BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Skrining adalah uji
pendahuluan dari suatu sampel untuk mengetahui kandungan apa saja yang terdapat
di dalamnya. Uji pendahuluan atau biasa disebut dengan skrining dilakukan
dengan enam prosedur kerja pada praktikum ini, agar kita dapat mengetahui
kandungan yang ada di dalam sampel kita.
Skrining juga
digunakan oleh peneliti untuk melakukan uji pendahuluan yang ada pada sampel
yang di teliti. Skrining merupakan dasar dalam melakukan penelitian.
Pada praktikum ini
kita menggunakan enam prosedur kerja, dimana pada masing-masing prosedur kerja
kita menggunakan berbagai macam pereaksi untuk menentukan kandungan yang ada
pada sampel yang kita uji.
Pada masing-masing
prosedur kerja itu juga kita menggunakan berbagai metode atau alat, mulai dari
tabung reaksi, cawan porselin dan lain-lain. Pada praktikum ini kita juga
melakukan penangasan untuk mendapatkan ekstrak sampel, agar dapat di uji dengan
pereaksi lain.
Uji pendahuluan atau
biasa di sebut skrining tidak memerlukan waktu yang lama untuk mengerjakannya
karena kita hanya ingin mengetahui kandungannya saja, jadi Cuma butuh waktu
yang sedikit untuk mengujinya.
B.
Maksud
Maksud pada praktikum
ini adalah untuk mengetahui dan memahami cara mengidentifikasi kandungan kimia
dalam sampel daun mali-mali (Leea indica L).
C.
Tujuan
Tujuan pada praktikum
ini yaitu untuk mengidentifikasi kandungan kimia dalam sampel daun mali-mali (Leea
indica L) dengan menggunakan beberapa pereaksi kimia.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
A.
Teori Umum
1.
Klasifikasi
(Warintek,2011)
Kingdom :Plantae
Devisio :
Spermatophyta
Subdiviso :Angiospernae
Class :Dicotyledonae
Ordo :Rhumnales
Family :Leeaceae
Genus :Leea
Spesies :Leeaindica(Burm. F.) Merr.
2.
Nama
Lain
Daun girang (Leea indeca L) memiliki
nama lain seperti : ginggiyang (Sunda), girang (Jawa tengah), jirang (Madura),
kayu ajer perempuan (Melayu), mali-mali (Makassar, uka (Maluku) (Depkes
RI,2001).
3.
Morfologi
Tanaman
Tumbuhan daun girang (Leea indica L) merupakan
tumbuhan perdu, tahunan tingginya 1
-
3m. Batang tumbuhan ini berkayu, bercabang, bentuk bulat, masih muda merambat
dan hijau. Daun tumbuhan majemuk, anak daun lanset, bertangkai pendek, tapi
daun bergerigi, ujung daun runcing, pangkal membulat, panjangnya 6-25 cm,
lebarnya 3-8 cm, berambut dan berwarna hijau. Bunga tumbuhan majemuk, bentuk
malai, kelopak bulat telur, panjang 2-5 cm, kuning keputih-putihan. Buahnya
berbentuk bulat, diameter ±12mm, masih muda hijau dan setelah tua ungu
kehitaman dengan biji kecil, bentuk segitiga dan berwarna putih kekuningan.
Tumbuhan ini termasuk tumbuhan berakar tunggal dengan warna coklat muda (Depkes
RI, 2001).
4.
Kandungan Kimia
Kandungan kimia daun mali-mali atau daun
girang (Leea indica L) adalah flavonoid, steroid, saponin, dan
polifenol.
5.
Manfaat Tanaman
Manfaat daun mali-mali atau daun girang (Leea
indica L) adalah dapat digunakan untuk sariawan, sakit kepala dan dapat
menyembuhkan luka.
B.
Uraian Percobaan
Salah
satu pendekatan untuk penelitian tumbuhan
obat adalah penapis senyawa kimia yang
terkandung dalam tanaman. Cara ini
digunakan untuk mendeteksi senyawa tumbuhan
berdasarkan golongannya. Sebagai informasi awal dalam
mengetahui senyawa kimia apa yang mempunyai
aktivitas biologi dari suatu tanaman. Informasi
yang diperoleh dari pendekatan ini juga
dapt digunakan untuk keperluan sumber bahan yang
mempunyai nilai ekonomi lain seperti sumber
tanin, minyak untuk industri, sumber gum,
dll. Metode yang telah dikembangkan dapat
mendeteksi adanya golongan senyawa alkaloid,
flavonoid, senyawa fenolat, tannin, saponin, kumarin, quinon,
steroid/terpenoid (Teyler.V.E,2008).
Ekstraksi adalah penyarian zat-zat berkhasiat
atau zat-zat aktif dari bagian tanaman obat hewan dan beberapa jenis ikan
termasuk biota laut dengan menggunakan pelarut yang sesuai. Zat-zat aktif
tersebut terdapat di dalam sel namun sel tanaman dan hewan berbeda. Demikian
pula ketebalannya sehingga diperlukan metode ekstraksi dengan pelarut tertentu
dalam mengekstraksinya (Ditjen POM 1986).
Maserasi adalah proses
pengekstrakan simplisia dengan menggunakan pelarut dengan beberapa kali
pengocokan dan pengadukan pada temperatur ruangan (kamar). Secara teknologi
termasuk dengan ekstraksi dengan prinsip metode pencapaian konsentrasi pada
keseimbangan. Maserasi kinetik berarti dilakukan dengan pengadukan
terus-menerus. Remaserasi berarti dilakukan pengulangan penambahan pelarut
setelah dilakukan penyaringan maserat pertama dan seterusnya. (Dirjen POM, 1972).
Sampel
yang digunakan merupakan sampel yang telah dikeringkan kemudian diserbukkan.
Sampel ini dimasukkan ke dalam bejana maserasi (toples) dan dilarutkan dan
direndam selama 3-5 hari dengan menggunakan pelarut metanol sambil sesekali
diaduk-aduk. Pelarut metanol digunakan untuk mengambil komponen dengan berbagai
tingkat kepolaran, sehingga komponen kimia dengan kepolaran yang rendah sampai
yang tertinggi bisa terekstrak semua. Glikosidanya dalam tumbuhan dapat ditarik
dengan pelaru-pelarut organik yang bersifat polar seperti metanol dan etanol. Penggunaan
pelarut metanol untuk mengambil semua komponen baik yang bersifat polar maupun
non polar (Marsetya, 2009).
Skrining
fitokimia adalah metode analisis untuk menentukan jenis metabolit sekunder yang
terdapat dalam tumbuh – tumbuhan karena sifatnya yang dapat bereaksi secara
khas dengan pereaksi tertentu. Skrining fitokimia dilakukan melalui serangkaian
pengujian dengan menggunakan pereaksi tertentu. Beberapa jenis senyawa yang
dapat di deteksi secara skrining fitokimia antara lain (Teyler. V. E, 2008):
a) Alkaloid
Alkaloid merupakan golongan zat tumbuhan sekunder yang terbesar. Pada umumnya alkaloid mencakup senyawa bersifat basa yang mengandung satu atau lebih atom nitrogen, biasanya dalam gabungan sebagai bagian dari sistem siklik. Alkaloid biasanya tanpa warna, seringkali bersifat optis aktif, kebanyakan berbentuk kristal, tetapi hanya sedikit yang berupa cairan (Teyler. V. E, 2008).
Alkaloid dapat dideteksi dengan beberapa pereaksi pengendap. Pereaksi Mayer mengandung kalium iodida dan merkuri klorida, dengan pereaksi ini alkaloid akan memberikan endapan berwarna putih. Pereaksi Dragendorff mengandung bismuth nitrat dan merkuri klorida dalam asam nitrat berair. Senyawa positif mengandung alkaloid jika setelah penyemprotan dengan pereaksi Dragendorff membentuk warna jingga (Sastrohamidjojo, 2006).
Alkaloid merupakan golongan zat tumbuhan sekunder yang terbesar. Pada umumnya alkaloid mencakup senyawa bersifat basa yang mengandung satu atau lebih atom nitrogen, biasanya dalam gabungan sebagai bagian dari sistem siklik. Alkaloid biasanya tanpa warna, seringkali bersifat optis aktif, kebanyakan berbentuk kristal, tetapi hanya sedikit yang berupa cairan (Teyler. V. E, 2008).
Alkaloid dapat dideteksi dengan beberapa pereaksi pengendap. Pereaksi Mayer mengandung kalium iodida dan merkuri klorida, dengan pereaksi ini alkaloid akan memberikan endapan berwarna putih. Pereaksi Dragendorff mengandung bismuth nitrat dan merkuri klorida dalam asam nitrat berair. Senyawa positif mengandung alkaloid jika setelah penyemprotan dengan pereaksi Dragendorff membentuk warna jingga (Sastrohamidjojo, 2006).
Sistem klasifikasi yang diterima, menurut Hegnauer,
alkaloid dikelompokkan sebagai (Teyler.V.E,1988):
1) Alkaloid Sesungguhnya
Alkaloid sesungguhnya
adalah racun, senyawa tersebut menunjukkan
aktivitas fisiologi yang luas, hampir tanpa
terkecuali bersifat basa; lazim mengandung Nitrogen dalam
cincin heterosiklik ; diturunkan dari asam amino ; biasanya
terdapat “aturan” tersebut adalah kolkisin
dan asam aristolokhat yang bersifat bukan basa dan tidak
memiliki cincin heterosiklik dan alkaloid quartener, yang bersifat agak asam
daripada bersifat basa.
2) Protoalkaloid
Protoalkaloid merupakan amin yang
relatif sederhana dimana nitrogen dan asam
amino tidak terdapat dalam cincin
heterosiklik. Protoalkaloid diperoleh berdasarkan
biosintesis dari asam amino yang bersifat
basa. Pengertian ”amin biologis” sering digunakan
untuk kelompok ini. Contoh, adalah meskalin, ephedin dan
N,N-dimetiltriptamin.
3)
Pseudoalkaloid
Pseudoalkaloid tidak diturunkan
dari prekursor asam amino. Senyawa biasanya
bersifat basa. Ada dua seri alkaloid yang
penting dalam khas ini, yaitu alkaloid
steroidal (contoh: konessin dan purin (kaffein).
b) Antrakinon
Antrakinon merupakan senyawa turunan antrasena yang diperoleh dari reaksi oksidasi antrasena. Golongan ini memiliki aglikon yang sekerabat dengan antrasena yang memiliki gugus karbonil pada kedua atom C yang berseberangan (atom C9 dan C10), larut dalam air panas atau alkohol encer. Antrakinon yang mengandung gugus karboksilat dapat diekstraksi dengan penambahan basa, misalnya dengan natrium bikarbonat. Hasil reduksi antrakinon adalah antron denantranol terdapat bebas di alam atau sebagai glikosida (Stanisky, 2003).
Antrakinon merupakan senyawa turunan antrasena yang diperoleh dari reaksi oksidasi antrasena. Golongan ini memiliki aglikon yang sekerabat dengan antrasena yang memiliki gugus karbonil pada kedua atom C yang berseberangan (atom C9 dan C10), larut dalam air panas atau alkohol encer. Antrakinon yang mengandung gugus karboksilat dapat diekstraksi dengan penambahan basa, misalnya dengan natrium bikarbonat. Hasil reduksi antrakinon adalah antron denantranol terdapat bebas di alam atau sebagai glikosida (Stanisky, 2003).
c) Polifenol
Polifenol adalah kelompok zat kimia yang ditemukan pada tumbuhan. Zat ini memiliki tanda khas yaitu memiliki banyak gugus phenol dalam molekulnya. Polifenol sering terdapat dalam bentuk glikosida polar dan mudah larut dalam pelarut polar (Hosttetmant, dkk, 2005).
Polifenol adalah kelompok zat kimia yang ditemukan pada tumbuhan. Zat ini memiliki tanda khas yaitu memiliki banyak gugus phenol dalam molekulnya. Polifenol sering terdapat dalam bentuk glikosida polar dan mudah larut dalam pelarut polar (Hosttetmant, dkk, 2005).
d) Tanin
Tanin terdapat luas dalam tumbuhan berpembuluh, dalam angiospermae terdapat khusus dalam jaringan kayu. Menurut batasannya, tanin dapat bereaksi dengan protein membentuk kepolumer mantap yang tidak larut dalam air. Secara kimia terdapat dua jenis utama tanin yang tersebar tidak merata dalam dunia tumbuhan. Tanin terkondensasi hampir terdapat di dalam paku – pakuan dan gimnospermae, serta tersebar luas dalam angiospermae, terutama pada jenis tumbuhan berkayu. Sebaliknya tanin yang terhidrolisis penyebarannya terbatas pada tumbuhan berkeping dua (Harbrone,J.B,2007).
Tanin terdapat luas dalam tumbuhan berpembuluh, dalam angiospermae terdapat khusus dalam jaringan kayu. Menurut batasannya, tanin dapat bereaksi dengan protein membentuk kepolumer mantap yang tidak larut dalam air. Secara kimia terdapat dua jenis utama tanin yang tersebar tidak merata dalam dunia tumbuhan. Tanin terkondensasi hampir terdapat di dalam paku – pakuan dan gimnospermae, serta tersebar luas dalam angiospermae, terutama pada jenis tumbuhan berkayu. Sebaliknya tanin yang terhidrolisis penyebarannya terbatas pada tumbuhan berkeping dua (Harbrone,J.B,2007).
e) Steroid
dan Triterpenoid
Triterpenoid senyawa yang
kerangka karbonnya berasal dari enam satuan isoprene dan secara biosintesis
diturunkan dari hidrokarbon C 30 asiklik, yaitu skualena. Triterpenoid dapat
dipilah menjadi sekurang – kurangnya empat golongan senyawa : triterpena
sebenarnya, steroid, saponin, dan glikosida jantung.
Sterol adalah triterpena yang kerangka dasarnya system cincin siklopentana perhidrofenantrena. Dahulu sterol terutama dianggap sebagai senyawa satwa (sebagai hormone kelamine, asam empedu, dll), tetapi pada tahun – tahun terakhir ini banyak senyawa tersebut yang ditemukan dalam jaringan tumbuhan (Harbrone.J.B., 2007).
Sterol adalah triterpena yang kerangka dasarnya system cincin siklopentana perhidrofenantrena. Dahulu sterol terutama dianggap sebagai senyawa satwa (sebagai hormone kelamine, asam empedu, dll), tetapi pada tahun – tahun terakhir ini banyak senyawa tersebut yang ditemukan dalam jaringan tumbuhan (Harbrone.J.B., 2007).
BAB
III
METODE
PRAKTIKUM
A.
Alat dan Bahan
1.
Alat
Alat yang digunakan pada praktikum skrining
fitokimia adalah tabung reaksi, plat tetes, rak tabung, pipet tetes, pipet
volume dan cawan porselin.
2.
Bahan
Bahan yang digunakan pada praktikum skrining
fitokimia adalah FeCl3 1N, KOH 10% P b/v, etanol 95% P, HCl 0,5 N,
pereaksi mayer, pereaksi bauchardat, pereaksi dragendorf, FeCl3 P,
eter, Liebermen-Burchard, HCl 2 N, Mg, HCl P dan kloralhidrat.
B.
Prosedur Kerja (Anonim, 2016)
a. Reaksi identifikasi golongan tanin
1.
Reaksi identifikasi terhadap katekol
a) Sampel
dibasahi dengan larutan FeCl3 1N, jika mengandung katekol akan
menghasilkan warna hijau.
b) Sampel
ditambahkan dengan larutan Brom, jika mengandung katekol akan terjadi endapan.
2. Reaksi identifikasi
pirogalotanin
a) Sampel
dibasahi dengan larutan FeCl3 1N, jika mengandung pirogalotanin akan
menghasilkan warna biru.
b) Sampel
ditambahkan dengan larutan Brom, jika mengandung pirogalotanin tidak terjadi
endapan.
b. Reaksi identifikasi golongan dioksiantrakinon
Sedikit serbuk
dimasukkan dalam tabung reaksi dan ditetesi KOH 10% P b/v dalam etanol 95%, jika menghasilkan
warna merah mengandung dioksiantrakinon.
c. Reaksi identifikasi golongan
alkaloid
Ekstrak metanol dimasukkan ke dalam
masing-masing tabung reaksi kemudian di tetesi :
a. Serbuk ditambahkan pereaksi mayer, jika mengandung alkaloid menghasilkan
endapan kuning.
b. serbuk ditambahkan pereaksi Bauchardat, jika
mengandung alkaloid menghasilkan endapan coklat
c. serbuk ditambahkan pereaksi Dragendrof, jika mengandung
alkaloid menghasilkan endapan jingga.
d. Reaksi identifikasi golongan steroid
Serbuk dihaluskan dengan etanol dan dipanaskan selama 15 menit, disaring,
filtrate diuapkan sampai kering. Ekstrak kering ditambahkan eter yang terlebih
dahulu disuspensikan, bagian yang larut dalam eter dipisahkan. Lapisan eter
ditetesi dengan pereaksi Libermen-Burchard menghasilkan warna merah jambu jika
mengandung steroid.
e. Reaksi identifikasi golongan saponin
Serbuk dimasukkan ke dalam tabung reaksi di tambahkan 10 ml air panas,
dinginkan, dan dikocok selama 10 detik, terbentuk buih, ditambahi 1 tetes asam
klorida 2 N, buih tidak hilang, mengandung saponin.
f. Reaksi identifikasi golongan flavanoid
Serbuk ditambahkan dengna FeCl3 dan HCl P, jika terjadi
warna merah menunjukkan adanya flavanoid.
Serbuk ditambahkan HCl dan magnesium , jika terjadi warna
merah menunjukkan adanya flavanoid.
BAB
IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
No.
|
Golongan
Komponen Kimia
|
Reaksi
/ Identifikasi
|
Pengamatan
|
|
Hasil
|
Warna
|
|||
1
|
Golongan Tanin Katekol
|
Sampel + FeCl3
|
Positif (+)
|
Hijau
|
2
|
Golongan Tanin Pirogalotanin
|
Sampel + FeCl3
|
Negatif (-)
|
Coklat
|
3
|
Dioksiantrakinon
|
Sampel + KOH 10% P b/v
dalam etanol 95% P
|
Negatif (-)
|
Coklat
|
4
|
Alkaloid
|
·
Sampel + HCl 0,5N +
pereaksi Mayer
·
Sampel + HCl 0,5N +
pereaksi Bauchardat
·
Sampel + HCl 0,5N +
pereaksi Bragendrof
|
Positif (+)
Positif (+)
Positif (+)
|
Endapan kuning
Endapan coklat
Endapan jingga
|
5
|
Golongan steroid
|
Sampel + etanol
filtrat. Filtrat + eter yang telah disuspensikan air lapisan eter + pereaksi Lieberman
Bauchardat.
|
Positif (+)
|
Merah jambu
|
6
|
Saponin
|
Sampel + 10ml air panas + HCl
2N 1 tetes (terdapat busa)
|
Negatif (-)
|
Hijau
|
7
|
Flavonoid
|
·
Sampel + FeCl3
+ HCl P
·
Sampel + Mg + HCl P
|
Negatif (-)
Negatif (-)
|
Hijau
Kekuning-kuningan
|
B.
Pembahasan
Skrining fitokimia
adalah metode analisis untuk menentukan jenis metabolit sekunder yang terdapat
dalam tumbuh – tumbuhan karena sifatnya yang dapat bereaksi secara khas dengan
pereaksi tertentu. Skrining fitokimia dilakukan melalui serangkaian pengujian
dengan menggunakan pereaksi tertentu (Teyler. V. E, 2008).
Adapun tujuan pada
praktikum ini yaitu untuk mengidentifikasi kandungan kimia dalam sampel daun
mali-mali (Leea indica) dengan mereaksikannya dengan beberapa pereaksi kimia.
Tanin
adalah senyawa yang berasal dari tumbuhan,
yang mampu mengubah kulit hewan yang mentah
menjadi kulit siap pakai karena kemampuanya menyambung
silang protein. Secara kimia terdapat dua jenis
utama tanin yang tersebar tidak merata dalam
dunia tumbuhan. Tanin –terkondensasi hampir terdapat
semesta di dalam paku-pakuan dan gimnospermae, serta tersebar luas
dalam angiospermae, terutama pada jenis tumbuhan
berkayu. Sebaliknya, tanin yang terhidrolisiskan
penyebaranya terbatas pada tumbuhan berkeping dua (Harbrone.J.B,2007)
Adapun pada praktikum
reaksi identifikasi golongan tanin dibagi menjadi dua yaitu reaksi identifikasi
terhadap katekol dan reaksi identifikasi pirogalotanin. Prosedur pada reaksi
identifikasi terhadap katekol yaitu pertama-tama sampel dibasahi dengan larutan
FeCl3 1N, jika mengandung katekol akan menghasilkan warna hijau.
Sampel ditambahkan dengan larutan Brom, jika mengandung katekol akan terjadi
endapan. Prosedur pada reaksi identifikasi pirogalotanin yaitu pertama-tama
sampel dibasahi dengan larutan FeCl3 1N, jika mengandung pirogalotanin
akan menghasilkan warna biru. Sampel ditambahkan dengan larutan Brom, jika
mengandung pirogalotanin tidak terjadi endapan. Pada praktikum katekol positif
positif mengandung tanin mengalami perubahan warna menjadi hijau. Tetapi pada
pirogalotanin negatif mengandung tanin karena tidak menghasilkan warna biru.
Dioksiantrakinon
adalah senyawa berwarna dan mempunyai kromofor dasar seperti kromofor pada
benzokuinon, yang terdiri atas 2 gugus karbonil yang berkonyugasi dengan
2 ikatan rangkap karbon – karbon. Warna pigmen kuinon alam beragam, mulai dari
kuning pucat sampai ke hampir hitam. Walaupun kuinon tersebar secara luas,
namun perannya terhadap warna tumbuhan sangat kecil. Jadi, pigmen ini
sering terdapat dalam kulit, akar, atau jaringan lain, namun warna pigmen
kuinon ini tidak mendominasi (Sastrohamidjojo. H, 2006).
Adapun prosedur dalam
praktikum reaksi identifikasi golongan dioksiantrakinon yaitu pertama-tama sedikit serbuk dimasukkan dalam tabung reaksi dan ditetesi KOH 10% P b/v dalam etanol 95%, jika menghasilkan
warna merah mengandung dioksiantrakinon. Pada praktikum ini negatif mengandung
dioksiantrakinon karena berubah menjadi warna coklat.
Alkaloid merupakan
golongan zat tumbuhan sekunder yang terbesar. Pada umumnya alkaloid mencakup
senyawa bersifat basa yang mengandung satu atau lebih atom nitrogen, biasanya
dalam gabungan sebagai bagian dari sistem siklik. Alkaloid biasanya tanpa
warna, seringkali bersifat optis aktif, kebanyakan berbentuk kristal, tetapi
hanya sedikit yang berupa cairan (Teyler. V. E, 2008).
Adapun prosedur reaksi
identifikasi golongan alkaloid yaitu pertama-tama ekstrak metanol
dimasukkan ke dalam masing-masing tabung reaksi kemudian di tetesi ; (1) Serbuk ditambahkan pereaksi mayer, jika mengandung alkaloid menghasilkan
endapan kuning. (2)
serbuk ditambahkan pereaksi Bauchardat, jika
mengandung alkaloid menghasilkan endapan coklat. (b) serbuk ditambahkan pereaksi Dragendrof, jika mengandung alkaloid
menghasilkan endapan jingga. Pada praktikum ini ketiga-tiganya positif
mengandung alkaloid.
Steroid
adalah triterpena yang kerangka
dasarnya system cincin siklopentana perhidrofenantrena.
Dahulu sterol terutama dianggap sebagai
senyawa satwa (sebagai hormone kelamin, asam empedu, dll), tetapi pada tahun – tahun
terakhir ini makin banyak senyawa tersebut yang ditemukan dalam jaringan
tumbuhan (Harbrone.J.B, 2007).
Adapun prosedur reaksi identifikasi golongan steroid yaitu
pertama-tama serbuk dihaluskan dengan etanol dan dipanaskan selama 15 menit,
disaring, filtrate diuapkan sampai kering. Ekstrak kering ditambahkan eter yang
terlebih dahulu disuspensikan, bagian yang larut dalam eter dipisahkan. Lapisan
eter ditetesi dengan pereaksi Libermen-Burchard menghasilkan warna merah jambu
jika mengandung steroid. Pada praktikum ini positif mengandung steroid karena
adanya perubahan warna menjadi warna merah jambu.
Adapun prosedur reaksi identifikasi golongan saponin yaitu
pertama-tama serbuk dimasukkan ke dalam tabung reaksi di tambahkan 10 ml air
panas, dinginkan, dan dikocok selama 10 detik, terbentuk buih, ditambahi 1
tetes asam klorida 2 N, buih tidak hilang, mengandung saponin. Pada
praktikum ini negatif mengandung saponin karena buihnya hilang ketika
ditambahkan 1 tetes asam klorida 2 N.
Flavonoid
terdapat dalam tumbuhan sebagai campuran,
jarang sekali dijumpai hanya flavonoid tunggal
dalam jaringan tumbuhan. Disamping itu, sering
terdapat campuran yang terdiri atas
flavonoid yang berbeda kelas. Penggolongan jenis
flavonoid dalam jaringan tumbuhan mula – mula didasarkan pada
telaah sifat kelarutan dan reaksi warna.
Kemudian diikuti dengan pemeriksaan ekstrak
tumbuhan yang telah dihidrolisis secara kromatografi
(Harbrone.J.B, 2007).
Adapun prosedur reaksi identifikasi golongan flavanoid yaitu
pertama-tama serbuk ditambahkan dengna FeCl3 dan HCl P, jika
terjadi warna merah menunjukkan adanya flavanoid. Serbuk ditambahkan HCl
dan magnesium , jika terjadi warna merah menunjukkan adanya flavanoid.
Pada praktikum ini negatif mengandung flavonoid karena tidak terjadi perubahan
warna menjadi merah.
Adapun faktor kesalahan pada praktikum ini yaitu kurangnya ketelitian pada
saat melakukan praktikum sehingga hasil tidak sesuai dengan literatur yang
digunakan.
BAB
V
KESIMPULAN
DAN SARAN
A.
Kesimpulan
Pada percobaan
skrining fitokimia pada sampel daun mali-mali/girang dengan percobaan
identifikasi golongan tanin, alkaloid, dioksiantrakinon, saponin, steroid dan
flavonoid.Dan hasil yang diperoleh pada sampel daun mali mali posirtiu
mengandung golongan positif mengandung senyawa katekol, alkohol dan steroid.
B.
Saran
Agar praktikan lebih
hati-hati dalam menggunakan bahan, karena bahan yang digunakan merupakan bahan
yang berbahaya.
DAFTAR
PUSTAKA
Anonim.,2016.Penuntun dan Buku Kerja Praktikum Fitokimia
I. Laboratorium farmakologi, Fakultas Farmasi;Makassar
Dirjen POM.1972.
Farmakope Indonesia.. Edisi Ke-I. Jakarta : Departemen Kesehatan RI
Dirjen POM, 1995, Farmakope Indonesia edisi IV, Departemen
Kesehatan Republik Indonesia.
Harborne. J.B.,2007. Metode Fitokimia , terjemahan K. Radmawinata dan I. Soediso,
69-94, 142-158, 234-238. Bandung : ITB Press
Hastetman. 2005. Teknologi Bahan Alam, Bandung, penerbit
ITB
Marsetya. 2009. Metode
Fitokimia : Penentuan cara modern menganlisis tumbuhan. Terbitan ke dua.
Terjemahan Kosasih Padmawinata dan iwang soediro. Bandung. ITB Press.
Sastrohamidjojo. H, 2006, Sintesis Bahan Alam, Cetakan
ke-1, Liberty, Yogyakarta.
Stanisky. 2003. Skrining
fitokimia dan penetapan kadar flavanoid total dari ekstrak etanol 70%
daun seledri. Jurusan kimia. Manokwari.
Tyler, V.E., Lynn, R.B. and Robbers, J.E. 2008.
Pharmacognosy. Lea and Febiger. Philadelphia.
LAMPIRAN
SKEMA KERJA
a.
Reaksi identifikasi golongan tanin
1.
Reaksi identifikasi terhadap katekol
Sampel dibasahi dengan larutan FeCl3
1N, jika
mengandung katekol akan menghasilkan warna hijau
.
Sampel ditambahkan dengan larutan Brom, jika
mengandung katekol akan terjadi endapan.
2. Reaksi identifikasi pirogalotanin
Sampel dibasahi dengan larutan FeCl3
1N, jika
mengandung pirogalotanin akan menghasilkan warna biru.
Sampel ditambahkan dengan larutan Brom, jika
mengandung pirogalotanin tidak terjadi endapan.
b. Reaksi identifikasi golongan dioksiantrakinon
Dimasukkan sedikit serbuk dalam tabung reaksi.
Ditetesi KOH 10%
P b/v dalam etanol 95%.
Jika menghasilkan warna merah mengandung dioksiantrakinon.
c. Reaksi identifikasi golongan
alkaloid
Ekstrak metanol dimasukkan ke dalam
masing-masing
tabung reaksi
kemudian di tetesi :
Serbuk ditambahkan pereaksi mayer, jika
mengandung
alkaloid
menghasilkan endapan kuning.
serbuk ditambahkan pereaksi
Bauchardat, jika mengandung
alkaloid
menghasilkan endapan coklat
serbuk ditambahkan pereaksi
Dragendrof, jika mengandung
alkaloid menghasilkan endapan jingga.
d. Reaksi identifikasi golongan
steroid
Serbuk dihaluskan dengan etanol.
Dipanaskan selama 15 menit.
Disaring, filtrate diuapkan sampai kering.
Ekstrak kering ditambahkan eter yang terlebih dahulu disuspensikan.
Bagian yang larut dalam eter dipisahkan.
Lapisan eter ditetesi dengan pereaksi
Libermen-Burchard.
Menghasilkan warna merah jambu jika mengandung steroid.
e. Reaksi identifikasi golongan
saponin
Serbuk dimasukkan ke dalam tabung reaksi di tambahkan
10 ml air panas.
Di dinginkan, dan dikocok selama 10 detik, terbentuk
buih.
Ditambahkan 1 tetes asam klorida 2 N.
Jika buih tidak hilang, mengandung saponin.
f. Reaksi identifikasi golongan
flavanoid
Serbuk ditambahkan dengna FeCl3 dan
HCl P.
Jika terjadi warna merah menunjukkan adanya
flavanoid.
Serbuk ditambahkan HCl dan magnesium.
jika terjadi warna merah menunjukkan adanya flavanoid.
LAMPIRAN
GAMBAR
1. Ekstrak sampel
2. Dioksiantrakinon
3. Identifikasi golongan tanin terhadap
katekol
4. Alkaloid
5. Flavonoid
6. Saponin
7. Steroid