Rabu, 31 Oktober 2018

skriinning


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Skrining adalah uji pendahuluan dari suatu sampel untuk mengetahui kandungan apa saja yang terdapat di dalamnya. Uji pendahuluan atau biasa disebut dengan skrining dilakukan dengan enam prosedur kerja pada praktikum ini, agar kita dapat mengetahui kandungan yang ada di dalam sampel kita.
Skrining juga digunakan oleh peneliti untuk melakukan uji pendahuluan yang ada pada sampel yang di teliti. Skrining merupakan dasar dalam melakukan penelitian.
Pada praktikum ini kita menggunakan enam prosedur kerja, dimana pada masing-masing prosedur kerja kita menggunakan berbagai macam pereaksi untuk menentukan kandungan yang ada pada sampel yang kita uji.
Pada masing-masing prosedur kerja itu juga kita menggunakan berbagai metode atau alat, mulai dari tabung reaksi, cawan porselin dan lain-lain. Pada praktikum ini kita juga melakukan penangasan untuk mendapatkan ekstrak sampel, agar dapat di uji dengan pereaksi lain.
Uji pendahuluan atau biasa di sebut skrining tidak memerlukan waktu yang lama untuk mengerjakannya karena kita hanya ingin mengetahui kandungannya saja, jadi Cuma butuh waktu yang sedikit untuk mengujinya.
B. Maksud
Maksud pada praktikum ini adalah untuk mengetahui dan memahami cara mengidentifikasi kandungan kimia dalam sampel daun mali-mali (Leea indica L).
C. Tujuan
Tujuan pada praktikum ini yaitu untuk mengidentifikasi kandungan kimia dalam sampel daun mali-mali (Leea indica L) dengan menggunakan beberapa pereaksi kimia.












BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Umum
1.    Klasifikasi (Warintek,2011)
Kingdom              :Plantae
Devisio                 : Spermatophyta
Subdiviso                        :Angiospernae
Class                    :Dicotyledonae
Ordo                     :Rhumnales
Family                  :Leeaceae                         
Genus                  :Leea
Spesies                :Leeaindica(Burm. F.) Merr.
2.    Nama Lain
Daun girang (Leea indeca L) memiliki nama lain seperti : ginggiyang (Sunda), girang (Jawa tengah), jirang (Madura), kayu ajer perempuan (Melayu), mali-mali (Makassar, uka (Maluku) (Depkes RI,2001).
3.    Morfologi Tanaman
Tumbuhan daun girang (Leea indica L) merupakan tumbuhan perdu, tahunan tingginya 1  - 3m. Batang tumbuhan ini berkayu, bercabang, bentuk bulat, masih muda merambat dan hijau. Daun tumbuhan majemuk, anak daun lanset, bertangkai pendek, tapi daun bergerigi, ujung daun runcing, pangkal membulat, panjangnya 6-25 cm, lebarnya 3-8 cm, berambut dan berwarna hijau. Bunga tumbuhan majemuk, bentuk malai, kelopak bulat telur, panjang 2-5 cm, kuning keputih-putihan. Buahnya berbentuk bulat, diameter ±12mm, masih muda hijau dan setelah tua ungu kehitaman dengan biji kecil, bentuk segitiga dan berwarna putih kekuningan. Tumbuhan ini termasuk tumbuhan berakar tunggal dengan warna coklat muda (Depkes RI, 2001).
4.     Kandungan Kimia
Kandungan kimia daun mali-mali atau daun girang (Leea indica L) adalah flavonoid, steroid, saponin, dan polifenol.
5. Manfaat Tanaman
Manfaat daun mali-mali atau daun girang (Leea indica L) adalah dapat digunakan untuk sariawan, sakit kepala dan dapat menyembuhkan luka.







B. Uraian Percobaan
Salah  satu  pendekatan  untuk  penelitian  tumbuhan  obat  adalah  penapis senyawa  kimia  yang  terkandung  dalam  tanaman.  Cara  ini  digunakan  untuk mendeteksi  senyawa  tumbuhan  berdasarkan  golongannya.  Sebagai  informasi  awal dalam mengetahui  senyawa  kimia  apa  yang mempunyai  aktivitas  biologi  dari  suatu tanaman.  Informasi  yang  diperoleh  dari  pendekatan  ini  juga  dapt  digunakan  untuk keperluan  sumber  bahan  yang mempunyai  nilai  ekonomi  lain  seperti  sumber  tanin, minyak  untuk  industri,  sumber  gum,  dll.  Metode  yang  telah  dikembangkan  dapat mendeteksi  adanya  golongan  senyawa  alkaloid,  flavonoid,  senyawa  fenolat,  tannin, saponin, kumarin, quinon, steroid/terpenoid (Teyler.V.E,2008).
Ekstraksi adalah penyarian zat-zat berkhasiat atau zat-zat aktif dari bagian tanaman obat hewan dan beberapa jenis ikan termasuk biota laut dengan menggunakan pelarut yang sesuai. Zat-zat aktif tersebut terdapat di dalam sel namun sel tanaman dan hewan berbeda. Demikian pula ketebalannya sehingga diperlukan metode ekstraksi dengan pelarut tertentu dalam mengekstraksinya (Ditjen POM 1986).
Maserasi adalah proses pengekstrakan simplisia dengan menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengocokan dan pengadukan pada temperatur ruangan (kamar). Secara teknologi termasuk dengan ekstraksi dengan prinsip metode pencapaian konsentrasi pada keseimbangan. Maserasi kinetik berarti dilakukan dengan pengadukan terus-menerus. Remaserasi berarti dilakukan pengulangan penambahan pelarut setelah dilakukan penyaringan maserat pertama dan seterusnya. (Dirjen POM, 1972).
Sampel yang digunakan merupakan sampel yang telah dikeringkan kemudian diserbukkan. Sampel ini dimasukkan ke dalam bejana maserasi (toples) dan dilarutkan dan direndam selama 3-5 hari dengan menggunakan pelarut metanol sambil sesekali diaduk-aduk. Pelarut metanol digunakan untuk mengambil komponen dengan berbagai tingkat kepolaran, sehingga komponen kimia dengan kepolaran yang rendah sampai yang tertinggi bisa terekstrak semua. Glikosidanya dalam tumbuhan dapat ditarik dengan pelaru-pelarut organik yang bersifat polar seperti metanol dan etanol. Penggunaan pelarut metanol untuk mengambil semua komponen baik yang bersifat polar maupun non polar (Marsetya, 2009).
Skrining fitokimia adalah metode analisis untuk menentukan jenis metabolit sekunder yang terdapat dalam tumbuh – tumbuhan karena sifatnya yang dapat bereaksi secara khas dengan pereaksi tertentu. Skrining fitokimia dilakukan melalui serangkaian pengujian dengan menggunakan pereaksi tertentu. Beberapa jenis senyawa yang dapat di deteksi secara skrining fitokimia antara lain (Teyler. V. E, 2008):
a)    Alkaloid
Alkaloid merupakan golongan zat tumbuhan sekunder yang terbesar. Pada umumnya alkaloid mencakup senyawa bersifat basa yang mengandung satu atau lebih atom nitrogen, biasanya dalam gabungan sebagai bagian dari sistem siklik. Alkaloid biasanya tanpa warna, seringkali bersifat optis aktif, kebanyakan berbentuk kristal, tetapi hanya sedikit yang berupa cairan (Teyler. V. E, 2008).
Alkaloid dapat dideteksi dengan beberapa pereaksi pengendap. Pereaksi Mayer mengandung kalium iodida dan merkuri klorida, dengan pereaksi ini alkaloid akan memberikan endapan berwarna putih. Pereaksi Dragendorff mengandung bismuth nitrat dan merkuri klorida dalam asam nitrat berair. Senyawa positif mengandung alkaloid jika setelah penyemprotan dengan pereaksi Dragendorff membentuk warna jingga (Sastrohamidjojo, 2006).
Sistem klasifikasi yang diterima, menurut Hegnauer, alkaloid dikelompokkan sebagai (Teyler.V.E,1988):
1)  Alkaloid Sesungguhnya 
   Alkaloid  sesungguhnya  adalah  racun,  senyawa  tersebut  menunjukkan aktivitas  fisiologi  yang  luas,  hampir  tanpa  terkecuali  bersifat  basa;  lazim mengandung Nitrogen dalam cincin heterosiklik ; diturunkan dari asam amino ;  biasanya  terdapat  “aturan”  tersebut  adalah  kolkisin  dan  asam  aristolokhat yang bersifat bukan basa dan  tidak memiliki cincin heterosiklik dan alkaloid quartener, yang bersifat agak asam daripada bersifat basa. 
2)  Protoalkaloid           
Protoalkaloid merupakan  amin  yang  relatif  sederhana  dimana  nitrogen dan  asam  amino  tidak  terdapat  dalam  cincin  heterosiklik.  Protoalkaloid diperoleh  berdasarkan  biosintesis  dari  asam  amino  yang  bersifat  basa. Pengertian  ”amin  biologis”  sering  digunakan  untuk  kelompok  ini.  Contoh, adalah meskalin, ephedin dan N,N-dimetiltriptamin. 
3)  Pseudoalkaloid
Pseudoalkaloid  tidak  diturunkan  dari  prekursor  asam  amino.  Senyawa biasanya  bersifat  basa.  Ada  dua  seri  alkaloid  yang  penting  dalam  khas  ini, yaitu  alkaloid  steroidal  (contoh:  konessin  dan  purin (kaffein).
b)    Antrakinon
Antrakinon merupakan senyawa turunan antrasena yang diperoleh dari reaksi oksidasi antrasena. Golongan ini memiliki aglikon yang sekerabat dengan antrasena yang memiliki gugus karbonil pada kedua atom C yang berseberangan (atom C9 dan C10), larut dalam air panas atau alkohol encer. Antrakinon yang mengandung gugus karboksilat dapat diekstraksi dengan penambahan basa, misalnya dengan natrium bikarbonat. Hasil reduksi antrakinon adalah antron denantranol terdapat bebas di alam atau sebagai glikosida (Stanisky, 2003).
c)    Polifenol
Polifenol adalah kelompok zat kimia yang ditemukan pada tumbuhan. Zat ini memiliki tanda khas yaitu memiliki banyak gugus phenol dalam molekulnya. Polifenol sering terdapat dalam bentuk glikosida polar dan mudah larut dalam pelarut polar (Hosttetmant, dkk, 2005).
d)    Tanin
Tanin terdapat luas dalam tumbuhan berpembuluh, dalam angiospermae terdapat khusus dalam jaringan kayu. Menurut batasannya, tanin dapat bereaksi dengan protein membentuk kepolumer mantap yang tidak larut dalam air. Secara kimia terdapat dua jenis utama tanin yang tersebar tidak merata dalam dunia tumbuhan. Tanin terkondensasi hampir terdapat di dalam paku – pakuan dan gimnospermae, serta tersebar luas dalam angiospermae, terutama pada jenis tumbuhan berkayu. Sebaliknya tanin yang terhidrolisis penyebarannya terbatas pada tumbuhan berkeping dua (Harbrone,J.B,2007).
e)    Steroid dan Triterpenoid
Triterpenoid senyawa yang kerangka karbonnya berasal dari enam satuan isoprene dan secara biosintesis diturunkan dari hidrokarbon C 30 asiklik, yaitu skualena. Triterpenoid dapat dipilah menjadi sekurang – kurangnya empat golongan senyawa : triterpena sebenarnya, steroid, saponin, dan glikosida jantung.
Sterol adalah triterpena yang kerangka dasarnya system cincin siklopentana perhidrofenantrena. Dahulu sterol terutama dianggap sebagai senyawa satwa (sebagai hormone kelamine, asam empedu, dll), tetapi pada tahun – tahun terakhir ini banyak senyawa tersebut yang ditemukan dalam jaringan tumbuhan (Harbrone.J.B., 2007).














BAB III
METODE PRAKTIKUM
A. Alat dan Bahan
1. Alat
Alat yang digunakan pada praktikum skrining fitokimia adalah tabung reaksi, plat tetes, rak tabung, pipet tetes, pipet volume dan  cawan porselin.
2. Bahan
Bahan yang digunakan pada praktikum skrining fitokimia adalah FeCl3 1N, KOH 10% P b/v, etanol 95% P, HCl 0,5 N, pereaksi mayer, pereaksi bauchardat, pereaksi dragendorf, FeCl3 P, eter, Liebermen-Burchard, HCl 2 N, Mg, HCl P dan kloralhidrat.
B. Prosedur Kerja (Anonim, 2016)
a. Reaksi identifikasi golongan tanin
1. Reaksi identifikasi terhadap katekol
a)    Sampel dibasahi dengan larutan FeCl3 1N, jika mengandung katekol akan menghasilkan warna hijau.
b)    Sampel ditambahkan dengan larutan Brom, jika mengandung katekol akan terjadi endapan.
2. Reaksi identifikasi pirogalotanin
a)    Sampel dibasahi dengan larutan FeCl3 1N, jika mengandung pirogalotanin akan menghasilkan warna biru.
b)    Sampel ditambahkan dengan larutan Brom, jika mengandung pirogalotanin tidak terjadi endapan.
b. Reaksi identifikasi golongan dioksiantrakinon
Sedikit serbuk dimasukkan dalam tabung reaksi dan ditetesi KOH 10%  P b/v dalam etanol 95%, jika menghasilkan warna merah mengandung dioksiantrakinon.
c. Reaksi identifikasi golongan alkaloid
Ekstrak metanol dimasukkan ke dalam masing-masing tabung reaksi kemudian di tetesi :
a.    Serbuk ditambahkan pereaksi mayer, jika mengandung alkaloid menghasilkan endapan kuning.
b.    serbuk ditambahkan pereaksi  Bauchardat,  jika mengandung alkaloid menghasilkan endapan coklat
c.    serbuk ditambahkan pereaksi  Dragendrof, jika mengandung alkaloid menghasilkan endapan jingga.
d. Reaksi identifikasi golongan steroid
Serbuk dihaluskan dengan etanol dan dipanaskan selama 15 menit, disaring, filtrate diuapkan sampai kering. Ekstrak kering ditambahkan eter yang terlebih dahulu disuspensikan, bagian yang larut dalam eter dipisahkan. Lapisan eter ditetesi dengan pereaksi Libermen-Burchard menghasilkan warna merah jambu jika mengandung steroid.

e. Reaksi identifikasi golongan saponin
Serbuk dimasukkan ke dalam tabung reaksi di tambahkan 10 ml air panas, dinginkan, dan dikocok selama 10 detik, terbentuk buih, ditambahi 1 tetes asam klorida 2 N, buih tidak hilang, mengandung saponin.
f. Reaksi identifikasi golongan flavanoid
Serbuk ditambahkan dengna FeCl3 dan HCl P, jika terjadi warna merah menunjukkan adanya flavanoid.
Serbuk ditambahkan HCl dan magnesium , jika terjadi warna merah menunjukkan adanya flavanoid.












BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.   Hasil
No.
Golongan Komponen Kimia
Reaksi / Identifikasi
Pengamatan
Hasil
Warna
1
Golongan Tanin Katekol
Sampel + FeCl3
Positif (+)
Hijau
2
Golongan Tanin Pirogalotanin
Sampel + FeCl3
Negatif (-)
Coklat
3
Dioksiantrakinon
Sampel + KOH 10% P b/v dalam etanol 95% P
Negatif (-)
Coklat
4
Alkaloid
·      Sampel + HCl 0,5N + pereaksi Mayer
·      Sampel + HCl 0,5N + pereaksi Bauchardat
·      Sampel + HCl 0,5N + pereaksi Bragendrof
Positif (+)


Positif (+)


Positif (+)
Endapan kuning

Endapan coklat

Endapan jingga
5
Golongan steroid
Sampel + etanol      filtrat. Filtrat + eter yang telah disuspensikan air      lapisan eter + pereaksi Lieberman Bauchardat.
Positif (+)
Merah jambu
6
Saponin
Sampel + 10ml air panas + HCl 2N 1 tetes (terdapat busa)
Negatif (-)
Hijau
7
Flavonoid
·      Sampel + FeCl3 + HCl P
·      Sampel + Mg + HCl P
Negatif (-)

Negatif (-)
Hijau

Kekuning-kuningan
















B. Pembahasan
Skrining fitokimia adalah metode analisis untuk menentukan jenis metabolit sekunder yang terdapat dalam tumbuh – tumbuhan karena sifatnya yang dapat bereaksi secara khas dengan pereaksi tertentu. Skrining fitokimia dilakukan melalui serangkaian pengujian dengan menggunakan pereaksi tertentu (Teyler. V. E, 2008).
Adapun tujuan pada praktikum ini yaitu untuk mengidentifikasi kandungan kimia dalam sampel daun mali-mali (Leea indica) dengan mereaksikannya dengan beberapa pereaksi kimia.
Tanin  adalah  senyawa  yang  berasal  dari  tumbuhan,  yang  mampu mengubah  kulit  hewan  yang  mentah  menjadi  kulit  siap  pakai  karena kemampuanya menyambung silang protein. Secara  kimia  terdapat  dua  jenis  utama  tanin  yang  tersebar  tidak merata dalam  dunia  tumbuhan. Tanin –terkondensasi  hampir  terdapat  semesta di dalam paku-pakuan dan gimnospermae, serta  tersebar  luas dalam angiospermae,  terutama pada  jenis  tumbuhan  berkayu.  Sebaliknya,  tanin  yang  terhidrolisiskan  penyebaranya terbatas pada tumbuhan berkeping dua (Harbrone.J.B,2007) 
Adapun pada praktikum reaksi identifikasi golongan tanin dibagi menjadi dua yaitu reaksi identifikasi terhadap katekol dan reaksi identifikasi pirogalotanin. Prosedur pada reaksi identifikasi terhadap katekol yaitu pertama-tama sampel dibasahi dengan larutan FeCl3 1N, jika mengandung katekol akan menghasilkan warna hijau. Sampel ditambahkan dengan larutan Brom, jika mengandung katekol akan terjadi endapan. Prosedur pada reaksi identifikasi pirogalotanin yaitu pertama-tama sampel dibasahi dengan larutan FeCl3 1N, jika mengandung pirogalotanin akan menghasilkan warna biru. Sampel ditambahkan dengan larutan Brom, jika mengandung pirogalotanin tidak terjadi endapan. Pada praktikum katekol positif positif mengandung tanin mengalami perubahan warna menjadi hijau. Tetapi pada pirogalotanin negatif mengandung tanin karena tidak menghasilkan warna biru.
Dioksiantrakinon adalah senyawa berwarna dan mempunyai kromofor dasar seperti kromofor pada benzokuinon, yang terdiri atas 2 gugus karbonil yang berkonyugasi  dengan 2 ikatan rangkap karbon – karbon. Warna pigmen kuinon alam beragam, mulai dari kuning pucat sampai ke hampir hitam. Walaupun kuinon tersebar secara luas, namun perannya terhadap warna tumbuhan  sangat kecil. Jadi, pigmen ini sering terdapat dalam kulit, akar, atau jaringan lain, namun warna pigmen kuinon ini tidak mendominasi (Sastrohamidjojo. H, 2006).
Adapun prosedur dalam praktikum reaksi identifikasi golongan dioksiantrakinon yaitu pertama-tama sedikit serbuk dimasukkan dalam tabung reaksi dan ditetesi KOH 10%  P b/v dalam etanol 95%, jika menghasilkan warna merah mengandung dioksiantrakinon. Pada praktikum ini negatif mengandung dioksiantrakinon karena berubah menjadi warna coklat.
Alkaloid merupakan golongan zat tumbuhan sekunder yang terbesar. Pada umumnya alkaloid mencakup senyawa bersifat basa yang mengandung satu atau lebih atom nitrogen, biasanya dalam gabungan sebagai bagian dari sistem siklik. Alkaloid biasanya tanpa warna, seringkali bersifat optis aktif, kebanyakan berbentuk kristal, tetapi hanya sedikit yang berupa cairan (Teyler. V. E, 2008).
Adapun prosedur reaksi identifikasi golongan alkaloid yaitu pertama-tama ekstrak metanol dimasukkan ke dalam masing-masing tabung reaksi kemudian di tetesi ; (1) Serbuk ditambahkan pereaksi mayer, jika mengandung alkaloid menghasilkan endapan kuning. (2) serbuk ditambahkan pereaksi  Bauchardat,  jika mengandung alkaloid menghasilkan endapan coklat. (b) serbuk ditambahkan pereaksi Dragendrof, jika mengandung alkaloid menghasilkan endapan jingga. Pada praktikum ini ketiga-tiganya positif mengandung alkaloid.
Steroid  adalah    triterpena  yang  kerangka  dasarnya  system  cincin siklopentana  perhidrofenantrena.  Dahulu    sterol  terutama  dianggap  sebagai senyawa satwa (sebagai hormone kelamin, asam empedu, dll), tetapi pada tahun – tahun terakhir ini makin banyak senyawa tersebut yang ditemukan dalam jaringan tumbuhan (Harbrone.J.B, 2007).
Adapun prosedur reaksi identifikasi golongan steroid yaitu pertama-tama serbuk dihaluskan dengan etanol dan dipanaskan selama 15 menit, disaring, filtrate diuapkan sampai kering. Ekstrak kering ditambahkan eter yang terlebih dahulu disuspensikan, bagian yang larut dalam eter dipisahkan. Lapisan eter ditetesi dengan pereaksi Libermen-Burchard menghasilkan warna merah jambu jika mengandung steroid. Pada praktikum ini positif mengandung steroid karena adanya perubahan warna menjadi warna merah jambu.
Adapun prosedur reaksi identifikasi golongan saponin yaitu pertama-tama serbuk dimasukkan ke dalam tabung reaksi di tambahkan 10 ml air panas, dinginkan, dan dikocok selama 10 detik, terbentuk buih, ditambahi 1 tetes asam klorida 2 N, buih tidak hilang, mengandung saponin. Pada praktikum ini negatif mengandung saponin karena buihnya hilang ketika ditambahkan 1 tetes asam klorida 2 N.
Flavonoid  terdapat  dalam  tumbuhan  sebagai  campuran,  jarang  sekali dijumpai  hanya  flavonoid  tunggal  dalam  jaringan  tumbuhan.  Disamping  itu, sering  terdapat  campuran  yang  terdiri  atas  flavonoid  yang  berbeda  kelas. Penggolongan  jenis  flavonoid dalam  jaringan  tumbuhan mula – mula didasarkan pada  telaah  sifat  kelarutan  dan  reaksi  warna.  Kemudian  diikuti  dengan pemeriksaan  ekstrak  tumbuhan  yang  telah  dihidrolisis  secara kromatografi (Harbrone.J.B, 2007).
Adapun prosedur reaksi identifikasi golongan flavanoid yaitu pertama-tama serbuk ditambahkan dengna FeCl3 dan HCl P, jika terjadi warna merah menunjukkan adanya flavanoid. Serbuk ditambahkan HCl dan magnesium , jika terjadi warna merah menunjukkan adanya flavanoid. Pada praktikum ini negatif mengandung flavonoid karena tidak terjadi perubahan warna menjadi merah.
Adapun faktor kesalahan pada praktikum ini yaitu kurangnya ketelitian pada saat melakukan praktikum sehingga hasil tidak sesuai dengan literatur yang digunakan.













BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Pada percobaan skrining fitokimia pada sampel daun mali-mali/girang dengan percobaan identifikasi golongan tanin, alkaloid, dioksiantrakinon, saponin, steroid dan flavonoid.Dan hasil yang diperoleh pada sampel daun mali mali posirtiu mengandung golongan positif mengandung senyawa katekol, alkohol dan steroid.
B. Saran
Agar praktikan lebih hati-hati dalam menggunakan bahan, karena bahan yang digunakan merupakan bahan yang berbahaya.












DAFTAR PUSTAKA
Anonim.,2016.Penuntun dan Buku Kerja Praktikum Fitokimia I. Laboratorium farmakologi, Fakultas Farmasi;Makassar
Dirjen POM.1972. Farmakope Indonesia.. Edisi Ke-I. Jakarta : Departemen Kesehatan RI
Dirjen POM, 1995, Farmakope Indonesia edisi IV, Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Harborne. J.B.,2007. Metode Fitokimia , terjemahan K. Radmawinata dan I. Soediso, 69-94, 142-158, 234-238. Bandung : ITB Press
Hastetman. 2005. Teknologi Bahan Alam, Bandung, penerbit ITB
Marsetya. 2009. Metode Fitokimia : Penentuan cara modern menganlisis tumbuhan. Terbitan ke dua. Terjemahan Kosasih Padmawinata dan iwang soediro. Bandung. ITB Press.
Sastrohamidjojo. H, 2006, Sintesis Bahan Alam, Cetakan ke-1, Liberty, Yogyakarta.
Stanisky. 2003. Skrining fitokimia dan penetapan kadar flavanoid total dari ekstrak etanol 70%  daun seledri. Jurusan kimia. Manokwari.
Tyler, V.E., Lynn, R.B. and Robbers, J.E. 2008. Pharmacognosy. Lea and Febiger. Philadelphia.








LAMPIRAN SKEMA KERJA

a. Reaksi identifikasi golongan tanin
1. Reaksi identifikasi terhadap katekol
Sampel dibasahi dengan larutan FeCl3 1N, jika
mengandung katekol akan menghasilkan warna hijau
.
Sampel ditambahkan dengan larutan Brom, jika
mengandung katekol akan terjadi endapan.

2. Reaksi identifikasi pirogalotanin
Sampel dibasahi dengan larutan FeCl3 1N, jika
mengandung pirogalotanin akan menghasilkan warna biru.

Sampel ditambahkan dengan larutan Brom, jika mengandung pirogalotanin tidak terjadi endapan.

b. Reaksi identifikasi golongan dioksiantrakinon
Dimasukkan sedikit serbuk dalam tabung reaksi.

Ditetesi KOH 10%  P b/v dalam etanol 95%.

Jika menghasilkan warna merah mengandung dioksiantrakinon.







c. Reaksi identifikasi golongan alkaloid
Ekstrak metanol dimasukkan ke dalam masing-masing
 tabung reaksi kemudian di tetesi :

Serbuk ditambahkan pereaksi mayer, jika mengandung
 alkaloid menghasilkan endapan kuning.

serbuk ditambahkan pereaksi  Bauchardat,  jika mengandung
 alkaloid menghasilkan endapan coklat

serbuk ditambahkan pereaksi  Dragendrof, jika mengandung
alkaloid menghasilkan endapan jingga.

d. Reaksi identifikasi golongan steroid
Serbuk dihaluskan dengan etanol.

Dipanaskan selama 15 menit.

Disaring, filtrate diuapkan sampai kering.

Ekstrak kering ditambahkan eter yang terlebih dahulu disuspensikan.

Bagian yang larut dalam eter dipisahkan.

Lapisan eter ditetesi dengan pereaksi Libermen-Burchard.

Menghasilkan warna merah jambu jika mengandung steroid.



e. Reaksi identifikasi golongan saponin
Serbuk dimasukkan ke dalam tabung reaksi di tambahkan
10 ml air panas.

Di dinginkan, dan dikocok selama 10 detik, terbentuk buih.

Ditambahkan 1 tetes asam klorida 2 N.
 

Jika buih tidak hilang, mengandung saponin.

f. Reaksi identifikasi golongan flavanoid
Serbuk ditambahkan dengna FeCl3 dan HCl P.

Jika terjadi warna merah menunjukkan adanya flavanoid.

Serbuk ditambahkan HCl dan magnesium.

jika terjadi warna merah menunjukkan adanya flavanoid.












LAMPIRAN GAMBAR
1. Ekstrak sampel
    

2. Dioksiantrakinon
    

3. Identifikasi golongan tanin terhadap katekol
    

4. Alkaloid
   

5. Flavonoid
   

6. Saponin
   


7. Steroid