Rabu, 31 Oktober 2018

kadar besi instrumen


BAB 1 PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Dalam bidang kesehatan seperti dalam bidang farmasi tentunya kita tidak pernah lepas yang namanya analisis instrumen. Analisis biasanya mempelajari tentang analisis senyawa dengan menggunakan alat instrumental.
Dalam bidang kimia mengacu pada analisis kimia molekul suatu obat atau zat aktifnya biasanya terdiri dari suatu penilaian kuantitas dan kualitas suatu obat atau zat kimia murni yang digunakan dalam bidang farmasi.
Pada umumnya spektrofotometer banyak digunakan dalam menganalisa tentang banyak senyawa kimia yang terkandung serta sangat akurat dalam prepasi sampel apabila dibandingkan dengan beberapa metode analisa yang lain.
Spektrofotometer itu sendiri yaitu menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang tertentu atau yang telah ditetapkan  dan fotometer merupakan suatu alat pengukur intensitas cahaya yang dapat diabsorbsi atau ditransmisikan.
Metoda Adisi Standar dipakai secara luas karena mampu meminimalkan kesalahan yang disebabkan oleh perbedaan kondisi lingkungan (matriks) sampel dan standar. Dalam metoda ini dua atau lebih sejumlah volume tertentu dari sampel dipindahkan ke dalam labu takar. Satu larutan diencerkan sampat volume tertentu kemudian diukur absorbansinya tanpa ditambah dengan zat standar, sedangkan larutan yang lain sebelum diukur absorbansinya ditambah terlebih dulu dengan sejumlah tertentu tarutan standar dan diencerkan seperti pada larutan yang pertama.
Besi secara farmakologi digunakan sebagai zat penambah darah bagi penderita anemia. Salah satu bentuk garam besi yang digunakan sebagai komponen zat aktif dalam sediaan penambah darah adalah besi(II) sulfat, yaitu bentuk besi bervalensi dua atau ferro.


1.2  Maksud Praktikum
Adapun maksud percobaan yaitu untuk mengetahui dan memahami cara penentuan kadar Fe (besi) dalam sediaan secara spektrofotometer atau kolorimetri menggunakan standar adisi.
1.3  Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk menentukan kadar fe (besi) dalam sediaan secara spektrofotometri atau kolorimetri menggunakan metode standar adisi.






















BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Teori Umum
Spektrofotometri UV-Visibel merupakan metode spektrofotometri yang didasarkan pada adanya serapan sinar pada daerah ultra violet (UV) dan sinar tampak (Visibel) dari suatu senyawa. Senyawa dapat dianalisis dengan metode ini jika memiliki kemampuan menyerap pada daerah UV atau daerah tampak. Senyawa yang dapat menyerap intensitas pada daerah UV disebut dengan kromofor, sedangkan untuk melakukan analisis senyawa dalam daerah sinar tampak, senyawa harus memiliki warna (Fatimah, 2008).
Spektrofotometri UV-Vis adalah anggota teknik analisis spektroskopik yang memakai sumber REM (radiasi elektromagnetik) ultraviolet dekat (190-380 nm) dan sinar tampak (380-780 nm) dengan memakai instrument spektrofotometer. Spektrofotometri UV-Vis melibatkan energi elektronik yang cukup besar pada molekul yang dianalisis, sehingga spektrofotometri UV-Vis lebih banyak dipakai untuk analisis kuantitatif dibandingkan kualitatif. Peralatan yang digunakan dalam spektrofotometri disebut spektrofotometer (Mukti, 2012). 
Pengukuran absorbans dengan menggunakan spektrofotometer UV dapat digunakan untuk analisis kualitatif dan kuantitatif. Panjang gelombang serapan merupakan perbedaan ukuran tingkat-tingkat energi dari elektron yang tereksitasi. Oleh karena itu, puncak absorpsi (λ) dapat dihubungkan dengan  jenis-jenis ikatan yang ada dalam spesies. Daerah panjang gelombang untuk UV hampa adalah 10-200 nm dan UV dekat 200-380 nm (Agustina, 2006).
Tubuh manusia hanya mengandung besi sebanyak 4g. Adanya unsur besi di dalam tubuh berfungsi untuk memenuhi kebutuhan akan unsur tersebut dalam mengatur metabolisme tubuh. Dalam tubuh, sebagian besar unsur besi terdapat dalam hemoglobin, pigmen merah yang terdapat dalam sel darah merah. Karena itulah masukan besi setiap hari sangat diperlukan untuk mengganti zat besi yang hilang melalui tinja, air kencing, dan kulit. Namun masukan zat besi yang dianjurkan juga harus dipenuhi oleh dua faktor yaitu kebutuhan fisiologis perseorangan dan persediaan zat besi di dalam makanan yang disantap (Trianjaya, Zunaedi. 2009).
Metode analisis besi yang sering digunakan adalah dengan spektrofotometri sinar tampak, karena kemampuannya dapat mengukur konsentrasi besi yang rendah. Analisis kuantitatif besi dengan spektrofotometri dikenal dua metode, yaitu metode orto-fenantrolin dan metode tiosinat. Besi bervalensi dua maupun besi bervalensi tiga dapat membentuk kompleks berwarna dengan suatu reagen pembentuk kompleks dimana intensitas warna yang terbentuk dapat diukur dengan spektrofotometri sinar tampak. Karena orto fenantrolin merupakan ligan organik yang dapat membentuk kompleks berwarna dengan besi(II) secara selektif (Kartasasmita, et al. 2009).
Tubuh manusia hanya mengandung besi sebanyak 4g. Adanya unsur besi di dalam tubuh berfungsi untuk memenuhi kebutuhan akan unsur tersebut dalam mengatur metabolisme tubuh. Dalam tubuh, sebagian besar unsur besi terdapat dalam hemoglobin, pigmen merah yang terdapat dalam sel darah merah. Karena itulah masukan besi setiap hari sangat diperlukan untuk mengganti zat besi yang hilang melalui tinja, air kencing, dan kulit. Namun masukan zat besi yang dianjurkan juga harus dipenuhi oleh dua faktor yaitu kebutuhan fisiologis perseorangan dan persediaan zat besi di dalam makanan yang disantap (Trianjaya, Zunaedi. 2009).
            Besi secara farmakologi digunakan sebagai zat penambah darah bagi penderita anemia. Salah satu bentuk garam besi yang digunakan sebagai komponen zat aktif dalam sediaan penambah darah adalah besi(II) sulfat, yaitu bentuk besi bervalensi dua atau ferro. Hal ini berkaitan dengan kondisi tubuh manusia yang lebih mudah menyerap besi dua daripada besi bervalensi tiga. Sifat kimia besi yang sangat dikenal adalah mudah teroksidasi oleh oksigen dari udara dan oksidator lainnya, sehingga besi umumnya dijumpai sebagai besi bervalensi tiga. Pada kondisi tertentu dimana kurang kontak dengan udara, besi berada sebagai besi bervalensi dua. Metode analisis besi yang sering digunakan adalah dengan spektrofotometri sinar tampak, karena kemampuannya dapat mengukur konsentrasi besi yang rendah. Analisis kuantitatif besi dengan spektrofotometri dikenal dua metode, yaitu metode orto-fenantrolin dan metode tiosinat. Besi bervalensi dua maupun besi bervalensi tiga dapat membentuk kompleks berwarna dengan suatu reagen pembentuk kompleks dimana intensitas warna yang terbentuk dapat diukur dengan spektrofotometri sinar tampak. Karena orto fenantrolin merupakan ligan organik yang dapat membentuk kompleks berwarna dengan besi(II) secara selektif (Kartasasmita, 2008).






















2.2 Uraian Bahan
1.    Aquadest (Dirjen POM, 1979)
      Nama resmi               :  AQUA DESTILLATA        
      Nama lain                  :  Air suling
      BM / RM                     :  18,02 / H2O
Description: http://id.static.z-dn.net/files/d38/f4f33cd081b0586a8b9f5872db05d4e8.png      Rumus Struktur        :



      Pemerian                   :   Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau,    
                                    tidak mempunyai rasa
            Penyimpanan           :   Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan                 :   Sebagai pelarut
2.    KSCN (Dirjen POM, 1979 : 693)
Nama resmi         
Nama lain            
RM/BM                
Pemerian
Kelarutan  

Penyimpanan 
Kegunaan  
Rumus Struktur

:
:
:
:
:

:
:
:
KALII TIOSIANAT
Kalium tiosianat
KCNS/97,18
Hablur tidak berwarna, melelah basah.
Larut dalam 0,5 bagian air dan dalam 15 bagian etanol mutlak P.
Dalam wadah tertutup baik
 Sebagai penitran.
K       SCN





3.    Besi (II) sulfat (Dirjen POM : 1979 )
Nama resmi         
Nama lain            
RM/BM                
Kandungan

Pemerian
Kelarutan  

Penyimpanan Khasiat  
Kegunaan  
Rumus Struktur

:
;
:
:

:
:

:
:
:
:
FERROSI SULFAS
Besi (II) sulfat
FeSO4/151,90
Mengandung tidak kurang dari 80% dan tidak
Lebih dari 90% FeSO4.
Serbuk, putih, keabuan rasa logam, sepat
perlahan-lahan larut sampai sempurna dalam air bebas CO2 P
Dalam wadah tertutup baik
Anemia defesiensi besi
Sebagai sampel
Description: feso4-4-638.jpg
4.    HCl (Dirjen POM, 1979)
Nama resmi  
Nama lain
Rumus kimia           
Berat molekul
Pemerian


Bobot jenis   
Penyimpanan   Rumus struktur
:
:
:
:
:


:
:
ACIDUM HYDROCHLORIDUM
Asam klorida
HCl
36,46
Cairan tidak berwarna, berasap, bau
merangsang jika diencerkan 2 bagian volume air, asap akan hilang.
Lebih kurang 1,18
Dalam wadah tertutup rapat
H – Cl



2.3 Prosedur Kerja (Anonim, 2016).
1. Pembuatan larutan standar
Timbang seksama bahan murni senyawa besi (besi sulfat) yang sudah dikeringkan pada suhu 105oC selama 1 jam lebih kurang 150 mg. Larutkan dengan HCl pekat secukupnya dalam labu takar 100 ml, encerkan dengan aquadest sampai batas, cek pH larutan sekitar pH 1-2 (larutan stok standar).
Dipipet 1 ml larutan ini ke dalam labu ukur 50 ml ditambahkan larutan KSCN berlebih untuk menghasilkan kompleks merah Fe(SCN)+2, lalu encerkan sampai tanda batas. Konsentrasi larutan standar diperkirakan 11,03 ppm.
Buat juga larutan blanko dari pelarutnya tanpa bahan obat (tidak berwarna).
2. Penentuan spektrum absorpsi
Pipet larutan standar yang telah dibuat masukkan ke dalam kuvet, ukur absorbansi larutan relatif terhadap larutan blanko pada rentang panjang gelombang 450 nm sampai 600 nm dengan mencatat pembacaan setiap interval 2 nm pada puncak maksimum dan minimum. Tentukan panjang gelombang maksimum dari sampel dari hasil absorbansi terhadap panjang gelombang.
3. Penentuan kadar Fe (besi) dalam sediaan
Timbang seksama sediaan tablet mengandung besi (Fe) yang telah dikeringkan 105oC selama 1 jam sebanyak 5 buah tablet, dan hitung rerata tiap tablet. Selanjutnya tablet digerus halus, dan timbang seksama sebanyak lebih kurang 100 mg, lalu larutkan dengan HNO3 pekat secukupnya dan encerkan dengan aquades dalam labu takar sampai 250 ml. Pastikan pH larutan antara 1 sampai 2 . (sebagai larutan stok sampel).
Ø  Metode standar adisi
Siapkan 5 labu takar 50 ml beri phenandaan, lalu pipet 5 ml larutan stok sampel masukkan masing-masing kedalam labu takar 50 ml tersebut. Selanjutnya pipet 0,00; 5,00; 10,00; 15,00; dan 20,00 ml deret larutan standar yang mengandung 11,03 ppm kedalam labu takar yang berisi larutan sampel tadi, tandai tiap labu takar tersebut. Kemudian masing-masing labu takar ditambahkan larutan KSCN berlebih untuk menghasilkan kompleks merah Fe(SCN)2+. Setelah pengenceran pada tanda batas labu takar, selanjutnya tentukan absorbansi masing-masing larutan pada λmaks. Hitunglah kadar besi (Fe) dalam contoh menggunakan persamaan diatas. Tentukan persen kadar dari sediaan tablet yang mengandung besi tersebut.






















BAB 3 METODE KERJA
3.1 Alat Praktikum
Alat yang digunakan pada saat praktikum yaitu adalah batang pengaduk, gelas kimia, labu ukur, pipet volume, spektrovotometer visible, timbangan analitik, lumpang dan alu, mikropipet.
3.2 Bahan Praktikum
Adapun alat yang digunakan pada praktikum ini adalah aquadest, ferofort, dasobion, larutan pereaksi KSCN, HCl pekat, kertas saring, kertas timbang.
3.3 Cara Kerja
1. Pembuatan Larutan Standar
·         Ditimbang 40 mg besi sulfat.
·         Dikeringkan pada suhu 1050C (1 jam).
·         Ditambahkan HCl pekat secukupnya ke dalam labu takar 100mL.
·         Ditambahkan  dengan aquadest sampai batas(pH 1-2).
·         Kemudian dipipet 1 mL larutan tersebut kedalam labu ukur 50 mL.
·         Ditambahakan KSCN secarab berlebih.
·         Diencerkan dengan aquadest sampai batas tanda
2. Penentuan Kadar Fe (Besi) dalam sediaan
·         Ditimbang masing-masing tablet yang mengandung besi sebanyak 5 tablet.
·         Dikeringkan pada suhu 1050C (1 jam).
·         Dihitung berat rata-rata tablet.
·         Kemudian tablet digerus halus.
·         Ditimbang sebanyak 40 mg.
·         Dilarutkan dengan HNO3 pekat secukupnya.
·         Diencerkan dengan aquadest dalam labu ukur sampai 100 mL.
·         Dipastikan pH larutan antara 1 sampai 2 (sebagai larutan stok sampel).


3. Metode Standar Adisi
·         Disiapkan 5 labu ukur 5 mL lalu beri etiket.
·         Dipipet 0,00; 0,5; 1,00; 1,5; dan 2,00 mL larutan standar yang mengandung 11,03 ppm kedalam labu ukur yang berisi larutan standar tadi.
·         Kemudian masing-masing labu ukur ditambahkan larutan KSCN berlebih untuk menghasilkan kompleks merah Fe(SCN)-1.
·         Pengenceran pada tanda batas labu tajar selanjutnya ditentukan absorbansi masing-masing larutan pada λ maks.
·         Dihitung kadar besi (Fe)nya.
·         Ditentukan persen kadarnya.


















BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
No
Deret larutan standar
Absorbansi
1
0,0 mL ( 0 ppm)
0,048
2
0,5 mL ( 1,103 ppm)
0,068
3
1 mL (2,206 ppm)
0,187
4
1,5 mL (3,309 ppm)
0,228
5
2 mL (4,412 ppm)
0,340


Kurva Baku









4.2 Pembahasan
Spektrofotometri adalah suatu metode analisa kimia yang digunakan untuk menetapkan kadar suatu zat atau senyawa obat dengan menggunakan alat yang biasa disebut spektrofotometer. Prinsip kerja spektrofotometer adalah menggunakan instrumen obat atau molekul dengan radiasi elektromagnetik, yang energik nya sesuai. Interaksi tersebut akan meningkatkan energi potensi elektron pada tingkat aksitan. Apabila pada molekul yang sederhana tadi hanya terjadi transisi elektronik pada suatu macam gugus maka akan terjadi suatu absorbsi yang merupakan garis spektrum.
Pada percobaan penetapan kadar Fe (Besi) berdasarkan reaksi standar adisi secara kolorimetri/spektrofotometer visible digunakan bahan Fe (besi) murni dan Fe (besi) yang terkandung dalam bahan obat ferofort yang  beredar di pasaran. Besi adalah logam yang beraneka ragam penggunaannya serta melimpah keberadaannya.
Prosedur kerja pada pembuatan larutan standar yaitu pertama-tama  timbang seksama bahan murni senyawa besi (besi sulfat) yang sudah dikeringkan pada suhu 105oC selama 1 jam lebih kurang 150 mg. Larutkan dengan HCl pekat secukupnya dalam labu takar 100 mL, encerkan dengan aquadest sampai batas, cek pH larutan sekitar pH 1-2 (larutan stok standar). Dipipet 1 mL larutan ini ke dalam labu ukur 50 mL ditambahkan larutan KSCN berlebih untuk menghasilkan kompleks merah Fe(SCN)+2, lalu encerkan sampai tanda batas. Konsentrasi larutan standar diperkirakan 11,03 ppm. Buat juga larutan blanko dari pelarutnya tanpa bahan obat (tidak berwarna).
Prosedur pada penentuan spektrum absorpsi yaitu pertama-tama pipet larutan standar yang telah dibuat masukkan ke dalam kuvet, ukur absorbansi larutan relatif terhadap larutan blanko pada rentang panjang gelombang 450 nm sampai 600 nm dengan mencatat pembacaan setiap interval 2 nm pada puncak maksimum dan minimum. Tentukan panjang gelombang maksimum dari sampel dari hasil absorbansi terhadap panjang gelombang.
Prosedur pada penentuan kadar Fe (besi) dalam sediaan yaitu pertama-tama timbang seksama sediaan tablet mengandung besi (Fe) yang telah dikeringkan 105oC selama 1 jam sebanyak 5 buah tablet, dan hitung rerata tiap tablet. Selanjutnya tablet digerus halus, dan timbang seksama sebanyak lebih kurang 100 mg, lalu larutkan dengan HNO3 pekat secukupnya dan encerkan dengan aquades dalam labu takar sampai 250 ml. Pastikan pH larutan antara 1 sampai 2 . (sebagai larutan stok sampel).
Adapun prosedur pada metode standar adisi yaitu pertama-tama siapkan 5 labu takar 5 mL beri penandaan, lalu pipet 0,5 mL larutan stok sampel masukkan masing-masing kedalam labu takar 50 mL tersebut. Selanjutnya pipet 0 mL larutan standar untuk labu takar pertama 0,5; 1; 1,5; dan 2 mL untuk labu takar lainnya. Kemudian masing-masing labu takar ditambahkan larutan HNO3 dan  larutan KSCN berlebih untuk menghasilkan kompleks merah Fe(SCN)2+. Setelah pengenceran pada tanda batas labu takar, selanjutnya tentukan absorbansi masing-masing larutan pada λmaks. Hitunglah kadar besi (Fe) dalam contoh menggunakan persamaan diatas. Tentukan persen kadar dari sediaan tablet yang mengandung besi tersebut.
Pada praktikum diperoleh panjang gelombang sampel tergantung larutan standar, dan nilai persen kadar dari Fe (besi) adalah 103,75% dimana hasil tersebut telah sesuai dengan ketetapan yang tercantum pada Farmakope Indonesia (Edisi IV) yang menyatakan bahwa mengandung besi(ll) sulfat tidak kurang dari 99,5% dan tidak lebih dari 104%.








BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dapat di simpulkan bahwa panjang gelombang sampel tergantung larutan standar, dan nilai persen kadar dari Fe (besi) adalah 103,75% dimana hasil tersebut telah sesuai dengan ketetapan yang tercantum pada Farmakope Indonesia (Edisi IV) yang menyatakan bahwa mengandung besi(ll) sulfat tidak kurang dari 99,5% dan tidak lebih dari 104%.
5.2 Saran
Adapun saran pada praktikum ini adalah agar alat yang ada di laboratorium ditambah agar praktikum dapat diselesaikan dengan cepat.




















DAFTAR PUSTAKA
Agustina, I., 2006, Metode Cepat Untuk Kuantifikasi Teofilin Dalam Sediaan Farmasi Secara Spektrofotometri Derivatif Ultraviolet, Departemen Kimia  Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institu Pertanian Bogor 
Anonim., 2015, Penuntun Praktikum Analisis Instrumen (Analisis Kualitatif & Kuantitatif), Fakultas Farmasi, Makassar.
Ditjen  POM.,  1979,  Farmakope  Indonesia,  Edisi  III, Departemen kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
Fatimah, I., 2008, Analisis Fenol Dalam Sampel Air Menggunakan Spektrofotometri Derivatif, Universitas Islam Indonesia, Logika 9(10).
Kartasasmita, E., Tuslinah, L., Fawaz, M., 2009, Penentuan Kadar Besi(II) dalam Sediaan Tablet Besi(II) Sulfat Menggunakan Metode Orto-Fenantrolin Jurnal Kesehatan Vol (1) No.1, Hal:69-78, Jurusan Farmasi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bakti Tunas Husada. Tasikmalaya.
Mukti, K., 2012, Analisis Spektroskopi UV-Vis, Penentuan Konsentrasi Permanganat (KMnO4), Jurusan Fisika, FMIPA Universitas Sebelas Maret Surakarta, Hal. 1-18.
Trianjaya, Zunaidi. 2009. ‘Penentuan Kadar Besi pada Soft Water secara Spektrofotometri di PT. Cocacola Bottling di Indonesia’. Karya Ilmiah. Universitas Sumatera Utara. Medan









LAMPIRAN
Skema Kerja
1. Pembuatan Larutan Standar
Ditimbang 100 mg besi sulfat.

Dikeringkan pada suhu 1050C (1 jam).


 
Ditambahkan HCl pekat secukupnya ke dalam labu takar 100ml.

Ditambahkan  dengan aquadest sampai batas(pH 1-2).

Kemudian dipipet 1 mL larutan tersebut kedalam labu ukur 50 mL.

Ditambahakan KSCN secarab berlebih.

Diencerkan dengan aquadest sampai batas tanda






2. Penentuan Kadar Fe (Besi) dalam sediaan
Ditimbang masing-masing tablet yang mengandung besi
sebanyak 5 tablet.

Dikeringkan pada suhu 1050C (1 jam).

Dihitung berat rata-rata tablet.

Kemudian tablet digerus halus.


 
Ditimbang sebanyak 40 mg.

Dilarutkan dengan HNO3 pekat secukupnya.

Diencerkan dengan aquadest dalam labu ukur sampai 100 mL.

Dipastikan pH larutan antara 1 sampai 2 (sebagai larutan
stok sampel).



3. Metode Standar Adisi
Disiapkan 5 labu ukur 5 mL lalu beri etiket.

Dipipet 0,00; 0,5; 1,00; 1,5; dan 2,00 mL larutan standar yang
mengandung 11,03 ppm kedalam labu ukur yang berisi
larutan standar tadi.

Kemudian masing-masing labu ukur ditambahkan larutan KSCN
 berlebih untuk menghasilkan kompleks merah Fe(SCN)-1.

Pengenceran pada tanda batas labu tajar selanjutnya ditentukan a
bsorbansi masing-masing larutan pada λ maks.

Dihitung kadar besi (Fe)nya.

Ditentukan persen kadarnya.



LAMPIRAN
Perhitungan
1. Penentuan ppm FeSO4            
Dik :            Fe = 55,847
                 S   = 32,06
0     = 15,5994 X 4 = 63,9976
Mr FeSO4 = 55,847 + 32,06 + 63,9976
                  = 151,9048
Dit : C2             ?
Penye ;  =
B.Fe                =
                        =
                        = 55,148 mg
 x 10ml =  = 551,48 ppm
                        V1.C1       = V2.C2
1 . 551,48 = 50. C2
C2 =  = 11,0296 ppm
                   = 11,029 x 10-3 mg/ml
2. Penentuan nilai ppm masing-masing konsentrasi volume
a)  Untuk 0,0 mL
V1 . K1      = V2 . K2
0 .  11,03  = 5 mL . K2
             0  = 5 K2
             K2 =   = 0 ppm
b)  Untuk 0,5 mL
V1 . K1       = V2 . K2
0,5 . 11,03 = 5 mL . K2
    5,515     = 5 K2
             K2 =   = 1,103 ppm
 = 1,103 x 10-3 mg/ml
c)  Untuk 1 mL
V1 . K1       = V2 . K2
  1 . 11,03  = 5 mL . K2
    11,03     = 5 K2
             K2 =   = 2,206 ppm
 = 2,206  x 10-3 mg/ml
d)  Untuk 1,5 mL
V1 . K1       = V2 . K2
1,5 .11,03 = 5 mL . K2
    16,545  = 5 K2
             K2 =   = 3,309 ppm
    = 3,309 x 10-3 mg/ml
e)  Untuk 2 mL
V1 . K1       = V2 . K2
 2 . 11,03  = 5 mL . K2
    22,06    = 5 K2
             K2 =   = 4,412 ppm
 = 4,412  x 10-3 mg/ml
3. Penentuan % kadar Fe(besi)
Y = 0,067521 + 0,0245
Cx = 
=
= 0,830
Maka,
% Kadar FeSO4 =  100 %
=  100 % = 103,75 %

Tidak ada komentar:

Posting Komentar