= 5 K2
K2 = = 4,412 ppm
=
4,412 x 10-3 mg/ml
3. Penentuan % kadar Fe(besi)
Y = 0,067521 +
0,0245
Cx =
=
= 0,830
Maka,
% Kadar FeSO4 = ₓ 100 %
= ₓ 100 %
= 103,75 %
Tidak ada komentar:
Posting Komentar